18 | Damai

34 4 1
                                    

Aneisha diantar oleh Elvano pagi ini karena mereka sempat mampir ke toko buku dulu.

"Makasih tumpangannya," ucap Aneisha sambil turun dari motor. Gevariel membantu Aneisha melepaskan helmnya.

"Bayaran buat gue mana?"

"Gue ludahin ya muka lo," sahut Aneisha bercanda. Kemudian, Aneisha berlari masuk ke sekolah. Pagi ini suasana hatinya sedang lumayan baik, apalagi setelah telfon dari Gevariel kemarin.

Aneisha melewati kelas Gevariel dan mengintip sedikit. "Dia mana? Belom dateng ya?" pikirnya.

Tiba - tiba muncullah sosok yang Ia cari ternyata ada di hadapannya. Ia terperanjat karena terkejut melihat Gevariel ada disana. "Hobi banget sih muncul tiba - tiba, kayak kuyang!" ucap Aneisha.

Gevariel bertanya, "Lagi ngapain? Nyari gue?".

Aneisha menggeleng. "Mana buku gue?". "Gue balikin pas pulang sekolah," jawab Gevariel sambil merapikan rambutnya.

"Duh, kok Gevariel hari ini lebih ganteng dari biasanya ya? Eh apaan sih, gue gila ya," pikir Aneisha.

"Lo kenapa?" tanya Gevariel dengan lembut.

"Gue mau ke-"

"Pulang sekolah, kita ketemu di taman deket sekolah ya," ucap Gevariel. Aneisha hanya mengangguk. Jantungnya selalu berdebar setiap Ia berbincang dengan Gevariel, bahkan berdiri di sebelahnya saja sudah membuat wajahnya memerah.

Gevariel mengelus kepala Aneisha sambil tersenyum. "Masuk kelas," bisik Gevariel, kemudian Ia berjalan masuk ke kelas.

Wah, rasanya Aneisha seperti terbang sampai langit ke tujuh. Jantungnya terasa sudah hilang terbawa kepergian Gevariel. Apakah jatuh cinta memang seperti ini? Rasanya indah sekali..

"Tenang.. Tenang, Aneisha.. Jangan sampe lo gila karena cinta - cintaan," ujar Aneisha.

>><<

Elvano menemui Gevariel yang sedang sendirian bermain basket.

"Gev, boleh ngomong?" kata Elvano dengan sopan. Gevariel menghentikan kegiatannya dan menoleh ke Elvano.

"Mau babak belur lagi?" sahut Gevariel. Tetapi, Ia ingat kalau Aneisha sudah berbicara dengan El, dan tidak akan terjadi apa - apa lagi.

"Damai?" ajak Elvano sambil mengulurkan tangannya. Gevariel hanya tersenyum, tanpa membalas uluran tangan itu. "Damai."

Gevariel duduk di pinggir lapangan dan diikuti oleh Elvano. "Lo serius deketin Aneisha?" tanya Elvano. Lalu, Gevariel hanya diam. Apakah Ia harus jujur atau bohong? 

"Atau lo mau langsung nembak?" tanya Elvano.

Jujur saja, Gevariel memang berencana untuk menyatakan perasaannya saat pulang sekolah nanti. Entah apapun jawaban Aneisha, Ia ingin langsung menembaknya saja. Memang Gevariel tidak suka bertele - tele, apalagi harus menjalani fase 'pendekatan', jadi lebih baik melakukan pengenalan lebih banyak saat sudah berpacaran.

"Aneisha punya perasaan yang sama kayak lo," ujar Elvano tiba - tiba.

"Maksudnya?"

"Misalnya kalo lo mau nembak dia, pasti diterima," lanjut El. Gevariel menatap Elvano lekat - lekat. Apakah Elvano sudah mendukung Gevariel mendekati Aneisha?

"Kenapa lo jadi mendadak berubah?" tanya Gevariel.

"Gue cuma mau liat Aneisha bahagia," ucap Elvano.

Gevariel sebenarnya memiliki satu pertanyaan yang Ia ingin ajukan kepada Elvano, tetapi Ia takut kalau ini privasi atau semacamnya. 

"Ada yang mau lo tanya gak?" tawar Elvano dengan cuek.

"Lo kenapa gak bilang Aneisha tentang perasaan lo yang sebenernya?" tanya Gevariel. Inilah pertanyaan yang membuat Ia sangat penasaran dengan jawabannya.

"Gue gak mau persahabatan kita rusak. Gue takut kalo Aneisha bakal marah atau bahkan jauhin gue nantinya," jawab Elvano.

Gevariel sedikit merasa kasihan dan tidak enak dengan Elvano. Ternyata laki - laki di hadapannya ini baik dan tulus, sampai Ia rela melihat Aneisha bahagia dengan laki - laki lain.

"Lo suka sama dia sejak kapan?"

"Hmm.. Pokoknya udah 4 tahun deh. Bego banget gue malah jatuh cinta sama dia," jawab Elvano lagi.

"Gak ada yang bisa salahin rasa sayang. Wajar kok lo suka sama dia, karena gue juga ngerasainnya". Gevariel menepuk bahu Elvano, memberi dukungan.

Kemudian, Elvano bertanya penasaran, "Lo kapan rencana nembak dia?". Gevariel sedikit gugup untuk mau menjawabnya, karena Ia tidak pernah melakukan hal seperti ini.

"Rencananya pulang sekolah. Tapi, gue gugup banget.. Gue pernah nembak cewek cuma sekali pas jaman SMP, itupun juga sebenernya gak kehitung," sahut Gevariel.

Ada begitu banyak ketakutan dalam pikirannya jika membayangkan saat Ia menyatakan perasaannya pada Aneisha. Bagaimana jika Aneisha marah? Atau malah menertawakannya?

"Lo gak akan dapet jawaban yang mengecewakan. Gue kenal Aneisha dari lama, gue tau perasaan dia kayak gimana ke lo, Gev," ujar Elvano sambil tersenyum. Gevariel hanya mengangguk. 

"Lo tau dia sukanya apa?" tanya El.

"Boneka kucing," jawab Gevariel dengan ragu - ragu. Ternyata itu benar, Elvano tak menyangka Gevariel sudah mengenal Aneisha sangat dalam.

"Dia selalu pengen boneka kucing, tapi entah kenapa gak pernah kesampean. Gue juga ngerasa aneh aja kalo tiba - tiba kasih dia boneka," kata Elvano.

Sayang sekali, obrolan mereka terhentikan karena jam istirahat sudah selesai. Padahal, masih ada banyak pertanyaan dari Elvano, maupun Gevariel.

"Gue duluan," pamit Gevariel.

Elvano mungkin sudah menilai Gevariel salah. Ia tidak seburuk apa yang ada di pikirannya. Mungkin Gevariel benar - benar mampu membahagiakan Aneisha selamanya, walaupun hatinya terasa sakit.

------

ES REGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang