23 | Cemburu

33 3 0
                                    

Selama pelajaran Sejarah, Aneisha hanya diam. Ia tenggelam dalam pikirannya yang dipenuhi Gevariel. Seharusnya Ia tak se-khawatir ini kan? Tetapi, Aneisha tak suka melihat Gevariel menjadi pribadi seperti itu.

Ghea mencubit pipi Aneisha. "Mikirin apa sih?" tanyanya.

"Gak usah kepo deh," ledek Aneisha.

"Cepet kasih tau sebelum gue kelitikin nih,"

Wajah Aneisha kembali serius. "Kayaknya gue ada salah ke Gevariel,"

"Dari tadi lo bengong gitu karena Gevariel? Astaga, lo udah serius jatuh cinta sama dia ya.. Seneng banget liat lo sekarang, Sha," ujar Ghea.

"Jatuh cinta? Beneran kah? Sejak kapan gue suka sama Gevariel?" gumam Aneisha.

"Sha, lo sama Gevariel tuh udah kayak cinta sejati. Pokoknya cocok banget banget!"

Aneisha mengacuhkan Ghea dan menaruh kepalanya di atas meja. Lelah sekali rasanya.

>><<

Kriinggg.. Kriinggg..

"Lo ke kantin bareng Gevariel lagi?" tanya Ghea.

Aneisha menggeleng sedih. "Dia gak mau, padahal tadi gue udah ajakin."

Kemudian, Ghea akhirnya memutuskan  untuk menemani Aneisha makan hari ini. Tidak tega rasanya melihat Aneisha yang lesu seperti ini.

Tetapi, ketika mereka keluar kelas, ternyata Aneisha malah melihat pemandangan yang tak enak dilihat. Gevariel sedang memeluk, bahkan juga menggendong seorang perempuan.

"Itu... siapa?" tanya Aneisha terkejut. Rasanya hatinya seperti hancur berkeping - keping.

Ghea merangkul Aneisha dengan lembut. "Itu temen sekelasnya Gevariel. Tapi, lo gak boleh langsung salah sangka. Lo harus bicarain dulu ke Gevariel buat cari tau kebenarannya," jawab Ghea.

"Gue salah apa ya sama dia?" ucap Aneisha dengan wajah memelas, bahkan matanya mulai berkaca - kaca.

"Pasti ada alesannya. Gue tau, Gevariel bukan tipe playboy atau apa kok,"

"Gue benciii sama-"

Spontan Ghea memeluk Aneisha yang mulai meneteskan air matanya. Hati Ghea pun rasanya ikut hancur melihat sahabatnya pertama kali merasakan sakit hati.

"Lo gak boleh ambil kesimpulan sendiri, Aneisha, lo harus temuin dan ng-"

"Dia bahkan gak mau ngobrol sama gue, Ghe," potong Aneisha. Ia melepaskan pelukan Ghea, dan kembali masuk ke kelas.

Ghea yang sedikit kesal pada Gevariel pun memutuskan untuk menemui laki - laki itu dan bertanya tentang apa yang sedang terjadi.

Lalu, Ghea mengikuti arah pergi Gevariel tadi, dan ternyata menuju UKS. Gevariel sedang apa? Mengapa Ia pergi ke UKS?

"Gev, gue mau ngomong," ujar Ghea, menahan tangan Gevariel yang baru saja keluar dari ruangan UKS.

"Mau bahas Aneisha?"

"Ngapain lo gendong cewek kayak gitu? Tadi Aneisha liat dan dia-"

Gevariel menatap Ghea tajam. "Sekarang Aneisha dimana?".

"Di kelas gue," jawab Ghea. Kemudian, Gevariel berlari meninggalkannya dan menuju kelas Ghea untuk menemui gadis itu. Ia tak mau Aneisha salah paham.

Gevariel menghampiri Aneisha yang sedang makan cemilan sendirian di tempat duduknya. Jujur saja, Gevariel sangat takut dan khawatir jika Aneisha marah.

"Kenapa gak ke kantin?" tanya Gevariel di hadapan Aneisha.

Aneisha menoleh sekilas pada Gevariel. "Gak usah sok peduli."

"Lo mau dengerin gue dulu gak?"

"Emangnya lo mau ngobrol sama gue?" sahut Aneisha dengan nada meninggi.

Gevariel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tak tahu cara menghadapi perempuan yang sedang cemburu seperti ini.

"Lo marah karena tadi pagi atau karena liat gue sama cewek lain?" tanya Gevariel.

Tetapi, Aneisha hanya diam dan tidak merespon Gevariel. Apakah dia benar - benar marah?

"Gue gak tau harus ngapain biar lo gak kayak gini lagi," lanjut Gevariel.

Aneisha menatap Gevariel sinis. "Jadi gak mau makan bareng gue karena sibuk berduaan sama temen sekelas lo itu?". Akhirnya, Aneisha mampu mengeluarkan unek - uneknya.

"Baru juga pertama kali pacaran, dan dalam beberapa hari gue udah sakit hati," ujar Aneisha.

"Lo tenang dulu. Gue mau-"

"Gev, sumpah ya, gue lagi gak mood ngobrol sama lo. Gue gak mau lo jadi pelampiasan emosi gue, jadi lo mending pergi dulu."

Gevariel menghela nafas berat. Bahkan Aneisha tidak mau mendengarkan penjelasannya sedikitpun. "Terserah," ucap Gevariel, kemudian pergi dari sana.

"Pergi gitu aja? Bener - bener gak peka banget sih! Gak bisa apa romantis kayak peluk gue atau ngelakuin cara lain? Ih, benciii benci!" ujar Aneisha sambil memukul meja.

>><<

Gevariel masuk ke kelasnya dengan wajah lesu. Suasana hatinya sedang buruk sekali hari ini.

Nando duduk di sebelahnya dan merangkul Gevariel. "Kenapa lo? Mikirin hutang kantin?"

"Gue lagi gak mood buat bercanda,"

Alland berbisik, "Aneisha kenapa?". Langsung Nando dan Gevariel menoleh ke arah Alland bersamaan. 

"Lagi marah," jawab Gevariel.

Nando kini mengerti apa yang sedang terjadi. "Kenapa? Terus lo bakal lakuin apa?" tanya Nando lagi.

"Gue gak tau cara ngehadapin cewek kalo marah. Tapi, dia gak mau dengerin penjelasan gue dulu". Kemudian, Alland memasang wajah yang  serius. "Emang kenapa sih kalian?" tanya Alland.

"Tadi pagi gue bilang gak mau makan bareng dia di kantin, terus tadi Aneisha liat gue pas bawa Eva ke UKS, terus salah paham deh," jawab Gevariel.

Nando menahan tawanya. "Emang lo lagi sial aja."

"Solusi terbaik adalah lo bawain martabak manis ke rumahnya aja," ujar Alland.

Gevariel melemparkan tisu bekas ke wajah Alland. "Gue mau minta maaf, bukan mau ngelamar Aneisha."

"Tenang, Gev, cewek kayak Aneisha gak bakal lama kalo marah. Percaya sama gue," ucap Alland penuh keyakinan.

"Nanti gue bantu pikirin cara nebus dosa lo," lanjut Nando.

"Gakpapa, gue bakal usaha sendiri. Lagian ini bukan masalah serius," kata Gevariel santai.

Walaupun Gevariel terlihat tenang menghadapinya, tetapi kedua sahabatnya tahu kalau masalah ini sangat mengganggu pikiran Gevariel dan membuatnya sedih. Mungkin memang Gevariel gengsi untuk menunjukkannya.

"Kabarin kita kalau lo butuh apapun," ujar Nando.

------

Bagaimana cara Gevariel mengatasi situasi ini? Apakah mereka akan segera berbaikan? Tunggu kelanjutannya!!

Jangan lupa kasih jejak vote yaa

ES REGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang