24. Alden & Alaya

54.7K 6.2K 228
                                    

Alden bersiul riang memasuki Mansion. Remaja laki-laki itu tidak langsung pergi ke arah kamarnya namun malah melangkah ke ruang keluarga. Ia ingin bertemu Alaya juga ponakannya yang sangat menggemaskan, Haidar.

Namun kelihatannya kedua orang yang di carinya tidak berada di situ. Matanya langsung memicing tajam ketika melihat bungkus obat warung ada di meja. Langsung saja Alden kembali keluar dengan tangan terisi bungkus obat itu.

"Makan siang dulu Alden," alayag kelihatan sedang sibuk menata hasil masakannya di meja makan.

"Bungkus obat warung ini milik lo?"

Gadis remaja itu membalikkan badan ke arah majikannya. Tangannya menengadah ke arah Alden. "Iya. Kayaknya aku lupa buang bungkusnya ke tong sampah."

Alden menepis pelan tangan pacarnya. "Kenapa lo minum obat ini? Lo kan tau obat warung itu, obat keras."

Langsung saja Alaya merebut bungkus obat itu dari tangan Alden. "Aku udah biasa minum obat ini kalo badan lagi pegel-pegel," gadis itu berjalan ke arah tong sampah di dekat dapur, lalu membuang bungkus obatnya di sana.

Remaja laki-laki itu langsung membalikkan badan Alaya paksa ke arahnya. Memegang kedua bahu gadisnya erat. "Obat warung kalo di konsumsi dalam jangka waktu panjang efeknya ga bagus!"

"Aku juga tau Alden," alaya melepaskan cengkeraman tangan cowok bringas yang tempramental itu. Berjalan kembali ke meja makan.
"Tapi itu udah jadi jalan ninjaku sejak dulu, agar cepat sembuh dengan biaya murah."

"Sekarang udah ada gue Lay! Lo harus bilang kalo lagi ga enak badan. Gue bakal nganterin ke dokter," cetus Alden tegas.

"Lebih baik kamu ganti baju, terus makan siang. Habis itu kamu istirahat," alaya mendorong pelan badan Alden.

"Ga!" remaja itu kembali menepis pelan tangan Alaya.
"Lo harus janji sama gue dulu kalo ga bakal minum obat itu lagi. Harus nurut, karena ini demi kesehatan lo juga."

"Iya," jawab Alaya seadanya dengan senyum tipis.
"Aku tunggu kamu di sini," lanjut Alaya yang kini sudah duduk di kursi meja makan.

Walaupun masih kesal akhirnya Alden pun mulai menaiki satu persatu undakan anak tangga. Alaya dengan kesederhanaannya mampu membuatnya kadang naik pitam.

Tidak lama kemudian Alden kembali turun. Senyum sinisnya tersungging dibibirnya saat melihat wajah melongo milik pacarnya Alaya. "Ngatain gue si mesum. Tapi sekarang lo malah ga kedip pas liat perut bagus gue."

Alaya dibuat gelagapan mendengar itu. Wajahnya langsung merah padam saat Alden malah duduk tepat di sampingnya. "Lagian kamu kenapa cuma pake kolor si. Emang baju kamu ke mana?"

"Gue bukan cuma pake kolor Lay. Asal lo tau di balik kolor gue juga make celana dalem warna item," alden tersenyum menggoda ke arah Alaya.

"Nyebut Alden, nyebut. Kamu tuh mesum banget sih," alaya berdecak gemas. Memasukan satu suap nasi ke dalam mulutnya.

"Gue bicara apa adanya kali," saut Alden santai ikut memasukan nasi ke dalam mulutnya. Seperti biasa, masakan Alaya selalu bisa memanjakan lidahnya.

"Pake baju dulu sana Alden!" ketus Alaya gemas. Risih saat matanya dengan nakal malah mengintip-intip perut rata milik Alden. Apa lagi kini mereka duduk berhadapan, semakin membuatnya dengan jelas melihat keindahan itu.

ALDEN & ALAYA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang