20. Alden & Alaya

64K 6.6K 236
                                    

Alaya baru saja selesai memandikan dan memakaikan baju pada batita asuhannya yang kini sedang terbaring di atas kasur dengan Ibu jari yang dimasukkan ke dalam mulut.

Sedangkan gadis itu mengikat rambut panjangnya dengan ikat rambut agar tidak membuatnya gerah. Mengingat cuaca di Jakarta sedang panas.

"Kita ke kamar Paman kamu yah," ajak Alaya membuat mata bayi itu menatapnya lugu dengan cengiran polos.

"Gemes banget ya Allah," gumam Alaya mendaratkan kecupan di kedua pipi bulat milik batita laki-laki itu.

Tangan Alaya mengetuk pelan pintu kamar yang masih tertutup rapat. "Bangun Alden. Ini udah pagi!"

Sama sekali tidak ada sautan dari dalam. Membuat gadis remaja itu nekat langsung membuka pintu walaupun tidak mendapatkan persetujuan dari pemiliknya.

"Alden bangun!" kali ini suara Alaya agak keras. Gadis itu bahkan berdiri cukup jauh dari keberadaan ranjang majikan nya. Ia harus waspada dengan Alden yang mesum.

"Kepala gue sakit. Badan gue juga gerah banget Lay," alden meringis. Mencoba bangun dari tidurnya dengan kesusahan.

Melihat itu Alaya langsung membantu Alden duduk. Dengan punggung yang menempel di dipan rajang. Punggung tangannya menempel di jidat remaja kasar itu. "Perasaan kamu ga hujan-hujanan. Tapi kenapa bisa demam gini?"

"Tadi jam satu pagi gue mandi."

"Kamu ngapain coba mandi jam segitu. Biasanya juga jam tujuh baru ngumpulin niat buat mandi. Terus jam 10 baru ke kamar mandi," gerutu Alaya meletakkan Haidar dipangkuan majikannya.

"Lo bego amat dah jadi cewek! Gue lagi sakit malah dikasih Haidar yang berat. Tapi kalo lo yang pangku di sini gue mah ikhlas, ikhlas aja."

"Mau sakit, mau ga. Pikiran kamu tetep aja ngeres!" kesal gadis remaja itu langsung membalikkan badan keluar kamar.
"Jagain Haidar. Aku mau ke dapur dulu sebentar."

Seperginya Alaya dari kamar. Batita laki-laki itu langsung menatap tajam wajah Alden membuat Alden juga melayangkan tatapan kesal sekaligus gemas pada ponakan gembrotnya.

"Ini bayi kenapa dah?" gumam Alden ngeri sendiri dengan mata ponakannya yang tidak berkedip sama sekali.

Suara pintu terbuka. Membuat Alden langsung mengarahkan pandangannya kearah sana. "Pengikut lo natep gue kaya musuh," adunya saat Alaya sudah duduk di pinggir kasur.

"Mana?"

"Ini," alden mendengus saat tatapan polos itu terpasang manis di wajah ponakannya yang memang manis.

"Ga ada ko."

"Beneran. Tadi nih bocah natep gue tajem," protes Alden tidak terima saat Alaya malah menatapnya curiga.

"Mana mungkin. Tatapan Haidar itu imut kaya kucing. Emang kamu kaya harimau," alaya membela batita asuhannya. Gadis remaja itu mengambil alih kembali Haidar dari pangkuan majikannya.

Bola mata Alden memutar malas. Kalau badan dan juga kepalanya dan keadaan sehat, mungkin ia akan mencubit babu songong nya itu hingga kulitnya merah-merah.

"Tadi aku buatin air rebusan jahe. Diminum biar demamnya reda."

"Ga doyan!"

"Diminum Alden. Kata almarhumah Ibu aku, air rebusan jahe mengandung zat yang dapat membasmi bakteri, virus dan jamur. Serta memiliki efek antiradang yang baik untuk meredakan demam dan nyeri."

"Kalo kata Ibu mertua gue gitu, sini gue minum sampe habis," alden langsung merebut gelas yang ada di tangan Alaya. Dalam hitungan detik remaja itu langsung menghabiskan semuanya hingga tak bersisa.

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now