epilog

159 16 0
                                    

Minggu, 12 Januari 2020.

Delapan bulan berlalu. Hujan lebat selalu mengguyur kota kembang akhir-akhir ini. Gadis berkacamata dengan rambut rata sepunggung sedang menatap tumpukan-tumpukan buku, rencananya dia akan membeli salah satunya. Liburan kali ini dia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Mengenang memori bersama seseorang yang selalu dia rindukan setiap malam. Sekilas matanya terarah pada sebuah buku dengan sampul siluet ksatria berkuda lengkap dengan baju besinya. Gadis itu tersenyum tipis.

"Suka kesatria, ya?"

Bella menoleh sekilas. Matanya menatap punggung laki-laki berkemeja flanel dengan corak warna hitam, merah, dan kuning. Apaan banget deh ni cowok, bisik batinnya.

"Ada enggak, ya. Ksatria yang enggak pake baju besi?" tanya laki-laki itu entah kepada siapa.

Ni cowok nanya gue? batinnya lagi, tanpa sedikit pun menoleh.

"Kayaknya kamu juga lebih suka sama kesatria yang enggak pake baju besi, ya? Atau lebih kangen?"

Sumpah ni cowok, sok akrab banget.

Lengang.

"Kamu enggak kangen saya?"

Tiba-tiba sesuatu terjadi pada diri Bella. Dia merasakan detak jantungnya berdebar, dan perutnya mulai mulas. Ini suara...

Bella berbalik, menatap laki-laki yang memakai kemeja flanel dengan kancing di biarkan terbuka, menampilkan t-shirt merah tua di dadanya yang bidang. Laki-laki itu sedang tersenyum dengan bulu jambang tebalnya yang khas. Matanya yang coklat, dan rambutnya yang selalu bergaya Messy Quiff. Sekarang ada rambut-rambut tipis di dagunya.

"Hai, Bell," sapanya. "Apa kabar?"

"Sa-satria?" Bella agak tergagap. Ia tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.

Satria tersenyum lebar, menampilkan gigi-giginya yang putih.

Dagu Bella bergetar, rasanya dia ingin menangis. Sosok ini selalu dia rindukan, apa pun yang ada pada dirinya. Bella merindukan tentangnya. Aromanya, senyumannya, genggam tangannya, dan semua yang ada pada dirinya. Bella tak tahan lagi, dia langsung memeluk laki-laki di hadapannya itu dengan erat-semoga ini nyata, dan bukan halusinasi.

"Maafin saya, Sat."

Satria membalas pelukan Bella. "Maafin saya juga," sambil mengelus rambut panjang Bella. Mendadak mereka berdua saling bermaafan seperti di hari lebaran.

Setelah lebih dari satu menit mereka berpelukan melepas rindu, Bella melepaskan pelukannya. Dia menatap Satria. "Ini beneran kamu?"

"Iya, ini saya, Bel," jawab Satria dengan masih memasang senyumannya.

"Saya enggak tau apa yang harus saya katakan, Sat. Tapi yang pasti, saya menyesal, saya menyesal atas apa yang saya lakukan ke kamu."

"Enggak papa, Bel. Saya juga nyesel, kenapa dulu malah mundur, bukan memperbaiki diri."

Bella tersenyum, mengusap air matanya.

"Apa sekarang, kamu mau memulainya dari awal, Bel?" tanya Satria.

Bella menatap Satria intens. Matanya yang terhalang kacamata, langsung bertemu dengan mata coklat Satria. Bella terus menatap mata itu, dia sama sekali tidak menemukan ada tatapan main-main.

Satria mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana jeans hitam ketat yang dia kenakan. "Maaf, saya enggak nepatin janji saya buat pergi dari hidup kamu. Tapi sekarang saya udah enggak mau main-main lagi. Saya mungkin masih kuliah, tapi umur saya udah dua puluh dua, tahun ini."

Bella menatap barang berwarna emas itu, lalu kembali menatap Satria.

Satria masih menyunggingkan senyumnya yang memukau ke arah Bella. "Enggak papa kalo kamu masih belum siap, saya pasti sabar nunggu."

Apa pun yang akan Bella pilih. Ke mana pun langkah yang akan Bella pijak, dia harus mengambil keputusan itu dengan hati dan pikiran yang dingin. Menyandingkan semuanya dengan emosi hanya akan membawanya kembali pada rasa kecewa dan penyesalan. Seperti layaknya buah stroberi, yang hanya bisa tumbuh subur di suhu dan lingkungan yang sejuk. Apa pun buah yang akan dipanen nanti, manis maupun asam, semuanya harus diterima. Karena itu indahnya hidup. Berwarna karena rasa, yang tidak selamanya sama.

*🍓🍓🍓TAMAT🍓🍓🍓*

Akhirnya selesai--lagi

Terima kasih sudah membaca cerita ini sampai selesai.
Terima kasih juga buat yang udah vote, comment, dan share.
Kalian luar biasa :* :* :* <3 <3 <3

Yang belum vote, comment, sama share, ditunggu ya, karena tiga hal itu gratis...

Semoga kalian enjoy bacanya, petik yang baiknya, tebang yang buruknya (eh apaan sih)

Sampai jumpa di cerita author yang selanjutnya!!!

See you... :*

StrawberryDove le storie prendono vita. Scoprilo ora