33 | Bunda

36 2 0
                                    

Aneisha tidak sengaja tertidur di sebelah Gevariel sambil terus menggenggam tangannya.

Gevariel mulai menyadarkan diri dan membuka matanya perlahan. Ia sedikit terkejut melihat Aneisha masih ada disana menunggunya.

"Dia nungguin gue?" pikirnya.

Kemudian, Gevariel tersenyum melihat tangannya yang digenggam erat oleh Aneisha. Sepertinya gadis ini sangat khawatir dengannya. "Lucu,"

Tiba - tiba Aneisha terbangun dari tidurnya dan tersentak melihat Gevariel yang sudah siuman. "Gevariel! Gev, lo gakpapa? Gimana keadaan lo? Ada yang sakit? Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Aneisha heboh.

Gevariel menggeleng pelan. "Gue gakpapa."

"Dia nangis?" pikir Gevariel. Ia memandangi wajah Aneisha yang merah dan matanya bengkak. Apakah gadis ini tadi menangisinya? Jika ucapan bunda waktu itu benar, artinya Aneisha tulus menyayanginya?

Aneisha mengambil gelas teh manis di meja yang tadi ia beli. 

"Ini tadi tehnya panas, sekarang udah keburu dingin. Maaf ya,"

"Gue lebih suka teh dingin". Lalu, Gevariel menyeruput teh itu perlahan. "Makasih,"

"Gak usah bilang makasih. Gue yang harusnya bilang maaf,"

"Kenapa gitu?"

Aneisha menundukkan kepalanya. "Gue yang bikin lo kayak gini. Gue bego banget,"

"Enggak. Ini kan gue yang mau, lo jangan ngerasa bersalah."

"Tapi-"

"Sekarang jam berapa?" tanya Gevariel memotong.

Aneisha melirik jam tangannya. "Jam 1 siang,"

"Udah pada pulang? Lombanya udah selesai?" tanya Gevariel lagi.

"Udah. Selesai jam 11 tadi,"

Lalu, Gevariel beranjak dari ranjang itu. "Eh, lo mau kemana?" tanya Aneisha khawatir.

"Anter lo pulang."

"Gue bisa pulang sendiri. Sekarang kondisi lo lagi gak sehat,"

Gevariel menggeleng. "Lo katanya minta gue ajarin cara pacaran kan? Kalo pacaran, cowoknya harus anter ceweknya pulang dengan selamat,""

"Lo masih sakit, Gev,"

"Gue udah gak punya trauma lagi. Gue udah bisa lawan hujan," ucap Gevariel dengan percaya diri.

Bisa - bisanya ia mengatakan itu? Padahal tadi baru saja Gevariel pingsan berjam - jam karena terkena hujan. 

"Lo gila?" tanya Aneisha.

"Liat tadi gue bisa bertahan berapa lama dibawah hujan? Biasanya baru kena setetes aja gue udah kabur, artinya gue udah gak trauma,"

Aneisha tersenyum. Laki - laki ini memiliki keinginan terlalu besar untuk sembuh dari traumanya hingga membohongi dirinya sendiri.

Gevariel merapikan seragamnya. "Ayo pulang," ajaknya dengan lembut.

"Lo yakin gakpapa? Gue gak enak sama Bunda Cyntia juga," ucap Aneisha.

"Jangan ngerasa bersalah."

Lalu, Gevariel mengelus pipi Aneisha dengan lembut dan menggandengnya keluar.

Mereka berjalan berdua menuju parkiran motor.

"Gue boleh ketemu bunda gak?" tanya Aneisha bersemangat. "Kalo gak boleh juga gakpapa,"

Hati Gevariel kembali berdebar mendengar pertanyaan itu. Mengapa Aneisha ingin bertemu bunda? Ah, kenapa pikiran Gevariel kemana - mana sih?

"Terserah," jawabnya singkat. Aneisha tersenyum kegirangan, senangnya hari ini akan bertemu bunda.

ES REGNETWhere stories live. Discover now