28. Alden & Alaya

54.4K 6.4K 166
                                    

"Alay!"

Gadis remaja itu tersentak kaget, mengelus dadanya sabar menghadapi sikap seenaknya Alden. "Apa Alden? Kamu mah bikin kaget, manggilnya pelan-pelan, aku juga bakal denger ko. Lagian kata almarhum Ibu, kalo udah malem ga boleh bicara kenceng."

Sudut bibir Alden berkedut kesal, ia hanya mengucapkan satu kata dan perempuan itu menjawabnya dengan segerombol kata bermakna teguran. Menyebalkan sekali.

"Bawel amat!"

Alaya berkacak pinggang. "Bukannya bawel, aku cuma ngasih tau aja."

Remaja laki-laki itu mencibir, menahan keinginannya yang ingin sekali mencubit lengan, menarik ujung rambut, juga menyiksa pipi tirus itu hingga berubah warna menjadi merah.

"Malah diem. Tadi kenapa manggil aku?"

"Gue mau lanjutin yang tadi sore."

"Huh, apa?"

Alden kembali di buat semakin jengkel. Otak gadis di depannya ini kadang pintar seperti guru, tapi juga bisa lemot bagai orang idiot. "Astaga! Yang tadi sore itu loh Lay, yang lo bilang malem aja biar enak."

"Oh itu," kepala Alaya mengangguk paham.
"Nanti pagi aja deh sekalian," lanjut Alaya dengan mimik wajah polosnya.

Alden melepas satu sendal rumahannya. "Mau gue sambit?!"

"Jangan dong!" alaya berteriak memohon. Ia lupa kalau Alden tetaplah pribadi yang emosional dan tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Mangkanya jangan main-main sama gue. Dari tadi sore gue udah ngalah, dan sekarang lo mau nego lagi? Ga bakal setuju gue."

Alaya meringis, berjalan duduk di sofa dengan perasaan gelisah. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Apa memang ini memang waktunya ia mengatakan semuanya.

Alden berdiri menjulang di hadapan pacarnya. "Cepet jelasin, lo sama Pak Abdad kenapa bisa sampe tukeran kontak?!" tanya Alden ngegas. Sungguh ia tidak rela kalau ternyata Alaya ada Affair dengan guru BK nya itu. Baru tebakannya saja sudah membuat hati Alden panas dan berapi-api.

"Mau bilang tapi takut," cicit Alaya akhirnya.

Alden langsung duduk bersila di lantai, tepat di depan Alaya yang duduk di atas sofa. Laki-laki itu melingkarkan lengannya di kaki Alaya dengan dagu yang bertumpu di atas paha gadis itu.

Matanya menatap intens gadis dengan segudang kepercayaan zaman dulu itu lembut. "Asal lo tau Lay, gue percaya banget sama lo. Ga usah takut, kasih tau gue apa yang lo tau dan gue belum tau. Semuanya."

Bukannya menjawab Alaya malah langsung terisak. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Lagi-lagi remaja laki-laki itu dibuat kesal sekaligus gemas akan tingkah Alaya. Alden terkekeh, ia ingin menghapus air mata pacarnya, tapi ia terlalu malas jika harus meninggalkan posisi nyaman ini. "Berhenti nangis Lay."

"Susah berhenti, aku sedih. Takut kalo kamu malah bakal marah pas aku ngomong."

"Ga Lay."

"Beneran?"

"Iya."

"Janji yah?"

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now