32 | Melawan Trauma

31 2 0
                                    

Keesokan harinya, di sekolah sedang ada lomba kecil - kecilan untuk merayakan ulang tahun sekolah mereka. Bahagianya tidak ada kegiatan belajar mengajar untuk hari ini.

Elvano berjalan dengan lesu di koridor sekolah.

"Woi!" teriak Ghea iseng mengejutkan Elvano. Tetapi, ekspresi wajah Elvano tidak berubah sedikitpun. "Apa?"

"Dih, lo kenapa? Tumben banget kayak begini. Patah hati ya?" ledek Ghea.

"Iya."

Ghea terkejut ternyata tebakan asalnya tepat. Mengapa El patah hati? Memang dia sedang menyukai seseorang?

"Aneisha?" tanya Ghea dengan berhati - hati. Lalu, El menggangguk sebagai jawaban.

Ghea menutup mulut dengan kedua tangannya. "Lo nembak dia? Hah? Ceritanya gimana? Kok bisa? Dia jawab apa?". Semua pertanyaan itu dilontarkan Ghea dengan rasa penasaran.

"Intinya gue ditolak. Salah gue sih, kan dia udah jelas - jelas pacaran sama Gevariel," jawab El dengan wajah bersedih.

"Gue jadi kasian liat lo kayak gini.."

"Gue gak perlu belas kasihan."

Elvano menghela nafas. "Apa gue sama Aneisha gak bakal jadi sahabat lagi? Pasti dia sekarang risih sama gue," ucap El kemudian.

"Kok gitu? Aneisha udah dewasa, dia pasti-"

"Enggak. Dia belom sepenuhnya dewasa,"

Ghea memegang kedua bahu Elvano sebagai tanda menyemangati. "Gak semua orang berani untuk dapet jawaban. Gue bangga lo berani ungkapin perasaan lo yang sebenernya ke Aneisha. Lebih baik pernah melakukan walaupun hasilnya gak sesuai harapan daripada menyesal karena gak ngelakuinnya kan?".

Ucapan Ghea ada benarnya. Apapun jawaban Aneisha, seharusnya Elvano sudah siap sejak awal. "Pikiran gue lagi kacau,"

"Semuanya bakal baik - baik aja. Aneisha gak bakal bisa jauh dari lo,"

"Dia kan punya Gevariel."

"Lo sama Gevariel punya posisi yang beda di hati Aneisha. Dia gak akan mau kehilangan lo, El," lanjut Ghea. Kata - katanya sungguh menghibur hati El yang sedang sedih ini.

"Makasih," ucap El sambil tersenyum.

Ghea menepuk bahu Elvano. "Gak usah sedih - sedih, kayak lagi main drama aja lo!"

"Gimana caranya gue baikan sama dia?" tanya Elvano.

"Nanti kita cari caranya. Gue bakal usaha bantu kok,"

>><<

Gevariel sedang duduk di kursi depan kelas sambil menikmati susu pisangnya di pagi hari. Ia terus memikirkan Aneisha dan kondisi papanya. Apakah mereka baik - baik saja? Rasanya tidak tenang meninggalkan Aneisha dengan kondisi seperti kemarin.

Aneisha tiba - tiba duduk di sampingnya dan berdeham. "Permisi,"

Gevariel sontak menoleh. 

"Lo ngapain disini?"

"Balik jadi galak lagi. Kenapa sih kalo gue mau disini?" jawab Aneisha sewot.

Gevariel berusaha tenang agar mereka tak bertengkar. "Gimana kabar papa lo? Udah sehat?" tanya Gevariel.

"Udah pulang ke rumah kok tadi pagi. Besok dia boleh kerja lagi,"

"Lo?"

Aneisha tak mengerti maksud pertanyaan Gevariel. "Maksudnya?".

ES REGNETWhere stories live. Discover now