36. Alden & Alaya

73.4K 6.6K 258
                                    

"Alden masa kita ga bantuin beres-beres?"

Remaja laki-laki itu menghentikan langkah kakinya, mencubit pelan pipi Alaya. "Udah ada tugasnya masing-masing Lay, kata Paman kita langsung ke kamar aja."

"Haidar gimana?"

Dalam hati Alden menggerutu, bagaimanapun keadaanya gadisnya tetap saja memikirkan batita laki-laki itu. "Tadi gue liat Haidar tidur."

"Tidur di mana? Biar aku pindahin ke kamarnya," tanya gadis remaja itu berniat pergi dari hadapan Alden.

Alden mencekal pergelangan tangan sang Istri kencang. "Udah dipindahin masuk ke kamarnya sama Kak Raffasya."

"Beneran?"

"Ngapain gue boong, sekarang kita istirahat. Gue tau lo cape, gue ga mau yah kalo lo sampe sakit!" tegas Alden kembali menuntun Alaya.

Alaya mengigit bibir gelisah, entah kenapa hatinya tidak tenang sebelum melihat sendiri kalau batita asuhannya memang sudah nyaman tertidur di box bayinya.

Menghela napas pelan, Alaya mencoba mengenyahkan rasa khawatirnya, menatap tangannya yang digenggam Alden dengan senyum tipis, rasanya nyaman dan hangat. "Berarti kita sekamar yah?"

Kepala Alden mengangguk semangat. "Wajib sekamar, kan udah sah."

"Ga sabar gue..." gumam Alden kecil bagai bisikan, senyum miringnya terukir di bibirnya. Bahkan pikirannya sudah melayang ke mana-mana.

"Kamu ngomong apa?" tanya Alaya, kurang jelas dengan gumamam laki-laki di depannya sekarang.

"Entar juga tau," alden terkekeh, memutar gagang pintu kamarnya. Mendorongnya pelan.

"Tau apa?"

"Diem ah, lo bakal tau sendiri nanti!" sebal Alden, matanya langsung membulat ketika melihat perubahan kamarnya.
"Lay..."

"Apa?"

Remaja laki-laki itu menggaruk ujung hidungnya heran, menatap ranjang dengan seprai putih yang di atas sudah sudah dihiasi kelopak bunga mawar membentuk gambar hati yang cukup besar. "Ini kamar pengantin apa kuburan baru Lay? Kenapa musti di kasir taburan bunga."

Alaya menabok pelan punggung Alden pelan. "Ngomongnya!"

"Gue buang dulu deh semua kelopak mawar nya. Pusing tau liatnya."

"Jangan," alaya mencekal pergelangan tangan remaja laki-laki yang kali ini tidak memakai tindik hitamnya, entah dikemanakan anting-antingnya itu.
"Biarin aja, bunga mawar harum. Aku suka."

"Kaya dukun aja lo seneng bunga!"

Alaya cemberut, duduk di pinggir ranjang. "Kamu dulu gih yang mandi, aku mau rebahan sebentar."

"Dih ogah gue juga mau rebahan!" sebal Alden ikut berbaring di sisi ranjang yang lain.

"Ya udah kalo gitu aku aja yang mandi duluan," tanpa mendengar jawaban Alden, gadis itu langsung berjalan masuk ke kamar mandi.

Alden menggerutu di tempat, menelungkupkan tubuhnya dengan tangan yang menopang dagu. Matanya menatap pada pintu kamar mandi, telinganya menangkap suara gemericik air. "Belum juga apa-apa, udah gagal aja modus gue."

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit akhirnya Alaya keluar dengan menggunakan piyama satin dengan warna abu-abu berlengan panjang, entah ini milik siapa tapi dugaannya piyama ini masih baru.

Ketika selesai mandi tadi Alaya baru teringat kalau ia tidak membawa baju ganti, ditengah kekalutan ia melihat kantong kresek merah yang digantung di paku kamar mandi, setelah dilihat ternyata piyama kembaran dengan yang satu panjang dan pendek.

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now