8. Alden & Alaya

78.9K 7.8K 396
                                    

Setelah pulang dari kantor polisi, kedua remaja dengan satu bayi laki-laki itu tidak lansung pulang. Sebenarnya bukan kemauan Alaya tapi ini real paksaan dari remaja yang kini duduk di belakang kemudi itu.

Jika kalian bertanya Pak Syaron di mana, jawabanya beliau dipaksa pulang duluan oleh Alden. Remaja itu memberikan ongkos untuk laki-laki paruh baya itu naik taksi kembali ke Mansion.

Alaya sempat protes dan tidak terima, namun Alden tidak bisa dibantah. Membuat remaja perempuan itu hanya bisa mengelus dada sabar melihat sikap semena-mena majikannya.

"Cepet keluar, lo ga mau kan gue kunciin dari luar." ketus Alden mengambil alih untuk mengendong Haidar, lalu keluar meninggalkan Alaya.

Secepat kilat Alaya langsung ikut menyusul keluar, pikirannya berkelana pada berita yang sering bergentayangan di tv bahwa di dalam mobil lama-lama membuat orang sampai merenggang maut.

Entah lah, itu benar atau tidak, tapi Alaya tidak mau mati mengenaskan seperti itu.

"Alden ngapain kita ke mall?"

"Ngemis," jawab Alden asal, mempercepat langkah kakinya membuat Alaya yang perkaki pendek sampai berlari kecil agar bisa menyusul majikannya itu

Kalau Alaya tersesat dalam mall yang besar ini kan tidak lucu, nanti siapa yang mengurus bayi laki-laki bernama Haidar itu.

"Sekarang lo pilih buat kebutuhan sekolah, tenang gue anak orang kaya yang bisa bayar berapapun totalnya."

Mata Alaya mengerjap bingung. "Kamu ngomong sama aku Alden?"

Alden tersenyum paksa. "Iya sayang, gue ngomong ngomong sama lo. Jadi cepet pilih sebelum lo yang gue jadiin samyang!"

"Aku masih bingung Alden, emang siapa yang mau sekolah?"

Menurut penglihatan dari seorang Alden Farel Ariston kini wajah Alaya memang benar-benar kelihatan seperti ingin di bantai.

Bukan dibantai menggunakan senjata, tapi di bantai pake cinta dan kasih sayang.

Astaga, semoga emosi Alden yang mudah memuncak jangan sampai meledak akibat otak lemot Alaya yang ke leletanya melebih kura-kura.

"Lay, alay! Gue tadi beliin lo seragam sekolah cewek kan? Nah itu, besok hari senin lo daftar ke sekolah gue biar hari selasanya bisa langsung masuk kelas."

"Tapi gimana sama Haidar kalo aku sekolah Alden?!"

Pandangan mata Alden mengarah kesegala sudut mall ini, berharap menemukan objek yang dia maksud. Kaki panjangnya melangkah ke arah pramuniaga yang sedang merapikan barang-barang yg berantakan. "Ehem!"

Kelihatan pramuniaga itu terkejut. "Ada yang bisa saya banting?"

"Bantu kali Mbak, masa iya banting!" ketus Alden menatap jengkel pada perempuan seumuran Kakak keduanya.

"Haduh! Maaf kamu sih buat saya kaget," kepala perempuan itu menunduk, takut pembelinya ini melaporkan sikap tidak sopannya pada atasan tempat ia bekerja.

Alden mendengus. "Jangan nunduk Mbak, saya bukan tuhan."

Kepala pramuniaga itu terangkat, senyum ramahnya mengembang. "Ada yang bisa saya bantu?"

Mata Alden melirik Alaya sekilas, lalu kembali melengos kearah pramuniaga di depannya. "Liat kan, gadis pendek itu pacar saya," telunjuk Alden mengarah pada Alaya yang kini kelihatan memegang tepak pensil yang terjajar di rak.
"Nanti bantu dia buat milih semua keperluan sekolah, bila perlu tunjukkin semua produk terbaik kalian," lanjut laki-laki bertidik itu.

"Itu memang sudah tugas saya," pramuniaga itu berniat melangkah ke arah gadis yang katanya pacar dari laki-laki jangkung yang sedang mengendong bayi itu.

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now