25. Alden & Alaya

51.8K 6.4K 350
                                    

Alaya yang sedang menyapu halaman depan mansion seketika mengarahkan pandangan ke arah gerbang saat mendengar bunyi gaduh yang dihasilkan akibat benturan antara gembok dengan besi gerbang.

"Siapa di sana?!" teriak Alaya. Kaki pendeknya berjalan tergesa, mendekati sumber suara.
"Tunggu!" teriak Alaya menarik jaket hitam yang di pakai orang itu dari belakang. Bukannya sok berani, hanya saja rasa penasaran Alaya mengalahkan ketakutannya.

Pria berjaket hitam itu membalikkan badannya. Membuat wajah Alaya langsung terkejut. "Pak Abdad," gumamnya tidak percaya. Jadi, yang mengintai Mansion Alden itu guru BK di sekolahnya dulu?

"Apa Alden tidak ada di sekolah sampai Bapak ke sini?"

Kepala Abdad mengangguk pelan. "Tujuan saya memang untuk itu, sejak tiga hari belakangan ini Alden tidak pernah masuk ke sekolah tanpa keterangan yang jelas."

Gadis remaja itu kembali dibuat terkejut. Padahal ia sendiri yang menyiapkan baju seragam untuk dipakai Alden dan membuatkan satu kotak bekal sarapan untuk laki-laki itu. Sebenarnya ke mana majikannya itu?

"Tapi setau aku, Alden selalu berangkat sekolah Pak. Bahkan aku sendiri yang menyiapkan semua keperluannya."

Abdad menghela napas kasar. "Sudah saya duga, anak itu pasti kembali membolos dan berulah. Padahal ujian nasional akan di laksanakan akhir bulan nanti."

"Sebelumnya maaf Pak. Kalo tujuan Bapak kesini hanya untuk itu, kenapa gelagat Bapak seperti mengintai. Bahkan Bapak sempat ingin kabur."

"Saya hanya takut menganggu waktu kamu Alaya," elak Abda dengan pandangan mata gelisah.

"Ga mungkin," jawab Alaya cepat.

"Setauku, bukan guru BK yang mendatangi rumah murid, tapi wali kelas murid sendiri yang akan turun tangan jika anak didiknya memiliki masalah. Tapi ini kenapa Bapak sampai turun tangan sendiri? Bapakan guru BK, bukan wali kelas Alden," lanjut Alaya dengan sudut pandangnya.

Abdad memejamkan matanya sebentar. "Boleh saya mampir sebentar, saya ingin berbicara sesuatu dengan kamu."

Kepala Alaya langsung mengangguk. Gadis itu membawa guru majikannya ke ruang tamu. Membuatkan satu gelas minum dengan makanan ringan.

Alaya membiarkan gurunya menikmati minuman dan cemilannya dulu. Gadis remaja itu menepuk pelan punggung batita yang baru saja terbangun dari tidurnya. Bahkan sekarang Haidar hanya menggenakan popok bayinya.

"Bisa saya mulai bicara?"

"Silahkan Pak."

"Apa kamu sudah tau kalau Alden bukan putra kandung dari Bratajaya?"

"Tau Pak. Ibu Alden sendiri yang bilang." jawab Alaya tenang. Namun dalam hati ia sudah menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.

Kepala Abdad mengangguk pelan beberapa kali. Ia sudah tau, Karin yang memberitahunya. "Saya Adik dari Ayah kandung Alden yang sebenarnya," jawab Abdad dengan suara tercekat.

Sepertinya, memberitahu rahasia yang selama ini ia pendam seorang diri kepada gadis yang ada di depannya adalah solusi terbaiknya. Selain karena gadis itu pacar Alden, Abdad juga menaruh harapan besar agar Alaya bisa menjelaskan semua kenyataanya pada Alden dengan kepala dingin.

ALDEN & ALAYA || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя