38.🍓

40 6 0
                                    

Seolah ada godam yang menghantam dadanya. Satria terdiam cukup lama. Kata-kata Rizal membungkam mulutnya. Dia tidak mau terlihat kaget, juga tak mau memperlihatkan rasa sakitnya.

Rizal tersenyum menyeringai. "Kenapa sekarang lo diem? Barusan lo ngotot banget mau lewat."

Satria tidak mau terlihat bodoh. "Minggir." Satria menubruk bahu Rizal. Berjalan menjauhinya. Niatnya untuk menemui seseorang roboh begitu saja. Dia malah berjalan lurus melewati kelas yang awalnya menjadi tujuannya. Entah, sekarang dia akan pergi ke mana.

Rizal tersenyum puas sambil mengangkat kedua lengannya, menerima tubrukan dari Satria.

Seorang gadis berkacamata melihat laki-laki itu berjalan melewati kelasnya. Kenapa dia bisa melewati koridor kelasnya? Padahal di ujung sana tidak ada tempat untuk anak kelas X atau tempat yang biasa dijadikan tempat tongkrongan. Bella memutuskan untuk pergi melihat ke luar kelas. Tapi sayang, laki-laki itu sudah tak lagi terlihat.

"Bel?" sapa seseorang dari samping kanan Bella. "Lo nyari siapa?"

"Enggak nyari siapa-siapa," jawab Bella, singkat. Kemudian dia kembali masuk ke dalam kelasnya. Diikuti laki-laki yang menyapanya itu.

Satria berjalan dengan cepat. Hatinya merasakan sesuatu yang panas. Sesak, dadanya serasa tertimpa batu besar. Napasnya memburu, ingin sekali dia memukul seseorang untuk melampiaskan amarahnya. Sampai tidak sengaja dia menabrak seseorang.

"Aw," ringis gadis itu saat dirinya tertabrak oleh laki-laki yang memiliki badan tinggi besar. Sedangkan Satria hanya terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan langkah kakinya. Gadis itu menatap Satria. Kemudian dia menyadari bahwa Satria berjalan dari arah koridor kelas XII.

"Sat!" serunya memanggil Satria.

Satria berhenti, kemudian menatap gadis yang memanggilnya sambil mengembuskan napas berat. Dia memperlihatkan raut wajah yang tidak menyenangkan. Sebenarnya dia tidak ingin diganggu.

"Lo udah nemuin Bella?"

Satria berbalik, melanjutkan langkahnya. Dia lelah, hatinya benar-benar lelah.

Fitria berdiri menghadang Satria. "Sat, tunggu dong."

"Lo ngapain sih ganggu gue terus?!" Satria agak meninggikan suaranya.

"Kok lo teriak-teriak sih?" Fitria mengernyit bingung.

Satria mengibaskan lengannya. "Udah lah, lo mau bahas Bella lagi, kan?"

"Iya, lo udah ketemu sama dia barusan? Apa katanya? Dia beneran suka sama lo, kan? Iya, kan?" cecar Fitria sambil tersenyum.

"Apaan sih lo, dia udah punya pacar. Sekarang lo enggak usah nyuruh gue buat deketin dia atau apa pun yang berhubungan sama dia," pungkasnya. Kemudian Satria pergi meninggalkan Fitria.

"Pa... pacar?" tanya Fitria entah kepada siapa. Dia bingung sendiri, kenapa dia tidak tahu jika sahabatnya sudah memiliki pacar?
Fitria segera berbalik ke arah Satria, kemudian berlari mengejarnya. "Eh, Sat, maksud lo apa sih?!"

Satria berhenti. "Lo masih nanya maksud gue? Udah jelas, kan? Bella udah punya pacar. Lo sahabatnya sendiri masa enggak tau."

"Siapa? Setau gue Bella belum dideketin cowok lagi setelah dari lo."

"Halah, enggak usah sok-sokan enggak tahu deh lo. Rizal barusan ngomong kalo dia pacarnya Bella."

"Rizal?" Fitria mengernyit.

"Mending lo tanya langsung deh ke orangnya, enggak usah ngejar-ngejar gue mulu. Pusing gue."

"Terus lo percaya?" tanya Fitria.

StrawberryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora