6.🍓

189 21 7
                                    


Di sisi lain, tepatnya di rumah Amih dan Apih, terjadi sebuah pembicaraan yang cukup rumit.

"Pindah ke sini?" tanya Amih.

"Enggak papa kan, Amih?" Sarah berbalik bertanya.

"Ya boleh atuh. Ya, kan, Apih?" Amih melihat ke arah Apih.

Apih mengangguk. "Jadi, Satria udah kelas tiga SMA? Kan, dulu dia masuk sekolahnya telat, umur tujuh tahun, jadi masih SMA, kan?"

Surya dan Sarah saling melempar tatapan. Surya menghembuskan napasnya dengan berat, lalu melihat ke arah Apih dan Amih. "Jadi, Satria itu, enggak ngelanjutin sekolahnya pas kami di Belanda, Apih." Surya agak ragu mengatakan hal itu.

"Kumaha? Kumaha? (Gimana, gimana -red)" tanya Apih, yang meminta sebuah penjelasan. Sebenarnya tidak benar-benar bertanya, karena Apih sudah mengetahui apa yang akan dikatakan anak dan menantunya.

Surya dan Sarah kembali saling menatap, Sarah memegang tangan kiri suaminya. Surya menjilat bibirnya sendiri karena gugup, lalu menelan ludah-agar tenggorokannya lebih lancar saat ia menjelaskannya kepada Apihnya. "Dua taun lalu Surya enggak bisa pulang, karena sedang ada banyak pekerjaan. Ditambah waktu itu sedang pemilu. Suasananya agak sedikit rumit waktu itu."

"Jadi kalian nelantarin cucu Apih?"

"Surya di sana kerja, Apih. Cari uang buat Satria, buat Amih sama Apih juga," jelas Surya.

"Kalo Apih tau, uang yang kamu kasih ke Apih sama Amih itu hasil dari ngorbanin cucu Apih, najis Apih nerima uang kiriman kalian." Wajah Apih merah padam, amarah menyelimutinya.

Amih memegang lengan kanan Apih. "Udah atuh, Apih."

"Kenapa kalian enggak bawa cucu Apih ikut sama kalian?"

Surya menelan ludah. "Surya takut dia salah pergaulan di Amsterdam. Di sana kan-"

Perkataan Surya dipotong oleh Apih. "Ya, udah, kalian kan bisa kerja di sini, enggak usah ke luar negeri."

"Tapi ini mimpi Surya, Apih."

"Dengan ngorbanin cucu Apih? Iya? Kitu? (Gitu -red)"

Surya dan Sarah diam.

"Apih enggak mau nerima Satria."

"Apih," Amih menggoyangkan lengan Apih dengan mata terbelalak kaget.

"Apa, Amih? Mereka harus ngurus anak mereka sendiri. Ngurus satu anak juga enggak becus, pantesan Sarah enggak bisa hamil lagi." Sambil memalingkan wajahnya.

Sarah menunduk. Kalimat Apih sangat tajam, membuat hatinya sangat sakit seperti teriris. Sarah memang tidak bisa lagi memberikan cucu kepada Amih dan Apih, karena dia mengidap kanker serviks. Itu yang menyebabkan rahimnya harus diangkat lima belas tahun yang lalu.

Surya tidak terima melihat istrinya sedih karena perkataan Apihnya. "Jadi sekarang Apih pilih kasih? Apih mau nerima anak Fajar, tapi Apih enggak mau nerima anak Surya."

"Fajar nyimpen Juan di sini buat nemenin Apih sama Amih."

"Tetep aja, Apih jadi pilihan kasih. Sebegitu jijiknya Apih, sampai enggak mau nerima anak Surya, gara-gara Sarah enggak bisa ngasih cucu lagi ke Apih."

StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang