21. Alden & Alaya

60.3K 6.8K 647
                                    

"Lay dasi gue mana?!"

"Mana aku tahu, aku juga ga lagi masak tempe."

Seketika Alden langsung menghentikan acara mengacak-acak lemarinya. Remaja laki-laki itu langsung melayangkan tatapan tajamnya pada babu songong nya itu. "Lo ngelawak?"

"Ga. Aku cuma mau ngomong itu aja tadi."

"Gemes banget gue. Rasanya gue pengen langsung halallin lo."

Alaya diam. Tangannya masih sibuk mencari dasi sekolah yang entah terselip disebelah mana.

"Lay," alden berdiri tepat di samping gadis itu. Bibirnya ia dekatkan pada telinga Alaya.
"Gue mau halallin lo. Lo mau ga?"

Kedua sudut bibir Alaya melengkungkan senyum manis saat berhasil menemukan benda yang dicari majikannya.

Gadis itu langsung berbalik kehadapan Alden, dengan jahil gadis remaja itu ikut mendekatkan bibirnya pada telinga sang majikan. "Aku bukan babi yang harus di halallin Alden."

Setelah mengatakan itu, Alaya pun menyerahkan dasinya pada tangan Alden. Lalu menepuk pelan pundak remaja laki-laki itu pelan.

Kakinya melangkah pergi dari dalam kamar sang majikan. Pekerjaannya masih menumpuk, bukan hanya mengurusi bayi kawak seperti Alden saja.

Alden yang sempat menahan napas atas perlakuan gadis cebol yang sudah membuat otaknya berpikir tidak-tidak langsung menendang tembok kencang. "Besok gue bawa penghulu tau rasa lo!"

*

Alaya keluar dari dalam angkot dengan Haidar yang berada di gendongannya. Setelah membayar tarif yang dikenakan, gadis itupun melangkah kesebuah taman yang kelihatannya cukup ramai hari ini.

Remaja perempuan itu sengaja membawa batita asuhannya kemari. Karena menurut Alaya Haidar juga butuh bersosialisasi dengan banyak orang. Bukan hanya terkurung di dalam Mansion.

Tawa khas Haidar terdengar membuat Alaya ikut mengangkat kedua sudut bibirnya. Alayapun mendudukkan bokongnya di bangku taman dibawah pohon berdaun rindang yang membuat udara di sana sangat sejuk.

Belum lagi semilir angin dan juga kicauan burung. Semakin membuat jiwa dan pikiran tenang dan segar.

"Hi Alaya."

"Kamu siapa?" alaya bangun dari duduknya. Menatap waspada pada pemuda di depannya.

Walau tadi orang itu mengetahui namanya, ia harus tetap berhati-hati. Apa lagi di jaman sekarang yang sedang marak kejahatan dan penculikan anak.

Pemuda itu tersenyum manis. Respon yang diberikan gadis di depannya sama persis seperti waktu pertama kali mereka bertemu. "Gue Rendi. Yang ngasih tau letak toilet waktu di Taman Mini. Jangan lupain juga, gue nungguin lo sampe selesai."

Wajah Alaya memerah. Kenapa juga pemuda ini harus mengatakan detailnya. Tidak taukah kalau ia malu.

"Aku ingat ko," saut Alaya kembali duduk. Gadis itu menurunkan batita asuhannya dari pangkuan untuk berdiri dengan berpegangan pada pinggiran kursi taman. Lalu menyelipkan biskuit dikepalan tangan Haidar.

"Kamu bolos?!" sewot Alaya tiba-tiba.

Raut wajah pemuda itu terkejut. Dengan cepat Rendi langsung duduk di samping Alaya. "Kelihatan yah. Padahal gue udah pake jaket buat nutupin baju seragam sekolahnya."

"Celana abu-abu kamu," jawab Alaya menuding celana remaja laki-laki dengan telunjuk tangan.
"Aku heran. Kenapa anak laki-laki suka sekali dengan yang namanya bolos."

"Kebiasaan turun temurun dari Kakek Moyang jaman dulu," celetuk Rendi guyon.

Alaya terkekeh. "Bukannya yang benar itu nenek moyang?"

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now