18.🍓

126 13 0
                                    

Mereka semua turun dari motor masing-masing dan langsung menyerang. Baku hantam tidak bisa dihindari. Mereka berdelapan melawan lebih dari tiga puluh orang. Anak-anak WARBAH memang jarang-jarang berkumpul lengkap, hari ini saja hanya ada kurang dari sepuluh orang yang ada. Anak-anak WARBAH juga tidak pernah membuat sebuah pertahanan jika ada yang menyerang, karena mereka tidak pernah memulai sesuatu lebih dulu. Jadi buat apa mereka membuat sebuah pertahanan? Lagi pula mereka bukanlah komplotan geng yang suka membuat onar.

Satria, Bagas, dan anak WARBAH lainnya kewalahan menghadapi lawan mereka. Jelas, mereka kalah jumlah. Tapi mereka semua tidak akan berhenti, sebelum benar-benar tumbang. Mereka tidak merasa bersalah, karena mereka memang tidak pernah mengeroyok anak-anak WARDE.

Belasan kali wajah dan tubuh Satria terkena hantaman tinju dari lawannya, dan puluhan kali dia melayangkan pukulan ke arah lawannya yang dia rasa tidak ada habis-habisnya. Lebam, sakit, darah, menghiasi wajah dan seluruh tubuh mereka. Satria terjatuh. Dulu saat di Jakarta, dia bisa mengalahkan sepuluh orang sendirian. Tapi lawannya di sini sangat berbeda. Tenaga dan daya tahan mereka hebat, dan tidak bisa dianggap remeh.

Seolah menjadi pahlawan kesiangan, Adi datang dengan lima orang anak WARBAH lainnya. Mereka membawa potongan kayu, lalu memukuli anak-anak WARDE tanpa ampun. Mereka yang menyerang lebih dulu, tiba-tiba memfitnah tanpa memperlihatkan bukti. Adi dan ke lima anak WARBAH yang baru datang berhasil memukul mundur pasukan WARDE.

"Mundur!!" teriak pemimpin anak-anak WARDE.

Mereka semua kocar-kacir ke motor mereka masing-masing dengan mulut penuh dengan umpatan. Deru mesin motor kembali terdengar, dua puluh motor itu pergi meninggalkan WARBAH.

"Cemen, Anjing!! (Lemah -red)" teriak Adi, tangan kanannya mengacungkan balok kayu ke arah mereka.

"Lo ngomong gitu pas mereka udah mau pergi. Tadi lo ke mana, Nyet?" tanya Bagas, lengan kanannya menyusut setetes darah yang ada di ujung bibirnya.

"Gue ... gue, kan, nyari bantuan," jawab Adi.

"Halah, gue liat tadi lo beringsut ke belakang warung."

Adi menggaruk tengkuknya. "Iya ... gue beringsut, karena, gue mau nyari bantuan, gitu." Sambil tersenyum miris.

"Bantuin nih, Satria, dia jadi bonyok, muka lo malah mulus-mulus aja," suruh Bagas, dia membantu Satria berdiri. "Lo enggak papa, Sat? Kita anterin balik, ya? Lo berantakan banget," lanjut Bagas setelah berhasil membantu Satria berdiri.

"Iya, Sat. Coba aja tadi ada Juju, pasti mereka enggak bakalan berani nyerang," timpal Adi, dia pun membantu Satria berdiri.

"Kurang lo liat gue bonyok-bonyok? Mau liat Ade gue bonyok juga?" balas Satria.

Adi tersenyum meringis. Adi dan Bagas membantu Satria ke motor Adi untuk diantar pulang-motor Adi cukup nyaman untuk dipakai berboncengan. Sedangkan Bagas mengendarai motor Satria. Ke lima orang anak-anak WARBAH yang dibawa oleh Adi pun membantu anak-anak WARBAH lainnya yang juga terluka.

*🍓🍓🍓*

"Assalamualaikum."

Pintu rumah terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya. "Wa'alaikumusal ...." kata-katanya terhenti saat melihat cucu pertamanya babak belur. "Astagfirullahalazim." Amih menutup mulutnya, kemudian akan menyentuh lebam-lebam di wajah Satria. "Ini teh kenapa? Sok atuh, bawa masuk."

StrawberryWhere stories live. Discover now