28.🍓

57 7 0
                                    


"Kak Fit, itu amplop apa?" tanya Mara, sekilas matanya melihat ke arah bawah, lalu kembali menatap tas sambil merogohnya lebih dalam untuk mengambil barang pesanan Fitria. Sedangkan Fitria mengernyit, dia membungkuk untuk mengambil amplop tersebut.

"Kak Fit, nih." Mara menyerahkan sebuah kartu SIM card kepada Fitria.

Fitria menerimanya. "Makasih, ya, Ra. Ini beneran, kan, kuota internetnya seratus GB?"

Mara tersenyum, kemudian mengangguk.

"Nih." Fitria memberikan uang berwarna biru kepada Mara.

Mara menerima uang dari Fitria. "Makasih juga ya, Kak Fit. Nanti kalo mau beli kartu kuota lagi, ke aku aja, ya."

"Iya, Ra," jawab Fitria.

Mara tersenyum. "Kalo gitu, aku pulang dulu ya, Kak," pamit Mara, kemudian dia berjalan menjauhi Fitria. "Dah."

Fitria tersenyum. Kemudian dia berjalan menuju kelas seseorang. Dia pikir, dia harus memberikan benda tersebut kepada seseorang yang namanya tertulis di atas amplop itu.

*🍓🍓🍓*


Mata Bella seketika terbelalak. Ia berdiri dan menepis lengan Fitria. Bella menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue enggak nyangka, Fit."

"Dengerin gue dulu, Bel. Awalnya gue ngelakuin ini demi lo." Fitria menatap nanar Bella.

"Enggak, enggak ada yang perlu dijelasin, Fit. Gue kecewa sama lo. Ternyata lo bukan sahabat yang baik buat gue."

"Harusnya gue yang kecewa sama lo, Bel," respons Fitria tiba-tiba. "Gue tau semuanya tentang lo. Tapi lo, lo tau enggak tentang gue? Lo tau enggak?! Selama ini gue cuman dijadiin cewek cadangan buat cowok-cowok yang suka sama lo," jelasnya.

Bella mengernyit, ia tidak mengerti dengan perkataan Fitria.

"Apa itu yang namanya sahabat baik, Bel? Semua cowok yang gue suka, cuman ngeliat lo doang. Gue selalu ngalah selama ini, Bel. Tapi lo dengan entengnya nolak mereka semua. Gue capek liat lo yang cuman terfokus sama cowok yang jelas-jelas enggak suka sama lo. Nyampe lo nyama-nyamain penampilan lo sama dia."

Mata Bella terbelalak saat mendengar kalimat yang menusuk hatinya keluar dari mulut sahabatnya sendiri.

Fitria melanjutkan perkataannya. "Lo kira gue enggak tau? Kacamata yang lo pake itu bohongan, kan? Lo enggak perlu-perlu banget pake kacamata. Lo pake kacamata cuman karena mau mirip sama si Juan itu. Gue cuman mau lo bahagia, makannya gue mau ngedeketin lo sama Satria. Karena gue tau, dia cowok yang pantes buat lo." Fitria menekan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Bella semakin menangis hebat, tangan kanannya memegangi kepala yang mulai pusing karena kata-kata Fitria barusan. Ditambah hatinya merasakan sesuatu yang sangat menyesakkan.

Fitria mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. Kemudian ia beranjak dan akan pergi meninggalkan Bella. Tapi Bella menahannya, perempuan berkacamata itu memeluk Fitria dengan erat. "Maafin gue, Fit. Ternyata gue yang bukan sahabat baik, bukan lo. Gue minta maaf, gue enggak mau kehilangan lo."

Fitria membalas pelukan Bella. "Maafin gue juga, Bel. Ternyata apa yang gue lakuin salah."

Setelah satu menit mereka saling berpelukan, mereka berdua melepaskan pelukannya, kemudian saling mengusap air mata yang mengalir di pipi. Bella mengusap air mata Fitria, begitu pula sebaliknya. Senyuman merekah dari keduanya, mereka kembali berpelukan. "Gue mau kita sahabatan terus, Fit."

"Kita pasti sahabatan terus, Bel."

Kita tidak bisa selalu mengharapkan hal indah dari seorang sahabat. Karena sahabat pun adalah manusia, mereka tidak memiliki tongkat ajaib. Mereka tidak selalu membuat kita tersenyum dan tertawa. Tapi itulah indahnya persahabatan.

StrawberryWhere stories live. Discover now