7. Alden & Alaya

83.8K 8.8K 386
                                    

Alden memarkirkan motor gedenya ke pekarangan rumah, lalu melangkah ke dalam. Mulutnya bersiul seiring langkah kakinya.

Gadis yang sedang memegang sapu itu berdecak pelan melihat sikap majikan galaknya. "Jangan siul-siul Alden ga baik, nanti setannya pada dateng."

Membuat pemuda itu langsung memutar bola mata malas, Alaya dengan pikiran kunonya selalu membuat Alden gemas ingin membawa gadis itu ke rumah sakit untuk bedah otak.

"Kesini bentar coba Alay, gue bawa doorprize buat lo."

Alaya mendekat, masih dengan sapu di tangan kanannya. Untuk berjaga-jaga saja jika doorprize yang dikatakan Alden berisi barang aneh, ia akan langsung memukul laki-laki amburadul itu.

"Muka lo biasa aja kali, kaya orang mau di racun."

Bibir Alaya mengerucut. "Aku masih harus nyuci baju nyapu, ngepel, nyuci piring sama masak, jadi cepet bilang," cerocos Alaya cepat, pekerjaannya masih banyak karena Haidar baru bisa tidur.

Mata Alden mendelik, songong sekali babu jaman sekarang. Namun tangannya bergerak membuka resleting tas berwarna putihnya. "Coba ambil sendiri," alden menyerahkan tas nya.

Kepala Alaya menggeleng. "Ga mau ah, kamu aja yang ambil, nanti kalo kamu pasang jepitan tikus di dalamnya biar tangan kamu sendiri yang rasain."

Tangan Alden terangkat mencubit lengan bagian atas gadis didepannya. "Kebanyakan nonton Mr. Bean kan jadi gini," sebal Alden, mau tidak mau mengeluarkan hadiah untuk gadis di depannya sendiri.

Alaya tercengang, doorprize yang dimaksud majikannya sungguh membuat Alaya bingung tidak mengerti. "Alden ini baju buat apa?" tangannya terangkat mengambil satu pasang baju putih dengan rok kotak-kotak berwarna biru dongker yang masih terbungkus rapih di dalam plastik.

"Dasar bego! Seharusnya lo tau, itu buat apa. Kan gue juga setiap sekolah make seragam yang sekarang di pengang lo," maki Alden tidak berperasaan.

Bibir Alaya maju beberapa senti, untung hati Alaya tahan banting. Jadi tidak akan remuk walau caci maki Alden keluar bagai ribuan anak panah.

"Maksudku, buat apa kamu beli seragam cewek?"

"Buat gue pake sendiri!" hardik Alden, merebut seragam yang masih dipengang oleh gadis yang sudah menyulut emosinya.

"Posisi kaya orang-orangan sawah!" alden memberikan tatapan berapi-api pada gadis di depannya agar tidak protes dan langsung menjalankan perintah yang tadi ia katakan.

Walaupun bingung dan kesal, Alaya tetap menjalankan keinginan majikan galaknya itu, badannya berada pada posisi tegak seperti seorang paskibra dengan kedua tangan yang merentang di sisi kanan dan kiri. "Udah terus apa lagi Alden?"

Senyum Alden mengembang, remaja laki-laki itu memasukan tangan kanan Alaya ke jalan masuk lengan baju seragam. Melakukan hal sama pada tangan bagian kiri.

Jari besar Alden mulai mengancing satu persatu kancing baju seragam yang kini Alaya pakai, namun manik matanya menatap intens wajah Alaya yang sedang menunduk ke bawah.

Mungkin mengawasi laju tangannya agar tidak ke mana-mana yang sedang mengancing baju. "Tenang kali, gue ga bakal grepe-grepe lo," senyum geli Alden tercetak, saat melihat mata gadis di bawah umur itu melotot.

Tangan pendek Alaya refleks menyentuh perut Alden, lalu mendorongnya ke belakang. "Ga punya roti sobek," gumam Alaya menatap tangan nakalnya yang baru saja merasakan isi yang terlapis baju seragam sekolah itu.

"Goblok lo, gue masih SMA jadi mana ada punya roti sobek kaya yang lo pikir, tapi segini perut gue bagus untuk ukuran anak sebaya gue," ketus Alden memberondong semua kekesalannya.

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now