11 | Perselisihan

48 4 0
                                    

Aneisha menghampiri Gevariel yang sedang duduk sendirian di kantin. Ia tidak tahu untuk apa melakukan ini, tetapi rasanya Ia ingin menemani Gevariel.

"Misi," ucap Aneisha dengan sopan.

Gevariel yang tadinya lesu langsung duduk dengan tegap. "Apa?"

 Aneisha duduk di hadapan Gevariel dengan ragu - ragu. Belum mulai berbincang saja jantung Aneisha kembali berdetak cepat. "Hmm.. Temen - temen lo mana?" tanya Aneisha.

Gevariel menaikkan kedua bahunya. 

Lalu, terdengar ada seorang laki - laki dan perempuan yang sepertinya adik kelas mereka sedang beradu mulut. "Itu pacaran ya?" tanya Aneisha lagi. Gevariel mengangguk.

"Kenapa sih lo susah banget sisain waktu buat gue?"

"Ya, gue kan juga punya hal lain yang perlu dikerjain. Urusan gue bukan cuma lo,"

"Tapi, seharusnya lo tetep ada disamping gue dan kasih kabar kalo emang gue prioritas lo!"

Kira - kira seperti itulah perdebatan antara sepasang kekasih itu di kantin.

"Lagian ngapain sih pacaran? Enak juga hidup sendiri," ucap Aneisha.

Gevariel terus memperhatikan pasangan itu. "Kalo gue punya pacar, gue pengen jadi prioritas kedua dia". Aneisha spontan menoleh dan bertanya, "Kenapa gak jadi yang pertama aja?"

"Karena gue pengen prioritas pertama dan utamanya adalah diri dia sendiri. Dia harus tetep fokus sama impiannya, keinginannya, cita - cita, masa depannya. Setelah itu, baru mikirin gue. Karena priorittas utama gue juga diri gue sendiri," jawab Gevariel dengan tenang.

"Keren," ucap Aneisha dengan suara pelan.

Gevariel menoleh ke arah Aneisha. "Apa?"

"En-enggak. Gue gak ngomong apa - apa kok," jawab Aneisha gugup. Ia malu sekali jika Gevariel mendengar apa ucapannya barusan.

Aneisha beranjak dari tempat duduknya. "Gue mau ke toilet ya. Duluan". Gevariel tertawa kecil melihat tingkah laku Aneisha yang menggemaskan seperti itu. Ia sebenarnya mendengar pujian 'keren' dari Aneisha tadi.

"Kalo gue beneran suka Aneisha, apa harus gue kejar?" pikirnya.

>><< 

Elvano sedang asik mengerjakan tugas yang harus dikumpul siang ini. Kelasnya terasa agak sepi karena memang sedang jam istirahat. Tidak lama kemudian, moodboster Elvano, Aneisha, pun datang.

"Nih minum dulu," ujar Aneisha sambil menyodorkan jus jeruk dari kantin.

"Ada apa nih? Tumben banget lo, Sha," sahut Elvano bersemangat.

Aneisha tertegun. "Cerita sini. Atau ada yang mau lo tanya?"

"El, kalo gue suka sama cowok, papa bakal gimana ya?" tanya Aneisha yang membuat jantung Elvano terasa berhenti tiba - tiba. Ia tidak siap mendengar ucapan itu dari Aneisha.

"Kenapa mikirin Om Fajar? Bukannya dia malah bakal bahagia karena lo akhirnya lepas dari ketakutan lo itu?".

Aneisha mengangguk ragu. "Gue belom tau ya.. Tapi, kayaknya nih gue-"

"Suka siapa?" potong Elvano penasaran. Ia sungguh berharap bukan nama cowok sialan itu yang keluar dari mulut Aneisha.  "Belom sukaa, El..." jawab Aneisha.

Lalu, Aneisha kembali mengeluarkan suara, "Tapi, lo bakal restuin gak?"

Elvano menghela nafas kasar. "Tergantung siapa orangnya," jawab El singkat. Sebenarnya Ia sudah tahu siapa yang ada di pikiran Aneisha, tetapi Ia hanya ingin berpura - pura tidak mengetahuinya.

"El, kalo cowoknya Ge-"

"Aneishaaa!! Ih, gue cari lo kemana - mana ternyata ada disinii," teriak Ghea yang entah muncul darimana.

"Iyaa, ada yang mau gue omongin ke El. Emang kenapa, Ghe?" tanya Aneisha. Ghea berusaha mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. "Itu.. tadi lo dicariin Rian sama Nando, gak tau juga deh mereka mau ngapain," jawab Ghea.

"Itu kan temen geng si Gevariel. Dia rencanain apa sih sebenernya?" pikir Elvano kesal.

Elvano berdiri dari kursinya dan langsung keluar kelas. Ia berjalan cepat mondar - mandir mencari mangsanya, yaitu Gevariel. Rasanya hatinya selalu panas ketika mendengar nama itu. Saat ini, Ia hanya ingin menjalankan rencananya yang telah Ia siapkan.

Elvano menarik baju Gevariel yang masih duduk sendirian di kantin. "Lo mau apa lagi?" tanya Gevariel sambil tersenyum meremehkan. Elvano mengangkat satu alisnya dan berbisik, "Lo anak kecil? Udah tua kok masih takut hujan".

Spontan Gevariel meninju rahang Elvano dengan mata memerah. Ia benci ketika seseorang menggunakan traumanya sebagai kelemahannya. "Jangan bawa - bawa masalah pribadi gue!" teriak Gevariel sambil memukul bagian perut Elvano.

Elvano memang sengaja tidak ingin membalas pukulan itu hingga Aneisha tiba dan melihat semuanya. Elvano mulai melemah dan meringis kesakitan. "Gu-gue.. Gue penasaran. Apa peny-penyebab lo.. segitu takutnya-"

Gevariel kembali memberikan serangan. Ia menonjok pipi kanan dan kiri Elvano dengan nafas memburu. Ia begitu marah, sudah lama sekali Ia tidak merasakan emosi seperti ini.

Aneisha akhirnya tiba dan langsung mendorong tubuh Gevariel dari Elvano. "Lo udah gila ya? Lo mau bunuh Elvano? Jangan berbuat seenaknya! Masih punya hati gak sih?" teriak Aneisha sambil menahan tangisnya. Ia mengangkat Elvano dengan perlahan. "Cowok brengsek!" ucap Aneisha sambil pergi dari hadapan Gevariel.

Gevariel hanya diam mematung. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Semua saksi pasti menilai kalau Gevariel yang memulai pertengkaran, padahal Elvano yang memancing amarah Gevariel terlebih dahulu. Ia mengepalkan tangannya begitu keras. "Ternyata lo gak segampang yang gue pikir," ucapnya dengan pelan.

>><<

Begitu tiba di UKS, Aneisha membiarkan Elvano beristirahat diatas kasur sambil menunggu perawat disana datang. "Bagian mana yang sakit? Lo gak bakal pingsan kan?" tanya Aneisha sangat khawatir. Ia tidak pernah melihat Elvano dipukuli orang sampai seperti ini.

"Lagian kok tiba - tiba Gevariel bisa mukulin lo sampe kayak gini sih? Pasti ada alesannya kan?" tanya Aneisha lagi. Walaupun Ia belum terlalu mengenal Gevariel, tetapi Ia tahu pria itu sebenarnya berhati lembut dan hangat. Tidak mungkin memukul orang lain tanpa alasan.

"Gu-gue gak tau, Sha.. Gue juga kaget dia bisa brutal kayak gitu," jawab Elvano sambil memegang pipinya yang memerah.

"Lo kan bisa bela diri, El. Tapi, kenapa tadi lo cuma diem aja?" tanya Aneisha.

"Gue gak mau mukul adik kelas, jadi gue diemin aja. Lagian pukulannya gak terlalu sakit kok, Sha". Aneisha menghela nafas panjang. "Kenapa semuanya jadi kayak gini sih? Gue gak ngerti apa yang terjadi," gumamnya dalam hati.

"El, apa ini ada hubungannya sama Rian dan Nando yang cari gue ya?" tanya Aneisha. Elvano hanya menggeleng. "Gak usah dipikirin, Sha. Gue cuma pengen lo disini, temenin gue".

"Gue masih bingung aja kenapa bisa - bisanya Gevariel kayak gitu ke lo," lanjut Aneisha.

"Kan dari awal gue udah bilang dia gak layak buat lo. Gue gak suka liat kalian bareng".

Aneisha bertanya, "El, apa lo takut kehilangan gue?".

Elvano merasa seperti tertusuk dengan pertanyaan itu. Mengapa Aneisha tiba - tiba bertanya seperti itu? Jelas saja jawabannya YA!

Kemudian, Elvano mencengkeram bahu Aneisha. "Sha, lo itu sumber bahagianya gue. Kalo lo pergi, sama aja lo ambil kebahagiaan gue".

"Sumber bahagia?"

------

ES REGNETWhere stories live. Discover now