48 | Penyelamat

26 1 0
                                    

Keesokannya, di siang ini, Aneisha dan Elvano sedang makan siang bersama di kantin. Inilah momen yang membahagiakan dan ditunggu - tunggu El karena mereka jarang menghabiskan waktu bersama di sekolah.

Aneisha sibuk menyantap bakso di hadapannya, sedangkan Elvano tidak makan dan hanya asik memandangi gadis cantik di hadapannya. Wah, pemandangan yang sangat indah!

Kemudian, Gevariel yang sedang beli makanan di kantin pun tidak sengaja melihat mereka berduaan. Gevariel hanya menghela nafas panjang, ia tak bisa berbuat apapun, bahkan cemburu saja tidak perlu.

"Itu Gevariel," ujar Elvano kepada Aneisha dengan berbisik.

Aneisha menoleh sebentar. "Terus?"

"Belom baikan?" tanya Elvano kemudian. Ia memang penasaran sekali sih.

"Gak mau juga,"

"Kemaren lo berduaan ke minimarket,"

Aneisha menggigit bibirnya. Ternyata Elvano melihat mereka berdua, perasaan Aneisha kini tidak enak. "Gue cuma kasian liat dia,"

Elvano kemudian tersenyum miris. "Padahal gue kasih payung itu bukan buat lo berduaan sama cowok lain,"

"Gue gak bermaksud-"

"Gue yang dulu ngelindungin lo layaknya payung saat hujan, tapi ketika udah cerah, lo ngelepas payung lo dan ngejar yang lebih indah," ucap Elvano sambil memainkan gelas di sampingnya.

Perkataan Elvano sungguh membuat Aneisha tidak enak dan merasa jahat. Lalu ia sekarang harus bagaimana? Mengucapkan maaf?

"Gue kangen kita yang dulu," lanjut El dengan sedih.

"Sebuah payung gak akan digenggam lagi saat seseorang melihat pelangi kan?" Aneisha akhirnya membuka suara.

"Gue pikir selamanya gue akan jadi payung yang lo butuhin, Sha," 

Aneisha menggeleng pelan. "El, semuanya bisa berubah kapan aja."

"Apa perasaan lo ke Gevariel juga bisa berubah? Apa lo kemungkinan bisa suka sama gue?" tanya Elvano. Ia sungguh menginginkan jawaban 'ya', atau setidaknya 'mungkin'.

"Susah El. Sayang gue ke Gevariel itu beda,"

Elvano merasakan hatinya mulai perih. Ia akhirnya bangkit dari tempat duduknya dan pergi begitu saja. Ia bahkan tidak pamit atau mengucapkan apapun lagi, ia benci dirinya.

Aneisha menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Maafin gue.."

>><<

Setelahnya, Aneisha pergi ke toilet sekolah untuk menyisir rambutnya dan memakai liptint agar ia terlihat lebih segar. Ia bercermin dan tersenyum beberapa kali.

"Udah ngerasa cantik?" tanya seseorang tiba - tiba keluar dari salah satu bilik toilet itu. Ternyata itu kakak kelasnya, Amanda. Dari gosip yang beredar, memang Amanda sepertinya sering membully adik - adik kelasnya.

Aneisha menatap Amanda dengan sebelah alisnya terangkat. Ia sama sekali tidak takut pada Amanda. "Kenapa?" sahut Aneisha dengan berusaha tenang.

"Lo keren ya,"

"Udah mainin perasaan Elvano, terus sekarang deket sama Gevariel juga? Wah, emang cabe - cabean level 1 nih.." sindir Amanda sambil memakai bedak di pipinya.

Emosi Aneisha mulai terpancing. Ia menatap Amanda dengan wajah marah dan matanya mulai merah. Seandainya ia dengan mudahnya bisa menampar kakak kelasnya ini.

Amanda mendekat ke Aneisha. "Apa jangan - jangan ini sifat turunan dari mama lo? Makanya orang tua lo cerai. Mungkin karena mama lo juga mainin banyak cowok," lanjut Amanda sambil tertawa meremehkan.

ES REGNETWhere stories live. Discover now