9.🍓

153 14 0
                                    


Motor sport berwarna merah berhenti di depan sebuah rumah. Azan magrib baru saja selesai dikumandangkan. Satria melepas helmnya, menyugar rambut dengan jari tangannya agar tetap berdiri seperti semula, lalu berjalan mendekati pintu rumah dengan perlahan. Saat ia akan memegang gagang pintu, dan... pintu itu tiba-tiba terbuka. "Ya Allah, dari mana aja kamu teh, Kasep (Ganteng -red)?"

"Hehehe." Satria tersenyum manis kepada Amih, lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. "Assalamualaikum, Amih."

"Wa'alaikumusalam, kamu teh ke mana aja, magrib baru pulang. Juan mah udah pulang dari jam tiga."

"Main dulu Amih, lagian Satria, kan, cowok, baru juga jam enem, enggak tengah malem."

"Main ada waktunya, Kasep. Hari Minggu kan bisa, bukan tiap hari," saran Amih, dengan aksen Sunda-nya yang khas.

Satria menggaruk tengkuknya. "Yaudah, Satria masuk, ya, Amih, mau mandi, ada air anget, kan?" Satria memang selalu mandi menggunakan air hangat, suhu di sini sangat dingin. Di Jakarta saja dia mandi menggunakan air hangat, apalagi di sini.

"Iya, ada, nanti Amih bawa ke kamar mandi."

"Makasih, Amih." Satria kembali tersenyum manis. "Eh, Amih, Apih mana?" Satria bertanya dengan suara sangat kecil, bahkan mirip berbisik.

"Ke mesjid."

Satria mengangguk-angguk sambil tersenyum, kemudian masuk ke dalam rumah. Selamet, batinnya sambil mengelus dada.


*🍓🍓🍓*


Satria sudah selesai mandi dan berganti pakaian, dia keluar dari kamar dan mendapati adiknya sedang membaca komik One Piece. "Ju, gue minjem Hoodie lo yang ada tulisan 'WARBAH' nya. Kata si Adi lo punya."

Juan mengerlingkan matanya ke arah Satria. "Di kamar." Kemudian kembali melihat ke arah komik yang sedang dia baca.

Satria berjalan menuju kamar Juan. Dan sampailah dia di sini, di kamar yang sengat rapi dan wangi. Matanya menyapu seluruh ruangan, tapi ia tak kunjung melihat Hoodie berwarna merah tua itu. "Sebelah mana?!" teriak Satria dari dalam kamar Juan.

"Belakang pintu," saut Juan.

"Ngomong dari tadi," gumam Satria, dia melihat ke balik pintu. Tada, Hoodie-nya ada di sana. "Cocok banget, gue suka warna ini," lanjutnya dengan wajah berbinar.

Satria akan mencium aroma Hoodie di pegangannya, takutnya bau. Sampai sebuah suara mengagetkannya. "Enggak bau, udah di cuci, baru gue pake tiga kali juga. Emangnya punya lo, bau, dipake tiap hari tapi enggak pernah dicuci."

Satria melihat adik sepupunya dari dalam kamar dengan pandangan heran. Juan masih duduk manis di kursi, matanya sibuk melihat ke arah komik, dan jari tangannya sesekali membuka lembaran-lembaran kertas. Dia punya indra ke enam? Pikirnya. Tajem banget lagi kata-katanya.

Walaupun sudah diberi tahu jika barang berwarna merah tua itu tidak bau, tapi Satria tetap mendekatkan hidungnya ke Hoodie bertuliskan WARBAH yang ada di genggaman tangannya. Dan, tidak bau-malah wangi, tercium aroma deodorant yang sudah agak menyatu dengan parfum dan aroma tubuh Juan. Satria memakai Hoodie itu dan keluar dari kamar Juan. "Gue pinjem ya?"

"Hm," gumam Juan tanpa melihat ke arah Satria.

Satria masuk ke dalam kamarnya untuk bercermin di kaca lemarinya. Saat Satria sedang bergaya ala-ala model pria majalah Elle, sebuah suara tanda jika ada yang menelepon ke ponselnya terdengar. Satria mengambil ponselnya yang terbaring di atas meja belajar dan melihat nama yang terpampang di layarnya. Tanpa menunggu lama, jempol Satria menggeser icon berwarna hijau.

StrawberryOnde histórias criam vida. Descubra agora