33. Alden & Alaya

53.9K 6.1K 126
                                    

Alaya berjalan masuk ke dalam rumah, dengan Haidar yang berada di dalam gendongannya. Tadi, ia membawa batita ini berjalan-jalan untuk sekedar mengenal lingkungan baru.

Beruntungnya juga tadi ada beberapa anak kecil seumuran Haidar, sehingga Haidar tidak merengek agar segera pulang dan malah bermain bersama. Namun itu tidak berlangsung lama, karena Haidar menangis ketika berebut mainan mobil-mobilan yang terbuat dari plastik, hingga berakhir kedua bocah kecil itu menangis.

Jadi ia memutuskan membawa pulang Haidar, bibir batita laki-laki itu cemberut dengan kedua pipi yang memerah bagai apel putri tidur.

"Udah jangan cemberut lagi, kalo Paman udah pulang, nanti malem kita ke pasar beli mainan buat Haidar. Yah?"

"Brum, brum..." ucap Haidar dengan suara serak.

"Iya, beli brum-brum," ucap Alaya menenangkan.

Kepala batita laki-laki itu menyender pada bahu Alaya, rasa nyaman yang diberikan Alaya juga sikap keibuan yang ditunjukkan untuk Haidar membuat bocah kecil itu kian tergantung dan tidak bisa berjauhan dari Alaya sendiri.

Bisa dibilang, Alaya adalah sosok pengganti seorang Ibu bagi Haidar.

"Temenin Yaya masak buat makan malam aja yu?"

Haidar menegakkan kepalanya, mengangguk antusias, senang bukan kepalang ketika perempuan yang merawatnya itu mengajaknya memasak.

Alaya tertawa, melangkah ringan ke dapur. Menurunkan Haidar ke lantai kemudian mengambil mainan masak-masakan, memberikannya pada Haidar, agar batita laki-laki itu anteng.

"Nih potong sayur nya," alaya memberikan beberapa lembar sayur bayam pada Haidar.

Batita itu duduk lesehan di lantai memotong bagian daun bayam dengan pisau mainan yang berada di tangan kanannya.

Dirasa Haidar sudah tenang dengan kegiatannya, Alaya pun kembali berkutat bersama peralatan masak dan bahan lainnya yang akan ia olah untuk makan malam nanti.

"Hai bocil!" heboh Alden tiba-tiba langsung ikut duduk lesehan di lantai tepat di depan batita laki-laki yang sama sekali tidak menghiraukan teriakannya tadi.

"Jangan ganggu Haidar Alden, kalo nangis kan repot." tegur Alaya, membuka pintu kulkas dan mengambil beberapa buah wortel.

Alden bangun dari duduknya. Berdiri di samping pacarnya. "Lay tau ga?"

"Tau apa?"

"Waktu gue pendaftaran kampus, ketemu sama cewek cantik banget. Mana imut lagi," jelas Alden menggebu-gebu.

Alaya memasukkan potongan wortel ke dalam wajan yang sudah berisi air. "Udah kenalan dong?"

"Udah lah, ceweknya yang duluan minta kenalan."

Alaya tersenyum tipis, meskipun bibirnya bergetar siap menangis.

"Gue lagi cerita ini Lay, lo jangan diem aja dong!" sembur Alden kesal, mengambil satu buah timun yang ada di meja dan memakannya.

"Nama cewek siapa? Kamu udah tau juga?"

Senyum Alden terbit. "Intan. Namanya aja udah indah kan? Gue yakin kalo lo ketemu sama dia, pasti lo juga terpesona."

"Iya indah," jawab Alaya tanpa menatap Alden, meremas kemasan bumbu penyedap dengan kencang.

Alden tersenyum-senyum sendiri, kembali mengunyah timunnya. "Kalo gue ketemu lagi, gue harus bisa dapetin nomer telponnya."

"Iya." Jawab Alaya seadanya.
"Aku masak sayur sup, kamu ga masalahkan? Atau mau dimasakin yang lain?" tanya Alaya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now