12. Alden & Alaya

68.5K 7.4K 199
                                    

Alaya turun dari motor Alden, gadis itu tanpa berkata langsung masuk ke dalam Mansion. Berlari kecil memasuki kamarnya yang terletak di lantai bawah.

Sedangkan Alden masih bergeming di tempat, menghela napas kasar remaja bertindik itu ikut masuk ke dalam Mansion.

"Ini kenapa pada ga salaman sama gue sih?!" sia berdecak kesal, padahal tinggi badannya tidak mungil tapi kenapa kedua remaja itu seolah-olah tidak bisa melihatnya yang sedang berdiri mengendong Haidar.

Perempuan cantik itu akhirnya melangkah ke dapur untuk membuatkan susu formula bagi ponakan gantengnya.

Di dalam kamar Alaya langsung mengemasi seluruh bajunya ke dalam tas gendong milik lnya dulu. Air matanya mengalir deras. Tidak sanggup meninggalkan bayi laki-laki yang sangat menggemaskan itu.

"Semuanya sudah selesai," lirihnya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Mungkin nanti malam ia akan pergi dari rumah ini, tapi sekarang ia mau menghabiskan sisa waktunya untuk membersihkan rumah, memasak dan bermain bersama bayi asuhannya.

Beberapa menit kemudian Alaya keluar kamar dengan pakaian rumahan yang kali ini terlihat sangat ketat pada tubuh kurusnya. Dengan bawahan celana sebatas lutut, dan rambut yang di kuncir kuda.

"Nah untung kamu udah keluar Alaya," heboh Sia langsung memberikan Haidar ke gendongan remaja perempuan itu.

"Kak Sia terlihat terburu-buru memangnya ada apa?"

Sia masih sibuk memasukkan barang-barang nya kedalam tas selempang. "Kakak ada janji sama tunangan."

"Hati-hati dijalan Kak," alaya tersenyum tipis.

"Kalian juga hati-hati di rumah," sia menciumi pipi gembul Haidar, melambaikan tangan ke arah Alaya dan berjalan tergesa ke pintu keluar Mansion.

Tinggal lah Alaya dan Haidar yang masih berada di ruang tengah, remaja perempuan itu meletakkan Haidar di karpet berbulu lembut.

Mulai menggoda bayi laki-laki yang kini sudah cekikikan tanpa sebab, Haidar memainkan jari-jarinya membuat Alaya gemas ingin membuat bayi itu menangis.

"Biar gue yang jagain Haidar, sekarang lo buatin gue kue dan kawan-kawannya. Karena sebentar lagi temen-temen gue dateng ke sini."

Alden duduk bersila tepat di depan Alaya, remaja itu memainkan mobil-mobilan di depan wajah Haidar.

"Aku sedang malas memasak," jawab Alaya cepat. Karena tadi, ia baru saja mendapat tamu bulanan. Membuatnya malas melakukan apa-apa.

Mata remaja bertindik itu mendelik. "Ngimpi apa gue punya babu seenak jidat kaya lo!"

"Tadi siang kamu bilang aku pacar kamu lo sama Erol," bola mata Alaya mengedip lugu.

Wajah Alden bersemu merah karena malu dan kesal. "Abis mabok gue mangkanya ngomong kaya gitu."

Kepala Alaya menggeleng tidak percaya. "Masa mabok pas jam sekolah, itu ga mungkin Alden."

"Jangan banyak omong deh!" bentak Alden mendorong bahu Alaya pelan.
"Mending lo lakuin apa yang gue perintahin tadi. Sebelum nama gue jadi daftar salah satu penghuni penjara gara-gara kasus pembunuhan PRT!"

Alaya bangun dari duduknya. "Iya raden lumut, hamba akan menyiapkan apa yang diperintahkan."

Sudut bibir Alden berkedut geli. Sudah lama dia tidak mendengar panggilan 'Raden Lumut' keluar dari bibir gadis didepannya.

Dirasa Alaya sudah pergi ke dapur, senyum Alden mengembang. Meniup perut buncit bayi laki-laki itu hingga berbunyi yang membuat tawa khas Haidar keluar.

ALDEN & ALAYA || ENDजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें