16. Alden & Alaya

56.9K 6.8K 233
                                    

Alden menyalakan mesin motornya, kepalanya menoleh pada gadis yang masih terlihat menjahili Haidar hingga batita laki-laki itu tertawa menampakan gusinya yang belum tumbuh gigi.

"Lay kasiin Haidar ke Kak Sia coba!"

Walau terlihat tidak rela, gadis remaja itu tetap memberikan bayi asuhan nya pada Kakak perempuan Alden.

"Kak Sia. Aku berangkat dulu yah," alaya berjalan ke arah Alden. Namun laju kakinya berhenti saat melihat siapa yang muncul dari balik gerbang.

"Halo Kak Sia!" teriak Belrissa melambaikan tangannya dari jauh ke arah Sia.

Melihat itu Sia tidak menunjukkan respon apa-apa. Membuat wajah Belrissa memerah malu.

"Ngapain lo pagi-pagi ke rumah gue?" tanya Alden menatap jengah pada gadis berbadan tinggi juga cantik yang merupakan teman sekelasnya itu.

"Pengen berangkat bareng sama kamu lah," jawab Belrissa dengan senyum lebarnya.

"Tapi gue sama Alaya!"

Alaya yang merasa namanya di panggil menggelengkan kepala. "Kamu berangkat aja sama Kak Rissa aku bisa naik angkot ko."

Dengan entengnya Belrissa langsung naik ke jok belakang motor Alden. Senyumnya mengembang. Menepuk pelan punggung cowok bertindik itu pelan. "Cepet berangkat. Nanti kita telat tau."

Sia mendengus melihat itu. "LO BAWA ULER KADUT ITU KELUAR DARI SINI! BIAR ALAYA GUE YANG NGANTERIN SEKOLAH!"

"Nama aku Belrissa Kak. Bukan uler kadut!" koreksinya dengan nada tidak terima. Bibirnya mengerucut dengan wajah tertekuk kesal.

Alden menatap sebentar gadis cebol yang kini tersenyum tipis itu. Tidak mau membuang waktu akhirnya remaja laki-laki itu menancapkan gas motornya lalu pergi keluar pekarangan mansion.

"Kak Sia. Aku berangkat dulu yah," alaya tersenyum langsung berlari dan tidak mengindahkan teriakan Kakak perempuan majikannya yang memintanya berhenti.

Sudah cukup ia diterima bekerja dan digaji. Jadi Alaya tidak mau membuat semua anggota keluarga di sana kerepotan akibatnya.

*

Helaan napas berat selalu Alaya keluarkan. Terik matahari yang cukup panas membuat tubuhnya berkeringat ditambah rasa haus dan pusing di kepala membuatnya mencoba mempertahankan kesadaran.

Alaya terlambat sekolah karena angkot yang susah didapat. Membuat gadis itu berakhir di hukum hormat di kepada bendera merah putih yang berkibar anggun akibat tertiup angin di atas sana.

Yang memberikan hukuman adalah Pak Abdad. Guru yang berwenang menindak lanjuti setiap siswa dan siswi bermasalah atau seperti dirinya yang terlambat datang ke sekolah.

"Cebol!" alden yang berniat ke toilet membola kan matanya kaget. Remaja bertindik itu berlari kecil. Berdiri dihadapan gadis yang bahkan wajah nya sudah pucat pasi itu.

"Pergi Alden. Biarkan aku menyelesaikan hukumannya," alaya bergumam lirih tanpa melihat wajah pemuda brandal itu. Kepalanya tetap mendongak dengan tangan masih dalam posisi hormat.

"Ikut gue!" tegas Alden memegang pergelangan tangan gadis berbadan pendek itu.

Alaya menyentak tangan majikannya hingga cengkeraman itu terlepas. "Jangan urusin aku. Selesaikan saja masalahmu," geram Alaya ketus.

Seketika Alden terdiam. Bibir pemuda itu terkatup rapat dengan sorot mata terkejut.

"Ngapain kamu masih di sini? Pergi sana," suara Alaya kembali terdengar. Suaranya bahkan sangat kecil dan tidak jelas.

ALDEN & ALAYA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang