1.🍓

363 45 24
                                    

Pagi yang sejuk dan sinar hangat dari matahari pagi di Bandung Selatan. 360 siswa berbaris rapi di lapangan. Ini adalah hari pertama mereka mengikuti MOS. Tetapi bukan MOS yang biasanya, karena acara MOS yang menyulitkan siswa sudah dihapuskan oleh pemerintah. Tidak ada lagi pakaian gembel, tidak ada lagi penindasan, zaman itu sudah berakhir. Reformasi sudah ditegakkan.

Ya, selamat datang di cerita kehidupan remaja yang biasanya membahas MOS, Kakak kelas, Adik kelas, murid baru, senioritas, percintaan, persahabatan, anak nakal, dan lainnya. Lalu apakah cerita ini akan berbeda? Kita lihat penulis mau membawa kita ke mana.

Perempuan setinggi lima kaki berjalan di koridor sekolah bercat hijau muda. Memakai topi hitam yang memiliki lambang OSIS di atasnya. Ia adalah anggota OSIS, sekaligus insan yang memiliki penggalan kisah dalam cerita ini.

Ia berhenti tepat di depan tiang bendera. Kemudian naik ke atas undakan tembok, agar ia terlihat agak sedikit tinggi. Ah tidak, undakan itu memang diperuntukan untuk seseorang yang ingin berbicara di hadapan orang-orang yang berbaris. Seperti pembina upacara misalnya.
Perempuan itu membenarkan kacamata tebal yang ia pakai. Kemudian seorang laki-laki muda yang bertopi sama dengannya mendekat, dan memberikan sebuah mikrofon ke gadis mungil itu.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ia mengucapkan salam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab seluruh siswa.

"Nama saya Bellana Putri Setiani, panggil saja Bella, saya adalah wakil ketua OSIS. Saya mengucapkan selamat datang kepada adik-adik semuanya di kampus SMA kami. Mohon maaf ketua OSIS kalian sedang berhalangan hadir dikarenakan sakit. Saya tidak perlu menyebutkan penyakitnya, tidak berbahaya juga, dan tidak penting."

Gelak tawa terdengar dari barisan siswa. Entah apa yang lucu dari kalimat Bella barusan. Tapi Bella memutuskan melanjutkan penjelasannya, "Seperti yang kalian tau, pemerintah sudah menghapuskan acara MOS di setiap sekolah, dan menggantinya dengan acara perkenalan sekolah. Gunanya untuk mengenal lebih dekat sekolah. Kan 'tak kenal maka tak sayang', jadi harus kenal dulu, baru bisa sayang."

"Wwwoooo!!" Siswa-siswi bersorak.

Bella tidak menghiraukannya. "Itu sebabnya kalian hanya disuruh membuat nametag dan sudah memakai seragam SMA."

"Instruksi!" teriak seseorang bersuara berat dari barisan siswa sambil mengangkat tangan kanannya.

"Iya?" Bella langsung bisa melihat orang itu, karena ia lebih tinggi dari siswa-siswi yang lain. Hanya beberapa siswa saja yang memiliki tinggi sepertinya.

"Maaf, Kakak OSIS. Semua siswa terkena sinar matahari, bahkan anggota OSIS yang lain pun terkena sinar matahari, tapi Kakak malah enak-enakkan berdiri di bagian yang teduh," ucap laki-laki itu.

Hampir semua orang yang berada di area lapangan langsung menatapnya, dan disusul oleh bisikan-bisikan tentang cowok tersebut.

"Oh, siapa nama kamu?" Tanya Bella.

Laki-laki berpakaian rapi itu mengangkat nametag yang menggantung di lehernya.

"Oke, Satria, saya turun." Bella turun dari undakan tembok itu dan berjalan mendekat ke arah tiang bendera, sampai dia bisa merasakan hangatnya sinar matahari pagi.

StrawberryWhere stories live. Discover now