40.🍓

40 6 0
                                    

Hari perpisahan pun tiba. Kemarin kelulusan sudah diumumkan di website resmi sekolah mereka. Bella mendapatkan nilai cukup bagus, tapi dia tidak berharap menjadi siswa dengan perolehan nilai UN tertinggi di sekolahnya.

Matahari pagi menyinari sekolah mereka yang akan menggelar acara perpisahan. Tiga ruangan kelas disulap menjadi aula besar. Kursi-kursi berjejer rapi. Ada panggung kecil di depan sana. Siswa dan siswi berlomba mengenakan pakaian terbaik mereka. Rata-rata siswi mengenakan kebaya. Tak ada salahnya mengenakan make-up, ini kali terakhir mereka bertemu bersama di sekolah. Penampilan adalah nomor satu. Dan para siswa laki-laki memakai kemeja yang dilapisi jas, mereka terlihat sangat rapi dan tampan saat mengenakan pakaian itu.

Bella baru saja turun dari angkot, hari ini dia tidak mengenakan kacamatanya. Dia tersenyum memperlihatkan gingsul ke setiap orang yang menyapanya. Kebaya modern berbahan brokat dengan warna pink strawberry melekat di tubuhnya. Tak lupa kain batik berwarna coklat dengan corak warna senada dengan kebayanya. Rambutnya yang panjang disanggul sedemikian rupa. Pipinya merona merah muda. Bella terlihat sangat cantik hari ini. Semua orang memuji dan tersenyum kepadanya.

"Tinkerbell!!" seru Fitria sambil berlari ke arah Bella, tangannya terlentang, lalu memeluknya erat. "Lo cantik banget sih, Bel."

"Lo juga cantik, Fit," aku Bella. "Kan, kebaya kita samaan."

Fitria baru menyadarinya. "Iya juga sih, nyesel gue, tadi enggak disanggul kayak lo," ucap Fitria sambil mengibaskan rambutnya yang dibuat keriting bergelombang.

"Kalo samaan banget nanti kayak anak kembar. Males gue disamain sama lo."

"Iya deh, otak kita emang beda jauh." Bella dan Fitria tertawa. "Yuk ah, masuk," ajak Fitria seraya merangkulkan tangannya di bahu Bella.

Bella mengangguk sambil tersenyum. "Yuk."

Dari jauh, laki-laki berkemeja putih dengan jas berwarna biru navy hanya bisa menatap gadis bergingsul itu dari jauh. Tak ada lagi kesempatan untuknya mendekati gadis mungil nan cantik tersebut.

Bella dan Fitria masuk ke aula besar yang sekarang dipenuhi dekorasi kain-kain yang menjuntai seperti di acara pernikahan. Langit-langitnya pun dipenuhi dekorasi. Bunga-bunga yang dirangkai memenuhi setiap sudut ruangan, ditambah pendingin ruangan yang disetel sangat tinggi sampai membuat seluruh ruangan dingin bukan main. Padahal cuaca di sini memang sudah dingin.

Satu persatu acara pun digelar. Dimulai dari acara pembukaan yang menampilkan tari merak. Para penari mengenakan kostum layaknya seorang merak, diiring oleh musik Gending Macan Ucul, gerakan-gerakannya sangat indah dan gemulai. Empat penari itu berasal dari kelas X dan XI, yang kebetulan hari itu diliburkan. Dilanjut dengan acara penyambutan dari kepala sekolah, komite sekolah, dan lain sebagainya. Ada Apihnya Satria di sana, tapi sedikit yang mengenalinya. Karena tidak ada yang tahu jika Satria adalah cucu dari komite sekolah.

Acara selanjutnya, akan diumumkannya siswa dengan perolehan nilai UN tertinggi di sekolah. "Baik, sekarang saya akan menyebutkan sebuah nama siswa dengan perolehan nilai ujian Nasional tertinggi tahun ini," ucap pembawa acara yang berasal dari kelas XI.

"Kira-kira siapa, ya?" tanya pembawa acara yang lain.

"Ya udah, enggak usah nebak-nebak, kita sebutkan aja."

Ke dua pembawa acara itu pun membuka sebuah amplop dan mengambil kertas di dalamnya. "Wow," ucap salah satu dari mereka.

"Langsung saja, kita sambut, siswa dengan perolehan nilai ujian Nasional tertinggi tahun ini adalah...." pembawa acara memberikan jeda. Ada siswa yang penasaran seperti Fitria, dan ada juga siswa yang tidak peduli seperti Bella. "Bellana Putri Setiani!"

Bella terbelalak saat mendengar namanya dipanggil.

"Nama lo, Bel!" ucap Fitria sambil menggoyang-goyangkan bahu Bella.
Gugun yang ada di samping mereka pun bertepuk tangan dengan riang.

Bella naik ke atas panggung dan berdiri di balik podium. Semua orang bertepuk tangan. Bella sedikit terharu, dia tidak menyangka jika dirinya menjadi lulusan terbaik di SMA-nya. Bella tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya mengucapkan banyak terima kasih kepada para guru dan teman-temannya. Dan berkata bahwa mereka harus mengejar mimpi-mimpi mereka, jika belum memiliki mimpi, maka carilah, kerjakan apa yang kalian sukai, karena mimpi tidak hadir dengan sendirinya.

Saat Bella turun dan kembali ke tempat duduknya, Fitria kembali memeluk Bella. "Maaf ya, Bel. Gue enggak bawa buket bunga."

"Apaan sih, Fit. Enggak usah kali, enggak perlu ada buket bunga juga gue seneng. Kan, dipeluk lo."

"Ouch," Fitria melepaskan pelukannya. "Gue pasti bakalan kangen lo, Bel. Kenapa harus ke IPB, sih? Gue, kan, enggak bakalan masuk sana. Kita jadi enggak bisa bareng lagi."

"Kita masih bisa kontekan, Fit. Pasti gue bakalan sering-sering nelpon lo. Lagian gue juga belum tentu keterima di sana."

Fitria tersenyum, kemudian kembali memeluk Bella. "Pokoknya gue mau puas-puasin meluk lo."

Bella terkekeh. "Iya, hari ini gue buat lo deh."

Bella mungkin tak memiliki pacar. Tapi dia memiliki sahabat, yang bisa menjadi perahu di tengah-tengah luasnya lautan cinta yang dipenuhi ombak dan badai.

Acara perpisahan berlanjut ke acara penampilan bakat dari adik-adik kelas. Ada yang menari, bernyanyi, dan sebagainya. Jam menunjukkan pukul setengah satu siang, waktunya makan siang. Ini adalah hari terakhir mereka makan bersama di sekolah. Setelah mereka berpisah, mereka tidak mungkin lagi bisa berkumpul dengan lengkap saat sudah memiliki kehidupan masing-masing.

Galeri foto di ponsel sudah dipenuhi oleh foto-foto indah yang dihiasi senyuman bahagia dari setiap insan yang akan berpisah. Acara ditutup dengan saling bermaaf-maafan, saling mendoakan, dan saling melepas haru antar siswa juga para guru. Acara yang menguras air mata dan berkesan memang selalu dilaksanakan paling akhir. Tangis pecah, tawa pecah, dan haru pecah. Semuanya melebur menjadi satu.

Jam menunjukkan pukul tiga sore lebih lima belas menit. Semua acara sudah dilaksanakan. Bella sedang berjalan berdampingan bersama Fitria. Menatap langit sore yang masih cerah. Sesekali mereka disapa teman-teman, yang mengucapkan selamat dan memanjatkan doa agar sukses.

"Bel," ucap Fitria yang menghentikan langkahnya.

Bella menatap Fitria, tapi Fitria menatap ke arah depan. Bella pun mengikuti arah pandang Fitria. Matanya menangkap seseorang yang sedang duduk membelakanginya di atas motor Vespa hitam. Dia memakai kemeja merah tua yang sangat pas di tubuhnya, bagian lengannya dilinting sampai mendekati siku. Celana kain yang juga terlihat sangat pas melekat di kakinya, tak lupa sepatu mengkilap.

"Satria?" gumam Bella. Laki-laki itu berbalik, lalu tersenyum memamerkan senyumnya yang memukau, senyuman yang Bella rindukan.

*🍓🍓🍓*

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang