29. Alden & Alaya

53.1K 6.4K 259
                                    

"Alden!"

Remaja laki-laki yang merasa namanya dipanggil itu langsung membalikkan badan kesumber suara, bola matanya memutar jengah. Dengan malas Alden berjalan mendekat ke arah guru BK sekaligus Pamannya itu.

"Apa?"

"Mau pulang kamu?"

"Iya lah, emang mau ngapain lagi?!" ketus Alden kesal. Ini hari terakhirnya melakukan ujian nasional. Dan sekarang ia ingin cepat pulang ke Mansion, untuk mengajak Alaya dan juga Haidar jalan-jalan.

"Ada yang perlu Paman sampaikan sama kamu," abdad memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana.

"Nanti aja deh, aku lagi buru-buru."

"Ini penting Alden," cetus Abdad tidak mau dibantah.

Alden mendengus. "Oke, aku ikut Paman."

Pria paruh baya itu tersenyum tipis, berjalan masuk ke dalam ruangannya. Diikuti Alden yang juga ikut masuk dengan wajah suntuk.

Tanpa di suruh Alden langsung mendudukkan bokongnya pada kursi, kedua lengannya terlipat di depan dada. Mata tajamnya menatap tidak minat pada Abdad yang kelihatan sedang sibuk memilah beberapa berkas yang ada di atas meja.

Entah apa yang ingin Adik dari ayah kandungnya itu perlihatkan padanya.

"Ambil lah," abdad menyerahkan beberapa map dengan warna yang berbeda-beda, ada sekitar 5 berkas yang pria itu berikan padanya.

"Ngapain aku di kasih ginian, ga penting tau. Mending kasih aku angpau!" omel Alden ketularan bawelnya Alaya.

Abdad memukul kepala ponakannya dengan berkas yang masih ia pegang kencang. "Ambil, terus baca!"

"Iya, iya!" balas Alden ketus.

Remaja laki-laki itu mulai membuka satu persatu berkas-berkas itu, mulutnya kian menganga ketika mengetahui bahwa berkas yang sempat ia anggap tidak penting ternyata sangatlah berharga.

Bola matanya langsung mengarah pada Abdad yang kini tersenyum lembut. "Sertifikat ini buat Alden?"

Kepala Abdad mengangguk. Menepuk bahu ponakannya pelan. "Ayah kamu memang bukan orang kaya, tapi dia punya beberapa aset untuk di wariskan pada Putra Tunggalnya."

"Tapi Paman, aku ga yakin bisa ngurus 3 cafe milik Ayah sekaligus," alden meletakkan berkas ini ke atas meja. Mendorongnya pelan ke arah sang Paman yang sedang duduk di sebrangnya.

Abdad kembali mendorong sertifikat itu ke arah Putra kandung dari almarhum Kakaknya. "Jangan takut, Paman akan membimbing sampai kamu mampu."

Senyum Alden terbit. Ia langsung mengambil alih semua sertifikat itu. Lalu menyimpannya ke dalam tas gendong yang dia pakai. "Makasih Paman."

"Jaga baik-baik amanah dari almarhum Ayah kamu itu, anak nakal."

Bibir Alden tersenyum miring. Memposisikan tangannya dalam posisi hormat. "Siap Paman bujang lapuk!"

*

Alden langsung turun dari motor gedenya. Kaki panjangnya berlari kecil masuk ke dalam mansion. Bisa di bilang moodnya kali ini sedang bagus, sungguh suasana hati yang membahagiakan.

ALDEN & ALAYA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang