35. Alden & Alaya

68.3K 5.8K 301
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu sebagai momentum paling bersejarah dikehidupan Alden akan terlaksana hari ini, hari di mana ia akan menyandang status baru sebagai seorang suami. Yah, suami dari Alaya Gavaputri.

Pukul 10 siang nanti, ijab kabul akan dilakukan olehnya. Dan sekarang ia sedang di makeup oleh perias pengantin yang didatangkan oleh sang Paman entah dari mana.

Meskipun makeup yang diberikan untuk wajahnya itu disesuaikan kerena ia laki-laki, tapi tetap saja Alden merasa risih dan tidak nyaman ketika bibirnya di pakaikan gincu merah. Astaga, ingin sekali ia berteriak marah pada perias itu tapi sialnya Pamannya mengawasi semua gerak-geriknya dan bahkan ia sudah mendapat ancaman akan gagal nikah kalau kebanyakan tingkah.

Sama halnya dengan Alaya, gadis berparas ayu dan lembut itu juga sedang di makeup di kamarnya sendiri, ditemani sang Ayah tercinta yang sudah ada sejak pagi tadi bersama kedua polisi yang datang guna mengawasi Wardana.

"Dandanin putri saya yang cantik yah Mbak."

Perias itu tersenyum, kepalanya mengangguk mantap, "Putri Bapak ini sudah cantik dan manis, jadi mau dipoles seperti apapun akan terlihat bersinar."

Kedua pipi Alaya memerah, tersenyum malu-malu mendapat pujian seperti itu. Semoga saja Alden tidak meledeknya menor ketika bertemu nanti, karena ia hafal betul tabiat cowok bertindik itu yang selalu saja mengatakan kalau ia jelek dan tidak menarik.

Satu jam berlalu yang dihabiskan untuk sesi merias, kini Alaya sudah cantik bak Putri dongeng dengan balutan gaun dan juga dandanan natural tapi sangat indah juga pas di wajahnya.

"Menakjubkan dan sempurna," gumam perias itu bangga.
"Karena sudah selesai, saya akan keluar untuk urusan lain. Permisi yah Alaya, Pak..."

"Terimakasih Kak," alaya tersenyum manis, berdiri dari duduknya.

"Putri saya tambah cantik, makasih Mbak," tambah Wardana mengangguk penuh sopan.

"Sama-sama, semoga acara pernikahannya lancar yah..." perias itu menenteng box peralatan tempur yang berguna untuk mempercantik itu.
"Saya permisi dulu. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," jawab Ayah dan anak itu serempak.

Pria paruh baya itu menatap Putrinya sendu, andai saja ia tidak nekat mencuri motor waktu itu. Mungkin Istrinya masih hidup dan bisa melihat Putri Tuggal mereka melangsungkan acara yang sangat sakral ini. "Maafin Ayah Nak, karena Ayah Ibumu tidak bisa hadir."

Kepala Alaya langsung menoleh ke arah Ayahnya, Manik matanya berembun dengan bibir bergetar. "Semuanya sudah lewat, jangan pernah disesali. Alaya juga sangat bahagia Ayah bisa hadir sekarang."

Wardana mengusap air matanya kencang. "Hati kamu memang baik dan lapang. Beruntung Ayah memiliki Putri setangguh kamu."

Gadis remaja itu langsung menghambur memeluk tubuh Ayahnya erat, terisak pelan. "Aku sayang Ayah."

"Ayah jauh lebih sayang kamu Nak," wirawan mengurai pelukannya, tersenyum tipis.
"Sudah, jangan nangis lagi. Nanti makeupnya luntur."

Kepala Alaya mengangguk bagai anak kecil, mengambil beberapa lembar tisu yang ada di depan meja rias. Menyerot ingusnya kencang dan juga mengelap air matanya yang tergenang di pelupuk mata.

"YAYA!" teriak batita laki-laki itu menerobos masuk dan langsung memeluk kaki Alaya yang tertutup gaun erat. Kepalanya mendongak ke atas, menatap wajah perempuan yang merawatnya dari bawah.

Dari belakang Sia datang terngopo-ngopoh. Menyeka keringat dari pelipisnya. "Capek banget ya gusti..."

Alaya melirik sekilas pada Sia, tangannya kembali mengambil lembaran tisu, berjongkok menyamakan dengan tinggi batita asuhannya, mengusap air mata itu dari pipi tembam Haidar. "Haidar jangan buat Tante cape dong sayang, tuh liat Tantenya sampe cape gitu."

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now