13. Alden & Alaya

68.1K 6.9K 278
                                    

Sia memasuki Mansion yang sudah rapih dan wangi, di dalam pikirannya pasti ini adalah pekerjaan Alaya. Lagian mana mungkin Alden berbenah, yang ada adiknya itu hanya bisa membuat awut-awut tan.

"Alaya! Ini aku Kak Sia yang paling cantik manis dan pastinya sudah punya tunangan."

Kepala Sia menoleh ke kanan dan kiri, ke mana gadis remaja itu? Biasanya saat dia datang kesini Alaya dan Haidar sudah duduk di meja makan dengan sarapan yang sudah tersedia.

Lalu sekarang apa? Bahkan meja makan masih kosong tidak berpenghuni.

"ALDEN BANGUN LO, UDAH JAM DELAPAN JUGA!" sia menggedor-gedor kencang pintu kamar Adiknya.

Sedangkan di dalam Alden gelagapan, mendengus karena ternyata sekarang masih jam 6 pagi. Sialan sekali Kakaknya itu.

Walaupun malas, remaja bertindik itu turun dari kasur untuk memulai ritual mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah.

Dan Alden sudah tidak sabar membuat Alaya ketakutan saat naik motor dan berakhir gadis itu memeluknya erat dari belakang.

Sungguh modus. Tapi itu yang membuat hati nya berdetak bahagia. Menurut Alden jika perempuan memeluk dari belakang saat menaiki motor itu sangat lah romantis.

*

Alden berjalan ke arah meja makan, duduk tepat di kakaknya yang kini terlihat anteng. "Tumben jam segini cebol belum udahan masaknya."

"Kayaknya pacar lo ngga masak deh."

Kepala Alden mengangguk. "Mungkin kecapean kali yah mangkanya ga masak. Sekarang lo aja sana yang masak."

Bola mata Sia memutar malas, bagaimana cara mengatakan kalau Alaya kabur dari rumah pada Adiknya ini.

Jujur Sia takut Alden marah dan malah bertindak gegabah. Alden kan setengah gila.

"Gue ga bisa masak, tapi kalo lo mau keracunan makanan sini biar gue yang buatin lo sarapan sekarang."

"Lo duduk aja yang anteng," serobot Alden jengah.
"Biar gue yang masak."

Bibir Sia cemberut. "Padahal sekalian gue belajar masak."

"Heran gue mah, padahal tunangan lo koki tapi lo nya malah ga bisa masak. Ya.. Kali nanti kalo udah nikah malah suami lo yang masak."

"Jangan nyindir mulu deh!"

Alden tidak menjawab, remaja laki-laki itu mulai berjalan ke dapur namun belum tiga menit di dapur laki-laki itu sudah duduk kembali di depan Sia.

"Masakan lo mana?"

"Gue juga ga bisa masak."

"Setan lo emang! Kalo ga bisa masak dari tadi jangan ngehina gue mulu anjir!"

"Wajar gue ga bisa masak, karena gue laki. Lah... Lo, cewek. Itu malah kurang ajar!"

"Udah ada tunangan gue."

"Gue juga sama. Ada Alaya," balas Alden tak mau kalah dari Kakak perempuan nya.

Perdebatan masih berlangsung sengit. Hingga waktu berjalan cepat membuat Alden menyadari kalau dari tadi Alaya tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali.

Kaki panjang Alden melangkah lebar ke arah kamar Alaya, dan kosong. Itulah yang Alden lihat. Lantai kamar mandinya kering menandakan bahwa gadis itu tidak mandi pagi hari ini. Dengan keadaan kamar yang rapih dan dingin.

"Surat?" monolog Alden langsung membuka surat yang terletak di atas kasur. "Terima kasih," alden membaca isi tulisan dalam selembar kertas itu.
"Ini cebol ngelindur apa gimana sih? Isi suratnya simpel banget," gumamnya kecil.

ALDEN & ALAYA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang