34. Alden & Alaya

55.6K 6K 377
                                    

"Asik banget sama ponselnya, lagi ngapain?" tanya Alaya duduk di samping Alden, meletakkan satu gelas susu coklat hangat yang sengaja ia buat untuk laki-laki itu.

"Gue udah berhasil dapetin akun Instagram Intan dari temennya. Udah gue follow juga, sekarang lagi liat, liat fotonya. Itu semua bikin gue gemes," semangat Alden tanpa menatap Alaya.

"Oh," jawab Alaya singkat, melongok kan wajahnya ke layar ponsel milik laki-laki itu. Kepalanya mengangguk mengerti.
"Cantik banget yah, kayaknya juga anak orang kaya."

"Iya, mangkanya gue suka," jawab Alden tanpa sadar.

Alaya meremas jari-jarinya kesal. Namun gadis itu mencoba tetap memaksakan tersenyum. "Kenapa ga sekalian kamu jadiin pacar?"

Deg.

Kepala Alden langsung menoleh kearah Alaya, calon Istrinya. "Lay..."

"Ga papah ko, aku ngerti," alaya menepuk punggung tangan laki-laki itu pelan.
"Lagian siapa sih cowok yang ga mau sama cewek cantik, berpendidikan tinggi dan pastinya pinter dandan."

Remaja laki-laki itu langsung menonaktifkan ponselnya. "Maafin gue, gue ga sadar kalo akhir-akhir ini udah nyakitin perasaan lo dengan cerita tentang Intan."

Alaya menipiskan bibirnya, menghirup napas banyak-banyak agar rongga dadanya terasa lapang. "Kan kita belum resmi nikah, masih banyak kesempatan buat kamu, aku coba ikhlas kalo kamu lebih milih Intan."

"Lay..." rengek Alden langsung menarik tubuh Alaya ke dalam pelukannya.
"Jangan ngomong gitu, gue maunya sama lo aja. Lagian kenapa sih, lo ga negur gue?!"

"Gimana aku mau negur, kalo pas kamu cerita aja antusias dan bahagia banget. Kamu kaya ga punya beban pikiran, aku ga mau rusak kesenangan kamu hanya karena aku kesel."

"Ya ampun Lay, please... Kalo gue salah tegur, jangan malah relain hati lo sakit gara-gara gue."

Alaya melepas paksa pelukan Alden. Memegang tangan Alden erat. "Kamu juga jangan jadi ga enak sama aku, kalo kamu mau pilih Intan aku beneran ga papah."

"Ngomong apa si Lay!"

"Sadar diri aja, aku cuma gadis yang hanya bisa masak, beres-beres rumah."

"Itu yang jadi calon Istri idaman gue."

Alaya tersenyum tipis. "Beneran Alden, aku bisa langsung pergi kalo kamu mau sama Intan."

"Gue tetep pilih lo, maafin gue. Gue janji ga bakal lirik Intan, atau berusaha dapetin nomer ponselnya."

"Janji? Aku ga suka kamu muji perempuan lain." cicit Alaya meremas jari-jarinya gelisah, malu juga karena sudah berani mengutarakan perasaanya.

Jari-jari Alden memainkan ujung rambut Alaya yang tergerai rapih. Senyum menggodanya muncul. "Cie, cie... Yang sekarang udah berani terang-terangan. Jadi makin gemes pengen cepet halallin deh."

Alaya menampik tangan Alden, entah kenapa laki-laki itu memang sangat suka sekali memainkan rambutnya hingga berantakan dan tidak tertata.

Bibir Alden cemberut, kasar sekali pacarnya itu. Tenggorokannya yang terasa haus membuat Alden meminum susu coklat hangat yang tadi Alaya bawa. Meminumnya hingga tersisa setengah. "Lay lo tau ga?"

"Apa? Ngomong yang bener, jangan aneh-aneh!"

Remaja laki-laki itu meringis, apa mungkin Alaya sedang dalam siklus mens? Tapi tumben sekali pacarnya itu tidak mengeluh sakit perut dan bahkan tidak memintanya membeli kiranti dan juga roti jepang.

"Cepet bilang Alden, kalo ga aku mau ke kamar aja," saut Alaya kembali dengan sebal.

"Iya ini gue mau ngomong," balas Alden berdiri dari duduknya, menyodorkan gelas kaca yang masih berisi setengah susu coklat kehadapan Alaya.
"Susu coklat ini emang enak, tapi gue juga mau tau rasa susu milik lo kaya apa?"

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now