4. Perintah

41.8K 2.2K 29
                                    

Nara turun ke bawah dan menuju ruang makan di dekat dapur. Sudah ada bi Sri pembantu barunya yang sedang menata makanan dengan rapih di atas meja makan.

"Mari non makan dulu. Bibi dah siapin." ucap ramah bi Sri. Nara hanya mengangguk.

Pikirannya masih melayang ke kejadian tadi siang.
Dari pada gue mikirin hal yang ga berguna gitu,mending gue makan dulu abis itu ke basecamp Batin Nara.

Ia duduk di salah satu meja makan lalu mengambil piring di atas meja yang sudah di siapkan lalu mengambil makanan yang sudah tertata rapi dan terlihat sangat menggiurkan. Nara baru saja Mempekerjakan bi Sri untuk mebantunya mengurus rumah

"Ini minumnya non. Bibi permisi ke belakang dulu. " ucap bi Sri sembari meletakkan gelas kaca berisikan air putih dingin di samping Nara.

"Eh makan dulu bi!" perintah Nara.

"iya non nanti bibi makan." jawab Bi Sri dengan senyumnya.

"Makan di sini aja bi, temenin Nara!" pinta Nara. Bi Sri merasa tak enak jika ikut makan di satu meja dengan majikannya itu.

"Aduh non ga enak atuh." Bi Srisedikit menundukan kepalanya

"Ga apa-apa bi, udah bibi duduk nih di sini." ajak Nara meminta Bi Sri duduk di bangku yang ada di sampingnya.

"Ga apa-apa ini non?" tanya Bi Sri karena merasa tidak enak dengan majikannya itu.

"Ga apa-apa bi, santuy bi santuy!" jawab Nara dengan kekehannya.

"Santuy? Apaan non?" tanya Bi Sri tidak mengerti.

"Santai bi...itu bahasa gaul!" jawab Nara dengan kekehannya begitu juga bi Sri yang jadi ikut terkekeh.

"Hehe maaf non bibi mah ga ngerti bahasa gaul gituan ah," Nara hanya tersenyum, ia bahagia mendapatkan kembali teman untuk bisa dia ajak bicara.

Ia menyelesaikan makannya. Kemudian pamit kepada Bi Sri dengan alasan pergi keluar sebentar mencari angin. Padahal tujuannya adalah berkumpul dengan teman-temannya.

Ia membawa mobil berwarna hitam keluar dari pekarangan rumah. Membawanya dengan kecepatan sedang menuju sebuah tempat di mana awal ia mengenal dunia yang cukup keras.

Sampailah ia dia sebuah tempat seperti sebuah rumah tidak terlalu besar dan ada tulisan di depannya Zard basecamp. Ia masuk kedalam rumah tersebut. Di sambut oleh kumpulan anak lelaki dengan jaket hitam bertuliskan Zard dengan logo tengkorak.

"Ada apa kalian manggil gue ke sini?" tanya Nara to the point.

"Santai dulu. Duduk!" pinta Daren yang tak lain adalah pacarnya sendiri.

"Makin cantik aja ni." goda Daren dengan senyumannya. Di hadiahi sorakan dari semua anggota Zard.

"Duh pak ketu bercinta again!" celetuk Wirpa di tengah-tengah sorakan.

Hal ini tidak berefek apa-apa bagi Nara, ia tidak tersenyum ataupun pipinya merona di puji seperti itu oleh Daren karena hubungannya dengan Daren hanya pemaksaan belaka. Status itu tak berarti bagi Nara, sebenarnya Daren lah yang memaksa Nara menjadi pacarnya tanpa meminta Nara menjawabnya dan Nara tak pernah merasa Daren sebagai kekasihnya.

"Bullshit! Cepet ngomong atau gue pergi dari sini." ucap Nara,ia sudah muak berhadapan dengan orang-orang licik ini.

"Oke. Gimana balapan tadi? Menang?" tanya Daren.

"Kalah. Motor gue masuk ke jurang." jawab Nara jujur. Daren menatap tajam pada Nara.

Brak!

"Gue bilang apa hah? Sabotase motornya! Kenapa lo ga pernah mau dengerin gue Nara?!" Daren menggebrak meja di depannya dan emosinya mulai memuncak. Namun Nara sama sekali tidak takut dengan amarah Daren.

"Lo gila Dar? Gue hampir kehilangan nyawa karena pemaksaan lo! Dan lo malah nyuruh gue buat sabotase motornya? Lo ga mikir dengan kaya gitu dia bakal bernasib seperti gue! Dan kalau dia jatuh ke jurang gue bisa masuk penjara lo pikir itu Daren!" Nara sudah sama emosinya dengan Daren. Daren hanya mementingkan dirinya sendiri.

"Lo camkan satu hal Nara! Aldran itu musuh Zard! Musuh lo juga! Jadi lo harus habisin musuh lo tanpa ampun. Ngelakuin gini aja lo ga bisa,buat apa lo ada di Zard hah?!" Fahmi sekarang yang mulai emosi sedangkan anggota lain hanya diam memperhatikan.

"Gue mau lo bunuh Aldran!" perintah Daren. Nara berdiri dari duduknya menatap tajam pada Daren.

"Gue bukan psikopat! Gue bukan manusia yang ga punya hati kaya lo,yang cuman bisa mentingin diri sendiri. Gue ga pernah minta buat masuk Zard. Semua ini pemaksaan lo Daren! Hari,dan detik ini juga. Gue bakal pergi dari dunia keras lo ini. Selamat menikmati keegoisan lo!" akhir Nara lalu pergi ke arah pintu keluar tak lupa melepas jaket hitam Zard dan melemparnya ke atas meja yang biasa mereka gunakan.

"Oke! Gue minta kita putus. Dan lo emang ga berguna di gang ini" kalimat yang di lontarkan Daren membuat langkah Nara berhenti. Dan berbalik menatap Daren yang berdiri menatapnya datar.

"Putus? Gue sama lo? Kita kapan jadian? Gue gak pernah bilang cinta sama lo,hanya pemaksaan belaka. Dan lo bilang gue gak guna? Wait! Yang ga guna lo apa gue? Lo ngandelin cewe buat ngabisin cowo sendirian? Ketua gak guna!" Setelah mengucapkan hal itu Nara segera pergi meninggalkan basecamp Zard.

Semua anggota menatap kepergian Nara. Dalam hati mereka masing-masing membenarkan perkataan Nara terhadap Daren. Malah Nara lah yang mengatur siasat penyerangan bukannya Daren. Dan Daren lah yang memaksa Nara masuk Zard.

"ARGH! Nara Almira! Hidup lo ga bakal tenang mulai sekarang!" ucap Daren sembari memukul tembok di sampingnya hingga tangannya mengeluarkan darah.

**

-ALNARA-

VOTE+COMEN

ALNARA [COMPLETE]Where stories live. Discover now