4.🍓

233 27 12
                                    

"Hey."

"Aaaaaa!!" teriak ketiga laki-laki itu ketika mendengar suara sapaan dari seorang perempuan. Aneh ya, mendengar cowok-cowok teriak. Atau mungkin, tidak.

"Setan!!" Atambah Adi.

"Enak aja, manggil wakil ketua OSIS setan," ucap perempuan berkacamata yang memakai kardigan rajut berwarna putih.

Ketiga laki-laki yang menenggelamkan wajahnya di belakang Juan langsung berdiri tegak. Berlagak menunjukkan wajah cool, mencoba menghilangkan wajah malu yang bercampur kaget ketika mendapati Bella tak jauh dari tempat mereka berdiri. Satria memasukkan kedua tangannya ke dalam saku Hoodie berwarna merah tua yang dia kenakan, Bagas dan Adi menggaruk-garuk tengkuk. Sedangkan Juan menunduk, menyembunyikan wajahnya yang menahan tawa.

"Eh, Kak Bella, kirain Miss 'K', soalnya putih-putih," Adi menyapa Bella sambil tersenyum kikuk.

Bella tersenyum memperlihatkan gingsulnya. "Ada-ada aja kalian ini." Sambil menggelengkan kepalanya.

Satria merasakan sesuatu yang aneh ketika melihat senyuman manis itu. Waktu seperti berhenti sejenak. Ada sesuatu yang menyihirnya ketika melihat senyuman manis nan imut dengan sentuhan gingsul itu. Tanpa disadari ia masuk ke dalam perangkap yang dibuat oleh semesta. Langsung dua perempuan. Badannya membeku saat menatap Bella. Matanya tak bisa berpaling dari gadis itu.

"Kalian udah selesai?"

Mereka berempat mengangguk untuk menjawab pertanyaan Bella.

"Dapet berapa pertanyaan?"

"Enggak dapet, Kak," jawab Adi, lagi. Dia yang paling banyak berbicara.

Bella tersenyum sambil mengangguk-angguk. "Wah, beruntung kelompok kalian, tadi ada anak cewek yang nangis-nangis."

Juan berbisik kepada Adi. "Jangan percaya sama internet, semua angka itu bagus."

"Ya elah, Ju, kita cuman beruntung doang."

Juan mengangkat kedua bahunya sekilas untuk merespon kalimat Adi.

"Yaudah, sekarang ikut saya. Udah malem, kalian boleh tidur," ujar Bella, kemudian berjalan lebih dulu ke belakang pohon markisa.

Mereka berempat mengikuti langkah Bella. Sekarang Satria yang berjalan lebih dulu-matanya masih menatap Bella-seperti tidak berkedip sama sekali, disusul Adi dan Bagas, Juan ditinggal di belakang mereka. Ada sebuah jalan setapak yang menyambung ke gerbang depan sekolah.

*🍓🍓🍓*


Pagi yang cerah hari ini. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Anak laki-laki sedang mengantre untuk mandi. Mereka semua baru bangun, karena tadi setelah salat subuh mereka tidur lagi.

Satria sedang melipat kedua tangannya di depan dada dan menyandarkan bahu kirinya di tembok. Tak lupa handuk kecil berwarna merah yang menyampai di bahu kanannya. Ia menjadi orang terakhir yang mengantre, karena ia bangun paling terakhir. Satria melamunkan kejadian semalam. Bukan kejadian yang membuatnya takut, tapi kejadian saat ia melihat senyuman manis dengan gingsul yang khas. Tanpa ia sadari, bibirnya membentuk sebuah bulan sabit.

Laki-laki berkulit sawo matang yang berada di depannya langsung melirik ke arah Satria. "Ngapain lo, Sat? Senyum-senyum sendiri, kesambet setan semalem nih. Pasti."

"Kok gue ke bayang Bella terus, ya?"

"Bella, Bella, gak sopan lo sama Kakak kelas," seru Adi yang mendengar perkataan Satria.

"Gue emang lebih tua dari Bella kali," akunya.

"Hhmm... " Bagas tersenyum miris. "Ngaco lo, Nyet."

"Eh, bener tau, Gas," seru Adi yang berada di depan Bagas, dia menyadari sesuatu. "Satria emang udah tua."

Bagas sedikit terkejut. "Hah?! Iya gitu, Ju?"

Juan tidak merespons kalimat Bagas, Adi yang dengan senang hati menjelaskan sesuatu yang baru saja dia sadari. "Gue sahabatan sama si Juju dari SD, dia pernah ngomong punya kakak sepupu yang tiga taun lebih tua dari dia."

"Bisa aja kakak sepupu si Juju banyak," jawab Bagas.

"Ye, lo lupa, Gas? Amih sama Apihnya si Juju itu cuman punya dua anak."

"Jadi lo udah delapan belas tahun dong, Sat?" Sambil tersenyum. Senyuman yang penuh dengan ejekan. "Udah berapa kali enggak naik kelas lo, Nyet? Kok masih kelas sepuluh?" Lalu dia tertawa.

"Sat, Sat, Sat, jadi yang enggak sopan itu siapa? Lo berdua atau gue?"

Adi mengejek Satria. "Satria Baja Hitam." Tepat setelah mengucapkan kalimat itu, dia melakukan pose dab ala-ala sambil cengengesan. Bagas pun ikut tertawa geli, sedangkan Satria hanya tersenyum memamerkan giginya sambil menggelengkan kepala.

*🍓🍓🍓*

StrawberryWhere stories live. Discover now