52 | Rasa Khawatir

34 2 0
                                    

Gevariel perlahan membuka matanya. Kepalanya masih terasa sakit dan berdenyut, tubuhnya juga lemah sekali. Ia pelan - pelan melihat ke sekeliling dan ternyata ada Aneisha di sisinya yang sedang tertidur.

Spontan Gevariel tersenyum tipis sambil mengusap kepala Aneisha, hingga Aneisha tidak sengaja terbangun. Gevariel dengan cepat melepaskan tangannya karena akan malu jika ketahuan Aneisha.

"Gev, lo udah siuman? Gimana keadaan lo? Apa yang lo rasain? Kepalanya sakit? Lagian lo udah tau trauma-"

"Sha, gue baik - baik aja. Lo urus diri lo dulu," potong Gevariel sambil memejihat dahinya yang masih sedikit sakit.

Aneisha menggenggam tangan Gevariel. "Gue udah sehat. Gue sekarang mau ngerawat lo,"

"Ngerawat apa? Gue gak sakit," jawab Gevariel ketus. Ia memalingkan wajahnya dan berusaha terbangun dari posisi tidurnya.

"Kok lo tau gue ada disana?" tanya Aneisha.

"Bunda kasih tau gue. Jangan kayak gitu lagi, banyak yang cemas karena lo, Aneisha,"

Aneisha hanya mengangguk sebagai jawaban. Hatinya merasa tidak tenang dan terus merasa bersalah ketika melihat wajah Gevariel dan bunda.

"Kenapa lo rela hujan - hujanan kayak gitu demi nyelamatin gue? Lo gak tau kalo itu bahaya buat lo? Dan perbuatan lo itu bikin bunda khawatir banget, Gev!" tanya Aneisha sangat khawatir. Bukannya ia tidak tahu terima kasih, tapi ia takut jika keadaan Gevariel bisa lebih parah dari ini.

"Karena gue lebih takut kehilangan lo daripada trauma gue," jawab Gevariel yang mampu membuat mata Aneisha kembali berkaca - kaca. Ia tahu perbuatan Gevariel sangat amat baik, tapi Aneisha tidak menyukainya jika harus mengancam kesehatan Gevariel.

"Terus kalau lo luka gimana? Sakit atau yang lebih parah lagi?" tanya Aneisha lagi.

Gevariel menggidikan bahunya. "Seenggaknya itu bukan lo".

"Gev, tolong jangan kayak gini lagi,"

"Kenapa? Lo khawatir?" tanya Gevariel.

"Iya! Lo suka liat gue khawatir?". Gevariel kemudian menggeleng, "Enggak. Gue malah akan lebih khawatir liat lo,"

Aneisha perlahan meneteskan air matanya. Ia hendak bangkit dari sofa, tetapi Gevariel menarik lengannya hingga wajah mereka berdekatan. "Gev-" ucap Aneisha sangat terkejut. Jantungnya berdegup sangat kencang, ia tidak pernah sedekat ini dengan Gevariel.

"Ini artinya kita udah baikan? Lo jadi pacar gue lagi?" tanya Gevariel tanpa basa basi.

Aneisha menelan salivanya. "Siapa bilang?"

"Oke. Artinya kita mulai sekarang pacaran lagi, titik!" ucap Gevariel dengan tegas. Lalu, dengan cepat menjauhkan dirinya dari Gevariel untuk menenangkan jantungnya yang hampir copot. Bisa - bisanya Gevariel begitu tenang ketika situasi seperti itu.

>><<

Amanda yang sedang merias wajahnya langsung tersenyum licik ketika melihat Aneisha yang sedang berjalan sendirian di koridor sekolah. Dengan cepat Amanda menghampirinya dengan percaya diri, inilah saat yang tepat untuk kembali memancing amarahnya.

"Selamat pagi," sapa Amanda dengan nada menyindir. Aneisha yang melihat perempuan itu di hadapannya langsung membuang muka.

"Mau apa lagi? Gak ada capeknya ya?"

"Sampe kapan sih lo mau nyakitin Elvano? Lo gak sadar ya dia selama ini banyak berkorban buat lo? El selalu ada buat lo, ANEISHA!" ucap Amanda dengan suara meninggi.

ES REGNETWhere stories live. Discover now