30.🍓

57 5 0
                                    

"Assalamualaikum." Seseorang mengucapkan salam dari luar rumah.

Satria berjalan malas menuju pintu depan rumah. Siapa pula yang bertamu ke rumahnya sore-sore seperti ini. Dia membuka pintu depan. "Wa'alaikumusalam, eh, lo berdua ngapain di rumah gue?" tanya Satria saat melihat dua orang yang ada di luar rumah.

"Emang ini rumah lo doang?" tanya laki-laki bertopi sambil masuk ke dalam rumah, padahal tuan rumah belum menyuruhnya masuk.

"Dih," respons Satria.

"Juju ada, Nyet?" tanya laki-laki berkulit cokelat seraya menepuk pundak Satria dan masuk ke dalam rumah.

"Ngapain lo berdua mau ketemu Adek gue?" Satria pun mengikuti langkah dua orang laki-laki yang tidak dipersiapkan untuk duduk, tapi sudah duduk di kursi ruang tamu.

"Mau belajar bareng lah. Kan, bulan depan masuk UAS," jawab Adi, laki-laki bertopi merah lusuh itu bersandar di kursi untuk tiga orang. Disusul Bagas yang duduk di samping kanannya.

"Lo enggak malu, belajar sama orang yang disleksia? Padahal otak kalian berdua normal."

"Gue tau Juju disleksia dari dulu, dan apa yang dijelasin sama Juju lebih mudah gue pahami dibandingin guru-guru. Termasuk pelajarannya ibu tiri si Bagas," jelas Adi, dengan wajah tampan dosanya.

Mata Bagas mengerling ke arah Adi sambil menjitak kepalanya yang terbalut topi.

"Aw. Becanda, Coy, becanda," ringis Adi.

"Becandaan lo enggak lucu, Nyet. Btw, Juju nya mana?" tanya Bagas.

"Ke warung," jawab Satria, dia sudah duduk di kursi untuk satu orang.

"Buatin minum kek, Sat," pinta Adi seraya memamerkan senyumnya.

"Males gue."

"Tamu harus dijamuz Sat." Sambil menaik turunkan kedua alisnya beberapa kali.

"Ssssss... yaudah tunggu." Satria beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke dapur, dan kembali membawa nampan berisi dua gelas air mineral.

"Kok air putih sih, Sat. Jus kek, teh manis kek, kopi kek," protes Adi.

"Buat sendiri." Satria menyimpan nampan itu di meja, kemudian kembali duduk di kursinya semula.

"Lo kok enggak deket lagi sama Kak Bella sih, Sat?" Tanya Adi tiba-tiba.

Satria menatap Adi, kemudian dia menatap ke arah meja dengan tangan mengusap-usap pelipis kanannya. "Gue udah enggak deket lagi sama Bella."

"Wah, parah lu, Nyet. Gue bilang juga apa, jangan jadi cowok PHP, gencar pendekatan, eh enggak ada statusnya." Bagas angkat suara.

"Ya, udah lah, gue males bahasanya." Satria ber-decak, kemudian menaikkan dan menekuk satu kaki kanannya ke atas kursi.

"Kok males, bukannya lo suka sama doi?" Adi masih berusaha mengorek informasi.

Bagas menatap tajam Adi, tapi Adi tidak menghiraukannya. Satria melirik Adi sekilas. "Dia sukanya Juan bukan gue."

Adi yang sedang minum langsung tersedak. "Ohok, ohok."

"Mampus lo, mampus!" ucap Bagas yang melihat Adi tersedak.

"Serius, Sat? Ngaco lo, mana ada Kak Bella suka sama Juan."

"Enggak percaya, ya, udah," respons Satria.

"Assalamualaikum." Juan datang dari pintu dapur. Tangan kanannya menjinjing kantung plastik berwarna hitam.

"Wa'alaikumusalam," jawab tiga laki-laki yang mendengar salam Juan.

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang