57 | Kepergian Elvano

34 2 0
                                    

Gevariel masuk ke kamar Elvano bersama Aneisha untuk membantu El berkemas. Elvano sedang sibuk mengurusi pembayaran kuliahnya sehingga Aneisha mengajak Gevariel untuk ikut membantunya.

Aneisha tersenyum dengan mata berkaca - kaca menatap tempat tidur Elvano yang sudah rapi. "Sebentar lagi tempat tidur ini bakal selalu kosong," ucap Aneisha sambil menahan tangisnya. Gevariel berjalan mendekati Aneisha dan merangkulnya.

"Jangan sampe El liat lo nangis kayak gini, lo gak mau dia pergi dengan rasa khawatir kan?" sahut Gevariel. Aneisha mengangguk lesu.

Lalu, Aneisha berjalan menuju meja belajar Elvano dan membuka sebuah buku untuk melihat beberapa halaman. "Itu buku apa?" tanya Gevariel.

"Isinya campur aduk, gue juga gak tahu persis," jawab Aneisha. Tetapi tangan Aneisha berhenti di sebuah halaman yang bertuliskan 'Together is easy, to get her is impossible'. Aneisha spontan menutup mulut dengan tangan kanannya dan mulai kembali menangis.

Ketika Gevariel membaca tulisan itu, ia tak berkomentar dan hanya memeluk Aneisha untuk menenangkannya. "Jangan nangis, Aneisha,"

Tiba - tiba masuklah Elvano ke dalam kamar. "Hai! Akhirnya urusan gue udah kelar, kalian udah beres - beres sampe mana? Maaf ya jadi repotin," ucap Elvano dengan santai. Lalu dengan cepat Aneisha menghapus air matanya dan berusaha bersikap santai.

"Ini udah mau selesai kok," jawab Gevariel.

"Gev, nanti gue mau ngobrol berdua sama lo," ucap El sambil tersenyum. Gevariel hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lo berangkat besok jam berapa?" tanya Aneisha.

Elvano berpikir sejenak. "Jam 10 pagi," jawabnya kemudian. "Gue gak ikut anter lo ya, gue ada urusan lain," ucap Gevariel.

Lalu, akhirnya mereka bertiga melanjutkan berkemas untuk Elvano. Walaupun mereka seperti bermusuhan, tapi sebenarnya Gevariel juga sedih harus kehilangan El. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Aneisha sekarang hingga beberapa tahun ke depan. Tapi inilah keputusan Elvano, dirinya sendiri yang tahu apa yang benar untuk dilakukan.

>><<

Aneisha menyuguhkan secangkir teh hangat untuk Gevariel dan Elvano. "Kalian jangan berantem ya? Gue mau masuk ke kamar dulu," ucap Aneisha dan ia pun pergi membiarkan mereka berdua.

"Mau ngobrol apa?" tanya Gevariel.

"Gak ada yang mau lo sampein ke gue? Kata - kata terakhir gitu,"

"Jaga diri lo. Hati - hati di negara orang," ujar Gevariel cuek. Ia bahkan tidak terlihat ikhlas mengucapkannya.

El hanya tersenyum. "Gue harap lo selalu bisa bikin Aneisha bahagia, cuma itu yang bikin gue tenang. Gue percaya lo, Gev,"

"Membahagiakan Aneisha itu kewajiban gue, lo tenang aja. Apapun bakal gue lakuin buat dia," jawab Gevariel. 

Lalu, Elvano memeluk Gevariel dengan tulus. Walaupun mungkin terlihat menggelikan, tapi El sungguh - sungguh ingin melakukannya entah untuk apa. Ia akan mencoba melupakan Aneisha dan merelakannya bersama Gevariel. "Maaf tentang sikap - sikap gue ke lo sebelomnya. Seharusnya gue gak egois kayak gitu, gue cuma terlalu takut kehilangan Aneisha,"

"Lo takut kehilangan Aneisha, dan sekarang lo yang ninggalin dia," kata Gevariel sambil melepaskan dirinya dari pelukan Elvano.

"Karena gue gak mau terus terperangkap disini. Gue harus liat dunia luar, dan gue harus bisa ikhlasin Aneisha buat lo sepenuhnya," dan Gevariel tersenyum. Bahkan jika Gevariel ada di posisi El, mungkin ia tidak bisa bersikap dewasa seperti itu.

ES REGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang