51. Alden & Alaya [Extra Part]

99.6K 6.9K 236
                                    

Alden mengigit gemas lengan gembul Putrinya, asi Alaya memang top. Buktinya belum juga dikasih makan, badan bayi perempuan itu sudah sangat berisi membuatnya terlihat seperti gumpalan daging yang sangat menggemaskan.

Bayi perempuan itu mengoceh, dengan satu jari yang dimasukan ke dalam mulutnya hingga air liurnya ke mana-mana.

Sedangkan Alden tidak peduli, ia masih asik dengan lengan berlipat milik Putrinya yang kenyal. Mumpung Alaya sedang memasak, jadi ia bisa menjahili bayi ini hingga menangis.

"Alden, mau makan di mana?"

Buru-buru Alden duduk dari acara telungkup nya, berpura-pura mengelus lengan putrinya saat Istrinya sudah berada di depannya.

"Di sini aja Mah."

Kepala Alaya mengangguk, kembali pergi ke arah dapur. Sedangkan Alden langsung memberikan kecupan sayang di kening Putrinya yang menatapnya polos dengan cengiran khasnya.

"Paman!" jerit Haidar memukul punggung Alden dengan sekop mainan mobil-mobilannya.

Alden meringis, menyebalkan sekali ponakannya ini. Selalu saja marah kalau bocah kecil itu melihatnya mencium Alya.

Cemburu mungkin.

Tangan kecil Haidar menarik kerah belakang baju kaos Pamannya, mengomel dengan gaya bahasa lucunya yang membuat orang pusing tujuh keliling.

Untuk itu Alden langsung menyingkir dari samping Putrinya dengan perasaan tidak rela, bagaimana bisa bocah kecil itu tumbuh jadi orang yang posesif?

Melihat Alden sudah menyingkir membuat Haidar langsung duduk di samping Alya yang sedang tiduran si kasur lantai khusu bayi. Lalu keduanya sibuk dengan dunianya.

Alden cemberut, ingin sekali ia menendang bokong Haidar yang masih berlapis popok itu hingga bocah itu terbang ke langit.

"Makan dulu yah, biar aku suapin," celetuk Alaya langsung duduk lesehan di hadapan Alden, dengan membawa satu piring makanan dengan porsi penuh serta satu gelas air putih.

"Harus suapin dong Ayangg.. kan kalo ga disuapin aku ga bakal makan," jelas Alden menerima suapan pertamanya.

Yah, walaupun mereka sudah memiliki Putri dan bonus satu Putra, Haidar. Tapi tetap saja ia tidak akan rela kalau Istrinya lebih memperhatikan kedua bocah itu ketimbang mengutamakan dirinya.

Bagaimanapun keadaannya, Alaya harus memprioritaskan dirinya ketimbang yang lain. Termasuk... Anaknya.

Ia memang egois, karena ia haus kasih sayang Istrinya.

Alden meminum air putihnya hingga tandas, mencegah Istrinya yang terlihat akan meletakan piring kotor bekasnya makan, "Entar aja, kamu duduk deh. Ngadep belakang."

"Mau apa?" tanya Alaya heran.

"Nurut aja Mah." peringat Alden galak.

"Iya ini udah," kesal Alaya sudah duduk membelakangi Alden.

Alden langsung memijat pelan bahu Istrinya, menekan selembut mungkin agar perempuan itu nyaman.

Senyum Alaya merekah manis, "I love you... Pah."

Wajah Alden langsung berbinar senang, memeluk Istrinya dari belakang dengan bahagia, "Love you too... Mah," balas Alden mengecup pipi kiri Alaya gemas.

*

"Hati-hati di jalan yah," pesan Alaya mencium punggung tangan Alden, lalu mengelus kepala Haidar yang duduk di depan jok depan motor dengan sayang.

"Siap Mah, tenang aja. Tunggu aku pulang kerja."

ALDEN & ALAYA || ENDWhere stories live. Discover now