44. Alden & Alaya

64.6K 6.2K 268
                                    

"Sebenernya lo bisa milih susu ibu hamil ga sih?!"

Bola mata Sia memutar jengah, niatnya pergi jalan-jalan dengan tunangannya. Tapi, tiba-tiba Alden menelfon dan meminta bantuannya memilih susu untuk Ibu hamil, buah-buahan, vitamin serta masih banyak lagi.

Karena mengetahui Alaya sedang hamil, ia sampai rela membatalkan niat awalnya, lebih memilih pergi bersama Alden, Adik tirinya.

Tapi lihatnya, dari tadi Alden selalu ngegas dan tidak sabaran. Ingin rasanya ia menendang bokong Alden hingga pemiliknya tersungkur ke lantai supermarket.

"Bentar anjir, gue juga lagi nanya ke google!" balas Sia sewot, tangannya mengambil satu persatu kotak susu Ibu hamil kemudian mengembalikannya kembali ke rak, karena tidak cocok.

"Modal google toh," kepala Alden mengangguk-angguk mengerti.

"Kalo ga nanya google, gue mana tau. Orang gue belum pernah hamil," gerutu Sia sebal.

"Bacot lo, cepet milihnya. Nyari susu Ibu hamil aja sampe satu abad."

"Mulut lo minta gue geplak yah!" sentak Sia bertambah kesal.

Alden pura-pura tidak mendengar, ia lebih memilih mengambil satu paket pasta gigi dan sikat gigi dengan ujung gagang yang terselip mobil-mobilan. Mungkin Haidar akan menyukainya.

"Nih, dari beberapa review ini si yang bagus," sia menyodorkan sebuah kotak susu Ibu hamil di hadapan Alden.
"Setuju ga?"

"Kelihatannya bagus, gue ambil beberapa kotak," alden memasukkan 6 kotak susu Ibu hamil ke dalam keranjang belanjaannya.
"Vitaminnya gimana?"

"Apotek lah anjir, ya kali beli di sini. Kalo di apotek sekalian nanya efek sampingnya."

"Oh oke."
"Kalo gitu kita beli buah sama beberapa biskuit buat Haidar."

"Siap!" balas Sia semangat.
"Sekalian bayarin gue yah, itung-itung ucapan terimakasih lo sama Kakak lo yang cantik dan baik hati ini."

"Najis!" umpat Alden berjalan mendahului Kakak perempuannya.

Sia mengelus dada sabar, emangnya ia guguk sama babi apa sampe acara dikatai Najis.

"Lo ngapain beli pembalut?!" cicit Sia merampas roti jepang dari tangan Alden dan kembali meletakkannya pada tempat semula.

Alden menatap Sia bingung. "Buat persediaan, kali aja Alaya mens."

Pletakk...

"Orang hamil mana ada yang haid!" semburnya galak.

Remaja laki-laki itu mengelus jidatnya yang terasa panas. "Gue mana tau!" sebalnya cemberut.

"Mangkanya, jangan game mulu yang di utamin. Sekali-kali baca juga buku tentang Ibu hamil, biar lo sedikit tau, apa aja yang harus lo lakuin."

"Iya, iya nanti gue baca!"

"Nah gitu dong, pokoknya lo harus jadi suami sama Ayah siaga! Jangan sampe calon ponakan ke dua gue kenapa-napa!"

"Tenang aja kali," balas Alden santai.

"Pala lo tenang, gue sunat lagi burung lo kalo sampe calon ponakan gue lecet!"

Alden mendelik. "Gue udah sunat!"

"Biar makin ilang tuh burung!"

"Anjir ngomong lo asal jeplak banget!" sembur Alden berjalan meninggalkan Kakak perempuannya, malu pada para pembeli lain yang menjadikan mereka bahan tontonan.

Sia tertawa kencang, emang cuma Alden yang bisa berkata ketus dan blak-blakkan. Ia juga bisa kali.

*

"Aduh, duhhh.... Jangan gendong Haidar dulu, kamu lagi hamil muda!" tegur Sia tiba-tiba langsung mengambil alih tubuh gembul Haidar ke dalam gendongannya.

ALDEN & ALAYA || ENDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt