10. Alden & Alaya

70K 7.1K 265
                                    

Alden tersenyum tipis saat melihat bibir gadis di depannya tak berhenti tertarik ke atas, melengkungkan senyum manis dari seorang Alaya Gavaputri. "Gimana hari pertama lo sekolah Alay?"

"Menyenangkan, terima kasih Alden udah mau berbaik hati buat aku bisa ngerasain bangku pendidikan di SMA."

"Gue ga sebaik itu, semua yang gue lakuin harus ada timbal baliknya."

Mata gadis itu mengerjap beberapa kali, bibirnya melengkung ke bawah. "Kamu mau aku balas dengan apa?"

Laki-laki bertindik itu memasukkan kedua tangannya dimasing-masing saku celana. "Gue belum tau, jadi tunggu aja. Saat gue minta lo harus nurutin," tegasnya dengan sorot mata serius.

Alaya memilin ujung baju kaos nya kesal. Mulutnya terkatup rapat tidak bisa berkata banyak, disatu sisi ia senang bisa melanjutkan pendidikannya. Namun disisi lain jiwanya memberontak ketakutan menerka-nerka apa yang akan majikannya inginkan.

Menghela napas pelan, kepala gadis itu mengangguk dengan senyum tipis yang terkesan dipaksa. "Selama itu tidak aneh-aneh, aku bakal turutin."

"Tergantung gue nya," santai Alden, memutar kunci motor dengan lihai.
"Kak Sia ke mana?"

"Lagi di kamarnya, bareng Haidar."

Kepala Alden mengangguk. "Gue mau main sama temen-temen, jadi lo sama Kakak jangan bukain pintu buat sembarang orang."

"Pulangnya jangan lupa beli susu formula buat Haidar, soalnya persediaan di dapur tinggal buat malam ini aja."

Kepala Alden mengangguk mengerti. "Kalo lo mau beli susu ga?"

"Aku ga suka minum susu."

"Kali aja lo mau nyoba susu ibu hamil gitu?"

*

Buwana mendorong pelan badan Ilham agar menyingkir dari hadapannya, sungguh matanya pusing melihat setelan baju yang di pakai sahabat sintingnya. Dari ujung rambut hingga ujung kaki semuanya berwarna kuning cerah.

Membuat orang yang melihatnya geram ingin membumi hanguskan seorang Ilham.

"Ganti baju lo anjir, mata gue perih!" ketus Alden dengan tatapan tajamnya.

Ilham memanyunkan bibirnya, bahkan Buwana sudah tertawa terbahak-bahak sedangkan fokus Genta masih setia dengan game di ponselnya.

"Tapi gue suka warna kuning, jadi plis hargain kesukaan gue!"

"Gaya lo pake acara suka, setahu gue semua warna juga lo jadiin warna favorit." celetuk Genta dengan fokus mata masih pada benda pipih yang sedang di miringkan itu.

Wajah Ilham semakin keruh. "Sekali ngomong bikin jantung gue meletus anjir."

"Duduk Ilham, lo bikin kepala gue tambah pusing tau ga!"

Buwana begidik ngeli saat melihat Ilham langsung kicep setelah di bentak Alden, si bringas yang tidak kenal orang jika sudah marah.

"Ini bukannya cewek lo ya bos?"

Alden langsung merebut ponsel Buwana, menatapnya serius. Bibirnya terkatup rapat dengan rahang mengeras. "Berani-beraninya cebol punya Facebook!"

"Jadi lo juga ga tau? Itu ga sengaja muncul di beranda gue."

Kepala Alden menggeleng. "Gue aja ga nyangka," ucapnya sembari memberikan kembali ponsel pada pemiliknya, Buwana.

Ilham ikut memperlihatkan layar ponselnya. "Kalo gue udah tau dari tadi pagi, terus gue minta berteman. Siangnya dikonfirmasi malah," jawab Ilham enteng dengan cengiran polosnya.

ALDEN & ALAYA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang