48. Alden & Alaya

57.9K 6.3K 261
                                    

Alaya menghela napas pelan, ketiga sahabat Alden baru saja pulang. Tapi yang membuat Alaya heran, bukannya menemani sahabatnya, Alden malah mengunci diri di dalam kamar.

Entah kenapa lagi dengan remaja bertindik itu.

"Alden... Bisa buka pintunya? Aku mau mandi."

Hening. Tidak ada sautan, hanya bunyi detik kan jam yang berjalan dan putaran kipas angin sebagai suaranya.

"Kamu tega, calon anak kita kepanasan tau..."

Ceklekk....

Pintu terbuka lebar, dengan Alden yang berdiri menjulang tapi dengan mata yang menatap ke arah lain.

Kedua sudut bibir Alaya berkedut, calon Ibu muda itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Berdiri di kaca full body yang menempel di lemari berbahan kayu jati.

Alaya mengelus perut buncitnya dengan lembut, walaupun anaknya belum lahir tapi rasa sayang sebagai seorang Ibu sudah ia rasakan untuk bayi yang ada di dalam kandungannya ini.

Dengan wajah cemberut Alden memeluk Istrinya dari belakang, bertumpu dagu pada bahu sempit Alaya. Mata keduanya beradu lewat cermin.

Alaya tersenyum manis dengan kedua pipi gembil yang memerah, membuat Alden tak kuasa untuk tidak ikut tersenyum lebar.

Telapak tangan Alaya mengelus pelan rahang tegas Alden, merasakan betapa lembutnya pipi itu. Bahkan ia sebagai perempuan saja tidak mempunya kulit selembut kulit milik Alden.

"Gue sayang sama lo Mamah..."

"Mamah?"

"Anak kita nanti bakal manggil gue Papah, dan manggil lo Mamah."

Kepala Alaya mengangguk saja, tidak mempermasalahkannya. Selama Alden bahagia dan nyaman kenapa tidak?

Alden melepas pelukannya, berpindah ke depan. Berjongkok tepat di depan perut Istrinya. Tangannya bergerak menyingkap daster batik yang digunakan perempuan itu. Pandangannya langsung di sugukan perut buncit Alaya tanpa halangan apapun.

"Kalo mau keluar, jangan bikin Mamah kesusahan," monolognya tepat di depan perut besar itu, mendaratkan kecupan di sana.

Telapak tangan Alaya mendarat di atas kepala Alden, mengelus rambut laki-laki itu pelan, perlakuannya barusan membuat Alden mendongakkan wajahnya, "Tadi kenapa? Ada sahabat main bukannya di temenin malah ditinggal."

Alden berdiri, menurunkan wajahnya sejajar dengan muka Alaya. Mengecup bibir itu pelan. "Gue cemburu."

Pipi Alaya kembali memerah. "Kenapa harus cemburu? Mereka kan bukan orang lain, tapi sahabat kamu."

"Pokoknya gue cemburu lo senyum, ketawa, ngobrol sama cowok selain gue sama Haidar."

"Mama bisa kaya gitu..." gerutu Alaya mendadak kesal.

"Bisa dong, gue suami lo. Jadi gue berhak atur lo!" cetus Alden dengan tangan di lipat di depan dada.

Alaya melengos dengan bibir cemberut, selain Alden dan Haidar? Berarti Ayah dan Raffasya juga akan di cemburui oleh Alden.

"Mau mandikan?"

"Iya!"

"Sini gue bantu lepas dasternya," dengan telaten dan hati-hati, Alden membantu melepas daster itu. Membuat Alaya kini hanya menggenakan celana pendek dengan baju kaos tipis yang transparan.
"Sexy juga lo kalo gini."

"Alden! Jangan ngejek aku deh."

"Lohh... Ko ngejek? Gue serius Lay."

"Badan aku melar, kamu pake bilang sexy!"

ALDEN & ALAYA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang