46 | Cedera Kaki

39 2 0
                                    

Aneisha sangat bersemangat untuk ekskul basket hari ini. Ia terus menerus mencetak poin sambil meluapkan emosinya yang berantakan. 

Tadinya Aneisha hampir membolos karena sedang tidak mood, tetapi pelatihnya memaksa dia untuk mengikuti ekskul hari ini, Aneisha juga tidak berani menolaknya.

Ketika sedang berlatih, Aneisha pun terjatuh karena kakinya terkilir. "Aw!" pekik Aneisha. Sakit sekali rasanya. Teman - temannya dengan cepat langsung menghampiri Aneisha. "Lo gakpapa?" tanya seorang dari mereka.

"Aneisha, lo kenapa? Kaki lo terkilir?" tanya seorang yang lain.

Aneisha berusaha tetap tersenyum. "Gak terlalu sakit kok. Cuma tadi gue salah langkah aja,"

Tiba - tiba Gevariel yang sedang kerja kelompok untuk tugas akhir pun berlari secepat kilat menghampiri Aneisha yang terduduk di tengah lapangan. 

"Lo mau ngapain?" tanya Aneisha terkejut. Ia tidak menyangka Gevariel akan menghampiri dan membantunya.

"Diem. Gue mau bantu lo,"

Aneisha menjauhkan kakinya dari Gevariel. "Gak mau! Lo lanjut kerja kelompok aja yang lebih penting," jawab Aneisha dengan ketus.

"Lo prioritas gue," ucap Gevariel dengan suara pelan, tetapi mampu terdengar oleh Aneisha. Astaga, jantung Aneisha kembali berdegup kencang seperti biasanya. Hatinya berdebar. Ternyata perasaannya masih sama seperti dulu.

"Jangan pegang kaki gue! Sana jauh - jauh," pekik Aneisha.

"Gak usah berisik,"

"Gue gak butuh bantuan lo. Gue bisa urus-"

Gevariel spontan menyentil dahi Aneisha karena gemas. "Gue bilang diem," ucapnya penuh penekanan. Akhirnya, Aneisha terpaksa menurut. Ia rindu Gevariel, sangat merindukannya. 

Kemudian, Gevariel menggendong Aneisha ke pinggir lapangan untuk mengistirahatkan kaki Aneisha. Ia mengangkat pergelangan Aneisha dan mengeceknya.

"Jangan sok ngerti. Gue gak mau kalo kaki gue makin parah," kata Aneisha.

"Lo jangan ganggu konsentrasi gue."

Aneisha menatap wajah Gevariel yang kini begitu serius berusaha menyembuhkan cederanya. Jujur saja, hatinya luluh melihat sikap Gevariel, tetapi rasa bersalah Aneisha lebih besar dari rasa sayangnya. Ia tidak boleh membuka harapan untuk Gevariel lagi.

"Jangan peduliin gue lagi. Gue gak bisa nerima kebaikan lo,"

"Karena rasa bersalah lo? Gue gak peduli,"

"Gev, lo harusnya benci gue! Gue pembunuh papa lo! Kenapa sih susah banget lo buat jauhin dan lupain gue?" teriak Aneisha sangat kesal. 

Gevariel menurunkan kaki Aneisha perlahan. "Gak akan bisa. Gue juga gak ngerti kenapa,"

"Gue gak bisa bikin lo bahagia lagi. Maaf, gue beda dari cewek - cewek lain,"

"Karena itu gue jatuh cintanya sama lo. Karena lo beda," jawab Gevariel sambil menatap kedua bola mata Aneisha.

Laki - laki ini sangat pandai mempermainkan perasaan Aneisha. Hatinya semakin dan semakin berdebar tak karuan. Perasaan ini tidak boleh muncul kembali!

Aneisha berusaha untuk berdiri dari duduknya, ia tidak ingin terlalu lama berhubungan dengan Gevariel. "Gue bukan orang baik. Tolong jangan muncul lagi di hidup gue,"

"Gak. Lo orang yang paling baik yang gue temuin setelah bunda," sahut Gevariel dengan spontan. Memang menggelikan sekali untuk mengucapkan ini seperti suatu gombalan, tapi ia bersungguh - sungguh mengucapkannya.

ES REGNETWhere stories live. Discover now