44 | Berawai

30 2 0
                                    

Aneisha masuk ke ruang UKS dengan berwaspada. Ia tidak mau Gevariel tahu bahwa ia ada disini.

Sesuai dugaan, Nando yang menyuruh Aneisha kesana dan mengobati tangan Gevariel. Nando tahu kalau mereka berdua saling mencintai, tapi hanya saja takdir sulit merestuinya.

"Gev?" panggil Aneisha dengan lembut. Tidak ada jawaban. Sepertinya Gevariel masih belum benar - benar terbangun, lalu Aneisha melanjutkan langkahnya dan mengambil beberapa obat untuk mengobati luka Gevariel.

Aneisha melihat luka di tangan kanan Gevariel dengan tatapan sendu. Ia sedih sekali harus melihat Gevariel seperti ini, bukan dia yang biasanya. Lebih baik Gevariel tetap cuek dan dingin daripada hancur begini.

"Maafin gue," ujar Aneisha sambil mengobati luka Gevariel.

"Gue juga gak ngerti kenapa takdir permainin kita kayak gini,"

"Sebagian orang berfikir kalau dengan bergandengan akan membuat kita kuat, tapi nyatanya kadang kita harus melepaskannya."

Aneisha mengusap lembut tangan Gevariel. "Ketika lo mencintai seseorang dan harus patah hati, itu sama aja kayak luka. Memang suatu saat akan sembuh, tapi akan meninggalkan bekasnya,"

"Maaf, gue ternyata penyebab sengsara dan sakitnya lo selama ini. Bodohnya semua ini baru terungkap setelah gue udah terlanjur sayang lo, Gev,"

Tiba - tiba datanglah Ghea kesana dan menghampiri Aneisha yang sedang bersedih. "Sha, lo dipanggil sama ketua kelas," bisik Ghea.

"Mau ngapain?"

"Entah. Coba lo ke kelas dulu aja,"

Aneisha mengangguk. Ia menatap wajah Gevariel sesaat dan akhirnya mereka berdua meninggalkan ruangan itu, membiarkan Gevariel sendirian.

>><<

Perlahan Gevariel mulai membuka matanya, ia mengerjap beberapa kali. Cahayanya silau sekali. Dimana ini? 

Ternyata ini di ruang UKS. Namun, tidak ada Aneisha di sisinya seperti dulu. Baru beberapa menit saja, Gevariel kini sudah merindukan gadis menggemaskan itu. 

Gevariel melihat jam dinding disana dan ternyata sekarang sedang jam istirahat. Gevariel tidak mau keluar dari sini, ia lebih baik sendiri saja hingga perasaannya tenang.

"Gue minta maaf," ucap seseorang yang tiba - tiba muncul dari arah pintu. Itu Elvano, laki - laki menyebalkan yang berusaha merusak hubungannya. "Buat?" tanya Gevariel kemudian.

"Masalah Aneisha, dan gue juga ungkit trauma lo." Lalu, Gevariel hanya mengangguk lesu.

"Gimana hubungan lo sama Aneisha?" tanya El sambil menarik kursi duduk di sisi tempat tidur Gevariel.

Gevariel langsung menatap laki - laki itu dengan kesal. "Lo ngeledek gue?"

"Maksudnya?"

"Lo tau kan kalo Aneisha putusin gue?"

Elvano diam sejenak. Ternyata hubungan mereka sudah benar - benar selesai. Tetapi, El tidak merasa bahagia sedikitpun, malah ia iba dengan ketulusan cinta mereka berdua yang harus kandas.

Gevariel meminum air putih yang ada di meja sisi tempat tidurnya. "Gue mau ajak dia balikan, tapi gue tau itu gak mungkin. Dia pengen kita gak saling kenal lagi,"

"Karena Aneisha terlalu mikirin perasaan lo. Aneisha ngerasa marah sama dirinya karena kenyataan ini,"

"Lo gak kejar Aneisha lagi? Ini kesempatan buat lo," ujar Gevariel dengan santai.

"Gue capek juga. Gue gak bisa maksain perasaan dia lagi,"

"Cinta sepihak emang berat ya?" sahut Gevariel sambil tersenyum.

ES REGNETWhere stories live. Discover now