34 | Bahagia dan Sakit

31 2 0
                                    

Aneisha menghela nafas lega. Akhirnya tiba juga di  kamarnya yang nyaman, setelah perjalanan di angkutan umum yang melelahkan.

"Udah pulang?" tanya Om Fajar sambil membuka pintu kamar Aneisha perlahan.

Aneisha bangkit dari posisi tidurnya. "Oh iya, tadi papa mau ngomong apa? Penting ya?".

"Penting menurut papa sih.."

"Ada apa? Papa sakit lagi?" tanya Aneisha."

"Papa mau tanya, kamu sama Elvano lagi ada masalah?".

Ternyata ini topik yang ingin dibicarakan papanya. Aneisha langsung mengubah ekspresinya dengan wajah malas. "Pa, Aneisha capek. Bahasnya nanti aja,"

"Sekarang kamu hindarin papa juga?"

"Bukan gitu.. Aneisha gak pengen bahas El,"

Om Fajar tersenyum. "Apa salahnya Elvano? Perasaannya salah?"

"Papa gak bakal ngerti,"

"Papa ngerti, bahkan bisa lebih ngerti dari kamu. Papa udah tau Elvano suka sama kamu dari lama, ketebak banget dari gerak geriknya,"

Aneisha spontan menoleh dan sedikit terkejut. "Beneran? Kok bisa?"

"Papa lebih berpengalaman."

Lalu, Aneisha menyenderkan tubuhnya pada papanya. Ia merasa lelah dengan semua pikiran ini. "Aneisha gak tau harus apa.."

"Baikan sama El,"

"Tapi, Aneisha udah nolak perasaan dia."

"Terus mau gimana? Masa persahabatan kalian bertahun - tahun mau tamat sampe disini? Sinetron aja bersambung - bersambung mulu," ledek Om Fajar sambil mencubit pipi Aneisha.

"Besok aja bahasnya deh,"

Om Fajar memegang kedua bahu Aneisha. "Masalah itu gak boleh ditunda - tunda. Kamu ketemuin Elvano sekarang, kalian harus baikan,"

"Gak."

"Aneisha mau durhaka?" ancam papanya sambil menatapnya sinis.

"Ah, papa mah curang!" ujar Aneisha sambil memukul pelan Om Fajar karena gemas.

"Lagian siapa tau El jodoh kamu," bisik Om Fajar.

Aneisha menggeleng cepat dengan wajah kesal. "Gak mau!"

Kemudian, Om Fajar berkata, "Kamu jahat kalo jauhin Elvano karena kejujuran dia tentang perasaannya. Kalo emang kamu gak bisa bales perasaannya, ya tinggal bilang aja, tapi gak boleh musuhan kayak gini. Papa yakin kalian berdua udah bisa bersikap dewasa."

Aneisha mengangguk pelan.

"Kok gak ikhlas gitu?" tanya Om Fajar.

"Kan emang Aneisha dipaksa papa,"

"Gak boleh kayak gitu. Samperin Elvano ke kamarnya sekarang ya? Ini perintah papa loh,"

Lalu, Aneisha akhirnya mengalah. Ia berdiri dan berjalan menuju kamar Elvano dengan malas - malasan. Sebenarnya ia sangat gengsi dan malu melakukan ini.

Tokk..! Tok..!

Mengapa jantung Aneisha menjadi berdebar seperti ini? Aneisha membuka pintu kamar Elvano dengan berhati - hati.

Ternyata El sedang mendengarkan lagu dengan earphone-nya dan menulis sesuatu. Apakah lebih baik Aneisha keluar saja? Ah, mendingan besok deh!

Aneisha pun membalikkan tubuhnya.

"Aneisha? Mau ngapain?" tanya Elvano mengejutkan Aneisha.

"Hah? Hm- itu.. Gue-"

"Ada yang mau diomongin?" tanya Elvano lagi.

Perlahan Aneisha mulai mengatur nafasnya dan duduk di dekat Elvano. "Maaf ganggu lo," ucapnya dengan sedikit berbisik.

"Gue gak sibuk kok. Kenapa?"

"Gue mau minta maaf, El. Kayaknya gue terlalu jahat dan kasar sama lo," ujar Aneisha.

Elvano sedikit kebingungan. Mengapa Aneisha tiba - tiba malah minta maaf? Sepertinya ini hanya permintaan Om Fajar, pikirnya. "Disuruh Om Fajar?"

Aneisha mengangguk dengan ragu. "Tapi, gue beneran minta maaf."

"El, gue gak bermaksud nyakitin-"

"Kan udah gue bilang, anggep aja kejadian itu gak ada. Gue juga udah bersikap biasa aja," potong Elvano dengan tenang.

Lalu? Apa yang harus Aneisha katakan lagi? Jantungnya berdegup terlalu kencang hingga membuatnya kikuk. "Tapi, bukan berarti gue bisa bales perasaan lo."

"Gue gak pernah maksa minta hati lo kok. Gue harus belajar ikhlas,"

"Ya udah," jawab Aneisha singkat. Ia hendak berdiri dan kembali ke kamarnya. Rasanya suasana ini canggung, hingga Aneisha ingin cepat keluar dari sini.

Elvano menahan tangan Aneisha. "Lo tau gak kalo marahan tu dosa? Jadi baikan aja ya?".

Aneisha menundukkan kepalanya dan hanya mengangguk. "Iya," jawab Aneisha.

Lalu, Aneisha benar - benar pergi keluar dari kamar Elvano.

"Seenggaknya lo udah gak hindarin gue lagi, Sha," pikir El dengan lega.

>><<

Drrtt.. Drrtt..

Gevariel mengambil ponselnya yang berada di atas meja belajarnya.

"Siapa sih jam segini berisik banget?" ujarnya.

Aneisha Keinarra

Udah tidur? Gue ganggu ya?

Besok temenin gue makan dimsum, mau gak? Gue lagi ngidam..

Gev, lo lagi ngapain?

Anjir lah

Eh, itu gak sengaja ke send! Sorry Gev.. Beneran itu gue salah kirim yang barusan

Gevariel membaca pesan masuk itu, yang awalnya dengan kebingungan hingga sedikit tersenyum. Tingkah laku Aneisha walaupun lewat chat saja tetap menggemaskan.

Gevariel 

Berisik

Besok gue jemput ke rumah lo, jam 4

Aneisha langsung melompat kegirangan di kasurnya. Ternyata Gevariel mau menemaninya makan siang! Astaga, mengapa rasanya se-bahagia ini?

Drrtt.. Drtt..

Aneisha dengan cepat membuka pesan masuk itu. Gevariel mengirimkan pesan lagi!

Gevariel Pranadipa

Udah malem, tidur.

Gue gak mau lo besok bangun siang, nanti gue lama nunggunya

Hatinya berbunga - bunga.. Apakah jatuh cinta memang indah seperti ini ya?

Aneisha menutup wajahnya dengan bantal dan berguling menggunakan selimut di tempat tidurnya. Ia sangat bahagia.

"Gev, udah cukup. Lama - lama jantung gue copot beneran kalo kayak gini caranya," ucap Aneisha sambil mengelus dadanya.

Sedangkan di luar kamar Aneisha, sedang ada Elvano yang mendengar ucapan Aneisha. Terbalik dengan Aneisha, kini hati El sakit sekali. Sepertinya sudah tidak ada harapan untuk ia mengambil hati Aneisha.

"Gue berharap apa sih? Bego banget lo, El."

"Apa gue harus nyerah sekarang?" pikirnya.

------

ES REGNETWhere stories live. Discover now