74. Tanpa Dirinya

17K 751 19
                                    

Nara menatap mantan pacarnya yang sedang duduk di bawah pohon mangga bersama sahabat-sahabatnya.  Termasuk Firna yang tengah bersandar di bahu lelaki itu, namun tak ada penolakkan darinya. Hari pertama tanpa adanya Aldran membuat Nara kesepian, Melly dan Nesa masih enggan menemaninya kebencian masih tertanam di hati Nesa. Walau seperti itu Nara tak membenci Nesa sedikitpun.

Nara berada di lantai dua sekolahnya, ia rindu dengan kedua sahabatnya, Aldran, mamah, kakaknya, Ria dan yang lainnya yang dekat dengannya. "Nara,"

Nara menoleh dan mendapati Derta yang ada di belakangnya. "Kenapa? " tanya Nara, Derta tersenyum, mungkin sekarang hanya Derta yang bisa menemani Nara karena hanya Derta yang tidak membencinya seperti yang lain.

"Thanks ya Ra, gue bakal mulai mencoba mencintai seseorang yang mencintai gue juga. Semua berkat lo!," Nara tersenyum mendengar niat baik dari Derta.

"Iya, semangat! " ucap Nara memberikan semangat untuk Derta.

Lelaki itu berpindah menjadi di sisi Nara melipat tangannya di tembok pembatas. Ia menatap ke arah Aldran yang tengah menatap kosong ke arah lapangan. "Lo gak sama Aldran, kenapa? " pertanyaan Derta membuat Nara mengulang kejadian kemarin.

"Lo gak cemburu liat Aldran sama Firna? Gue heran kenapa Firna sedeket itu sama Aldran walau mereka sahabat tapi tatapan Firna dan perlakuan dia ke Aldran itu kaya lebih dari seorang sahabat, apa lo ga liat Ra? "

Nara menghela nafas, "Gue udah putus ssma Aldran, "

Derta terkejut dengan jawaban Nara ia mengerutkan dahinya. "Kenapa? " tanya Derta, mungkin ia seharusnya tidak menanyakan hal itu karena sudah termasuk privasi bagi Nara dan Aldran.

"Eh sorry Ra, " Derta sadar bahwa secara tak langsung ia juga kembali mengingatkan Nara kepada Aldran.

"Ga pa-pa. Aldran salah paham sama kita, " Derta mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi karena ia juga ikut terbawa.

"Gara-gara kemarin di Cafe? " tebak Derta, Nara hanya mengangguk lesu. Derta sedikit merunduk menyesali kebodohannya di waktu lampau.

"Gue minta maaf Ra, gara-gara gue lo jadi putus sama Aldran," Derta merasa menyesal.

"Bukan salah lo, gue ke kelas dulu! " pamit Nara. Ia kembali ke arah kelasnya.

Saat di perjalanan ia melihat Aldran dan sahabatnya. Lelaki itu menatapnya dengan wajah Datar. "Eh neng Nara.... Mau kemana neng?" Adi menggoda Nara yang terlihat berjalan mendekati mereka.

"Eh Aldran tuh pacar lo ga mau di si hi gitu? " tanya Iam pada Aldran yang malah terus menatap Nara. Sedangkan Nara menatap lurus ke arah depan tanpa menoleh sedikitpun.

"Dia bukan cewe gue lagi! " tegas Aldran. Pernyataannya membuat keempat sahabatnya terkejut. Sejak kapan mereka putus?

Nara melewati kelima orang itu. Saat Nara melewati Aldran tak sedikitpun ia menoleh seperti tidak ada orang di koridor tersebut. Tapi saat ia baru menaiki satu anak tangga kepalanya sangat terasa pening penglihatannya buram dan ia merasakan sesuatu mengalir kebawah hidungnya.

Nara menyentuh cairan yang keluar dari hidungnya. Darah. Kepalanya semakin pening di tambah ia mimisan dan mengeluarkan banyak darah hingga menetes ke lantai.
Bruk!!

Tubuh Nara ambruk dan di tahan oleh Fardi yang sigap memegangi tubuh Nara karena ia melihat Nara yang memegang kepalanya.

"Eh woy! Bantuin! " Iam dan Adi terkejut dan segera membantu Fardi.

"Al! Dia mimisan! " Aldran terkejut ia menghampiri Nara namun tangannya di cegah oleh Firna.

"Udah Al,kan ada Fardi sama yang lainnya mending kamu anterin aku ke kelas ya aku pusing! " keluh Firna.

Aldran menatap Firna dan Nara secara bergantian. "Eh Firna! Lo ke kelas sendiri aja deh! Tadi aja lu udah kaya orang utan di lepasin dari kandang. Sekarang tiba-tiba pusing,  lo mau jadi bintang film drama Korea Hah?! " Adi kesal dengan Firna yang sangat manja pada Aldran padahal ini sedang genting.

"Tau lo! Sono lu punya kaki, kelas lo di kelas depan sono jalan aja napa sih? Perlu ngesot? Ngesot aja sono! " Iam malah ikut-ikutan memaki Firna yang kini menatap keduanya dengan tatapan kesal.

Aldran melepaskan cekalan tangan Firna dan membantu Fardi, ia menggendong tubuh Nara yang sudah lemas dan wajahnya pucat di tambah lagi darah yang mengalir di hidung Nara.

**

Kevin berlari ia tidak perduli dengan tatapan orang-orang padanya, ia hanya memikirkan Nara yang tengah berada di UKS sekolahnya. Ia sangat khawatir keringat membasahi keningnya dan rambut. Tapi itu malah menambah kesan tampan pada Kevin.

"Eh itu bukannya alumni sekolah kita kan? Kak Kevin Arkaraza, ketua Brave dulu? " bisik seorang siswi yang melihat Kevin berlari panik ke arah UKS.

"Eh iya bener kak Kevin, duh ganteng banget sih! Tapi kenapa dia kesini ya? "
Kevin membuka pintu UKS dengan keras nafasnya terengah-engah, ia melihat Nara yang terbaring di ranjang UKS bersama guru-guru yang menunggunya disana. Ia melihat Aldra yang berdiri tak jauh dari tempat tidur.

Aldran menoleh untuk melihat siapa yang datang, ia terkejut dengan kehadiran Kevin mantan ketua Brave. Fardi, Iam dan Adi juga sama terkejutnya dengan Aldran. Mereka menghampiri Kevin yang tampak panik.

"Bang? Lo ngapain di sini? " tanya Aldran.

"Nara, dia sepupu gue, " semuanya terkejut mereka tidak pernah mengetahui Nara itu adalah saudara Kevin termasuk Aldran.

"Nara kenapa bisa sampe pingsan? " tanya Kevin, semuanya saling tatap.

"Dia tadi pingsan pas di tangga dia juga mimisan. " jawab Fardi dengan santai.

Kevin memijit pelipisnya. "Gue mau bawa Nara ke rumah sakit! "  Kevin segera ijin ke guru yang menangani Nara karena gadis itu masih pingsan jadi Kevin menggendong tubuh Nara.

Aldran tak mengucapkan kata apapun lagi ia melihat raut kepanikan dari Kevin, Melly dan Nesa yang baru saja ingin ke UKS terkejut melihat Kevin mantan wakil ketua Brave yang menggendong tubuh Nara yang pingsan ke arah mobilnya.

**

Hello guyss.... Maaf baru up skrang yaa hehe.... Jangan lupa vote dan comen loh ya:(

Thank youu

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang