48.🍓

29 6 0
                                    

Sekelompok orang akan masuk ke area check in. Laki-laki setinggi enam kaki yang menggendong ransel dan sedang mendorong koper besar berbalik menatap orang-orang yang mengantarnya. Laki-laki bertopi merah lusuh langsung memeluknya erat.

"Sat, kok lo pergi sih? Padahal kita udah jadi sahabat," ucapnya.

"Lebay lo," cibir Bagas.

Satria tersenyum. "Ya elah, gue enggak selamanya di sana kali, tiap ada libur pasti gue ke sini."

Adi melepaskan pelukannya. "Janji?"

"Gaya lo janji," sela Bagas.

Satria mengangguk. "Jagain Ade gue, ya, Di," pinta Satria.

"Gue pasti ngintilin terus doi," aku Adi seraya melihat Juan.

Juan yang ada di sana langsung memutar matanya, tanda jika dia jijik mendengar kalimat itu.

Sekarang Bagas mendekat ke arah Satria, dia bersalaman dengannya-salaman khas anak-anak cowok sok gaul. Lalu berpelukan sebentar. "Lo yakin enggak kuliah aja di Bandung bareng si Adi sama Ade gue?" tanya Satria.

Bagas menggeleng sekilas. "Gue butuh suasana baru buat hunting foto. Dan Yogyakarta pilihannya. Baik-baik, ya, lo di sana, Nyet. Jangan ikutan geng enggak jelas."

"Tai," respons Satria sambil tersenyum. Lalu mereka berdua tertawa.

Adi dan Bagas mundur, sekarang Amih dan Apih yang mendekat ke arah Satria. Amih memeluk Satria erat sambil meneteskan air matanya.

"Amih jangan nangis dong, nanti kalo Satria ikutan nangis di sini. Malu," ujar Satria.

Amih melepaskan pelukannya dan mengusap air mata di pipinya. Dia tidak sanggup berkata-kata. Dia hanya mengusap-usap pipi Satria dan memegangi pundaknya. "Jangan nakal, ya, Kasep. Jangan suka keluyuran, jangan suka pulang malem, jangan lupa makan yang teratur, jangan ngerokok terus, jangan nyusahin Mama sama Papa kamu, jagain mereka," ujar Amih lirih.

"Iya, Amih," balas Satria.

Lalu Amih kembali memeluk erat cucunya. Satria membalas pelukan Amih. "Satria sayang Amih, Satria pasti balik kok."

Amih melepaskan pelukannya. Sekarang giliran Apih yang memeluk Satria erat selama hampir satu menit. "Ucapin salam Apih buat Mama sama Papa kamu."

"Enggak, Apih ngomong sendiri aja. Papa udah beli tiket, kan, buat kalian nanti udah lebaran?"

"Iya." Apih mengangguk.

Satria tersenyum. Ke empat orang yang sudah memberi salam perpisahan untuk Satria agak menjauh ketika melihat wajah dua Adiknya yang terlihat BT. Sebenarnya wajah Jihan yang terlihat sangat masam, wajah Juan memang begitu-begitu saja. Mereka memberikan ruang untuk Kakak dan dua adiknya melepaskan rasa rindu hari ini.

"Kalian enggak mau peluk Abang?" tanya Satria sambil merentangkan kedua tangannya.

Dagu Jihan bergetar, matanya berkaca-kaca. Dia tidak kuat lagi menahan emosi ini. Gadis cantik berambut sebahu itu langsung memeluk Satria erat dan meremas Hoodie merah tua bertuliskan WARBAH yang Satria kenakan. "Abang jahat! Aku baru tinggal bareng Abang setaun. Sekarang Abang malah pergi lagi. Abang jahat! Pokoknya Abang jahat!"

Suara tangis dan raungan terdengar dari dekapan Satria. Gadis itu benar-benar meluapkan apa yang ada di dalam hatinya. Satria mengusap-usap punggung Jihan dan menciumi puncak kepala gadis itu. Satria benar-benar menyayangi Jihan, dia adik perempuan yang selalu Satria inginkan. "Kan, habis lebaran kita ketemu lagi."

Jihan masih setia dengan tangis dan raungannya. Beberapa orang sampai menoleh dengan pandangan aneh ke arah mereka berdua.

"Honey, jangan sedih. Nanti Abang jadi enggak enak mau perginya."

"Biarin! Biar Abang enggak pergi sekalian!" ucapnya dari dekapan Satria dengan suara serak.

Satria tersenyum ke arah orang-orang yang menatapnya. "Nanti Abang beliin boneka koala sama kangguru gede di sana."

"Enggak mau!!"

Satria mengendong Jihan seolah dia adalah anak kecil. Ya memang, Jihan terlihat kecil jika untuk Satria. "Gue tenangin dia dulu, ya, Dek. Jagain koper gue," pamitnya kepada Juan.

Satria meninggalkan Juan bersama kopernya, lalu berjalan menuju kursi terdekat untuk duduk. Amih, Apih, Adi dan Bagas hanya menatap mereka dari jauh. Amih sangat mengerti perasaan Jihan bagaimana. Dia selalu ingin tinggal bersama Satria saat dia tahu jika Satria tinggal di rumah Amih dan Apih. Dan dia hanya diberikan waktu setahun untuk tinggal bersamanya.

Jihan berada di pangkuan Satria yang duduk di salah satu kursi panjang. Lengannya masih melingkar di leher Satria, dan wajahnya tenggelam dalam pelukannya. Satria sangat tidak nyaman melihat adiknya seperti ini. Walaupun hanya adik sepupu, tapi Satria tidak pernah menganggapnya sebagai adik sepupu. "Honey jangan nangis. Nanti, kan, kita liburan di sana. Liat kangguru, sama koala. Honey juga dapet tiket dari Papanya Abang, kan?"

Jihan tidak menjawab, dia hanya diam. Suara tangisnya yang meraung tak lagi terdengar. Hanya ada suara Isak tangis dan napasnya yang tersendat-sendat. Satria mencium lagi puncak kepala Jihan dan memeluknya erat.

Setelah Jihan tenang, Satria meminta Amih untuk menemani Jihan di tempatnya duduk. Amih pun memeluk Jihan yang masih agak sedikit menangis, dan Jihan memeluk Amih dengan erat. Ditambah azan magrib sudah terdengar. Mereka memutuskan untuk membatalkan puasanya dengan meminum air.

Kini, Satria berjalan mendekati Juan yang memegangi kopernya. "Lo enggak akan nangis kayak gitu juga, kan? Berat nanti gue, kalo harus gendong lo kayak Honey."

Juan hanya memutar matanya untuk merespons kalimat Satria. Sedangkan Satria terkekeh melihat ekspresi wajah Juan.

"Lo enggak mau peluk gue nih?" tanya Satria.

"Najis," tolak Juan.

"Yaudah gue aja yang meluk lo," kemudian Satria berjalan mendekati Juan dan memeluknya. Walaupun Juan barusan berkata seperti itu, tapi dia tidak menolak pelukan hangat Satria.

"Jagain Amih sama Apih, ya, Dek. Jagain juga Honey punyanya gue nyampe gue balik. Jangan sampe ada cowok yang nyakitin dia."

Juan mengangguk dalam pelukannya. "Lo baik-baik di sana, ya, Bang."

"Iya."

Kemudian seseorang memeluk mereka berdua. Ya, siapa lagi, itu Jihan.

Haru sudah mereka luapkan, dan rasa rindu akan segera mereka rasakan. Sekarang waktunya Satria check in. Karena panggilan pesawat Australian Airlines tujuan Sidney Australia sudah terdengar. Satria menunjukkan tiket, paspor, dan KTP-nya kepada petugas. Lalu masuk melewati ruangan tunggu dan langsung keluar menuju pesawat berwarna oranye putih yang ada gambar siluet tubuh kangguru di bagian ekor pesawat.

Beberapa kali Satria menoleh ke arah Amih, Apih, dua adiknya, dan dua sahabatnya. Satria tersenyum kala melihat mereka. Sebenarnya Satria berharap scene yang ada di film "Ada Apa Dengan Cinta?" tahun 2002 terjadi pada dirinya. Yaitu pada saat Cinta datang dan memeluk Rangga sebelum boarding, lalu berciuman. Tapi sayangnya itu hanya ada di film. Kenyataannya, mungkin gadis yang dia kirim surat itu tidak pernah mencintainya sedikit pun.

*🍓🍓🍓*

StrawberryWhere stories live. Discover now