17. Alden & Alaya

57.9K 6.6K 303
                                    

Alden menuruni anak tangga. Bersiul riang karena tadi malam sebelum tidur ia mendapat asupan pencuci mata dari foto Alaya.

Ternyata kalau dipoles sedikit gadis itu cantik dan manis juga. Tapi biarlah gadis pendek itu tak berdandan. Jangan sampai wajah ayu milik Alaya bisa dinikmati setiap orang. Biarlah ia saja yang tau bagaimana kecantikan Alaya yang sebenarnya.

"Alaya Gavaputri," matanya terpejam damai dengan senyum manis.

"Lo ngapain nyebut nama panjang Alaya?" sia begidik ngeri saat melihat Adiknya sudah seperti orang gila.

Remaja itu terkejut karena suara Kakak perempuannya terdengar tiba-tiba. Membuatnya kakinya saling membelit dan berakhir ia tersungkur di bawah tangga.

"Anjir! Bisa ga lo itu kalo ngomong jangan dadakan?!"

Bibir Sia berkedut kesal. Kakinya yang beralaskan hak tinggi menginjak pergelangan tangan Alden hingga remaja laki-laki itu kembali mengumpat dan menjerit sakit.

Punya Kakak rada psikopat memang sangat menjengkelkan.

Alden meringis. Duduk di lantai. Matanya menatap nanar pada pergelangan tangannya yang langsung memar.

Walaupun kesal, pemuda amburadul itu duduk berhadapan dengan Kakak perempuannya di meja makan. Matanya berkobar marah saat melihat wajah perempuan itu tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.

"Tangan kamu kenapa Alden?" alaya meletakkan piring berisi capcay yang baru saja matang.

"Lo kenapa masih pake baju biasa? Ga lagi ngelindur dan ngira ini hari Minggu kan?"

"Coba liat tangannya. Biar aku kasih obat," alaya mencoba menarik pergelangan tangan Alden. Namun laki-laki itu langsung menyembunyikan tangannya di belakang badan.

"Jawab dulu. Kenapa lo pake baju biasa?!" kesalnya. Moodnya jadi anjlok seketika.

"Kamu ga lupa kan yang aku omongin di lapangan kemarin. Aku berhenti sekolah dan fokus ngurus Haidar."

Rahang Alden mengeras. Remaja itu mengebrak meja kencang membuat Sia yang sedang makan sampai tersedak dan kembali harus menandaskan air putih dalam gelas.

"Ga ada kebiasaan lain apa? Selain ngagetin gue," sebalnya mencubit kencang lengan adiknya itu.

"Sakit bego!" alden mendengus. Mata tajamnya kembali menatap gadis berbadan pendek yang sedang menyiapkannya sepiring nasi dengan lauk-pauk.

"Gue ngomong itu becanda Alaya. Biar lo nurut. Kenapa lo baperran amat sih?!"

"Makan Alden," alaya mendorong mendekat piring makanan itu ke arah majikannya.

"Kalo gue ngomong di jawab!" bentaknya mendorong bangku hingga terjatuh ke lantai Mansion.

Sia kembali mengelus dada. Untung kali ini hatinya kuat dan tidak terkejut lagi. "Kalo mau berantem jangan di sini. Gue masih di bawah umur anjir!"

"Bawah tanah lo mah!" ketus Alden menarik kasar pergelangan tangan Alaya ke lantai atas.

Meninggalkan Sia yang melebarkan mulutnya kaget. "Lo pikir gue udah mati apa pake acara di bawah tanah!"

*

Sedari tadi gadis remaja itu memberontak akan paksaan Alden yang memaksanya memakai seragam sekolah. Pemuda itu sungguh keras kepala dan juga menyebalkan kalau sudah dibantah.

"Ga mau!" pekik Alaya saat laki-laki itu memakaikan seragam sekolah ke badannya paksa.

"Pake Alaya! Nurut sama gue!"

"Apaan sih!" geram Alaya mencoba menggapai pegangan pintu kamarnya. Namun laki-laki itu langsung menariknya kembali ke arah depan lemari.

"Gue bilang nurut! Jadi cewek ga usah baperan. Digertak sedikit aja langsung mewek!"

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now