42. Alden & Alaya

60K 5.8K 252
                                    

Setelah kejadian di danau yang di mana Alaya mengatakan pernah menjadi pengamen selama beberapa hari sebelum akhirnya gadis itu diterima bekerja di toko kue Wow, sekarang Alden yang mageran jadi tiba-tiba semangat.

Walaupun tidak sering tapi remaja laki-laki itu sesekali membantu Alaya menyapu, mencuci piring dan bahkan mengepel lantai atau juga memandikan Haidar serta menyuapi ponakannya makan.

Seperti sekarang, Alden sedang menyapu, tapi yang membuatnya jengkel adalah Haidar yang tidak berhenti berlari ke sana kemari dengan memainkan mainan pesawatnya hingga kaki kecilnya membuat sampah kertas, plastik dan debu kembali berhambur ke mana-mana.

"Yangg... Cepet bawa Haidar dari hadapan gue sebelum gue karungin nih bocah!"

"Nanggung, tangan aku udah kotor kena tepung terigu!" balas Alaya ikut berteriak dari arah dapur.

Haidar tertawa riang, malah memunguti sampah plastik dan kertas kemudian memasukannya ke badan truk mainan batita laki-laki itu.

Sudah tidak tahan meladeni Haidar yang terlihat banyak bergerak siang ini, Alden membopong tubuh gembul itu ke atas sofa. Memberi batita itu kaleng biskuit kesukaannya dan menyalakan tv dengan tayangan kartun.

"Dah, di sini aja oke, jangan ganggu Paman!" tegas Alden berkacak pinggang.

Batita laki-laki itu mulai memakan biskuitnya dengan pandangan mata fokus pada layar televisi. Sesekali tawa khasnya akan terdengar ketika kartun yang ditayangkan menampilkan adegan lucu.

Dirasa Haidar sudah anteng kembali, Alden melanjutkan acara menyapu rumah.

Alaya datang dari dapur, sembari menunggu kuenya dipanggang di mesin oven dia duduk di samping Haidar, memerhatikan batita itu yang kelihatannya sangat nyaman dengan kegiatannya menonton tv sambil memakan biskuit kesukaannya.

Lebih dari satu tahun dia merawat Haidar, membuat rasa sayang dan jiwa keibuannya kian membesar pada batita laki-laki yang sering memanggilnya 'Yaya' itu. Jika nantinya Raffasya ingin membawa anaknya itu tinggal bersama, apakah Alaya boleh egois, untuk tetap mempertahankan Haidar disisinya.

Memikirkan Haidar pergi dari sisinya saja sudah mampu membuat Hatinya berdenyut sakit.

"Ini milik siapa?!" bentak Alden tiba-tiba, membanting sebuah kartu ATM ke atas meja, tepat di hadapan Alaya.

Alaya mengambil kartu ATM itu, karena banyaknya hal yang terjadi akhir-akhir ini ia sampai lupa menjelaskan tentang kartu ATM yang diberikan Ayah kandung Haidar.

Remaja bertindik itu memicingkan matanya tidak suka pada Alaya, tadi ia iseng membuka laci lemari dan ia malah menemukan kartu ATM di sana, setau ia Alaya tidak pernah mempunya kartu itu, lalu itu milik siapa?

"Jawab Alaya!"

"Duduk dulu Kak," pinta Alaya lembut, mencoba tidak menyulut emosi Alden yang nantinya malah akan semakin membuat ke salah paham semakin besar.

"Ga! Jawab aja, sebelum gue punya pemikiran buruk tentang lo!"

"Maksud Kakak pemikiran buruk apa?" tanya Alaya mulai tersinggung.

Alden tersenyum miring. "Kali aja itu kartu pemberian dari pacar gelap lo!" tandasnya tajam.

"Kurang uang bulanan yang gue kasih?!"

ALDEN & ALAYA || ENDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora