bab. 58

965 82 3
                                    


Happy reading!!!





Naya meninggalkan Rio begitu saja dan masuk ke dalam taksi. Di dalam taksi ia jadi terkikik sendiri membayangkan wajah Rio yang terbengong mendengar jawabannya tadi, lagian Naya sendiri tidak percaya dengan ucapan Rio, mana mungkin Rio mau melamarnya, ia tidak ingin gampang terjatuh pada pesona laki laki itu. Yahh walaupun ia sering kali terjatuh didalamnya, namun untuk perkara menikah,,ohh tidak segampang itu mengajak Naya menikah, apalagi masa lalu Naya yang pernah terjebak pada perasaannya sendiri, percaya lah jatuh cinta sendiri itu tidak menyenangkan.

"Ke resto rumah bunda ya pak.." ucap Naya pada supir taksi

"Sesuai aplikasi mbk.."

"Siaaapp..."

Perkara menikah itu bukan main main. Sedangkan Rio mengajaknya menikah seperti mengajak kencan. Aishhh tidak semudah itu, banyak yang harus naya pikirkan, salah satunya adalah status Rio yang sudah duda dan memiliki anak. Yaahh duda memang bukan lah aib, toh istrinya meninggal sebab melahirkan putra mereka. Itu juga yang membuat Naya semakin ragu, memangnya Rio sudah benar benar melupakan mantan istrinya itu? Jika sudah alhamdulillah.. Jika belum haisshh memikirkan nya saja sudah membuat Naya pusing.

"Trimakasih pak.." ucap Naya ketika sampai di tujuan dan serera turun dari taksi,

Memikirkan Rio membuatnya semakin lapar mungkin satu porsi nasi campur akan membantunya menghilangkan Rio dari pikiran.

Saat asik menikmati makanannya Naya dikejutkan oleh seseorang yang tiba tiba duduk  di depannya.

"Astagfirullah,, uhuk..uhukk..."

"Pelan pelan Nay,,lihat saya kayak lihat setan aja.." ucap Rio lalu menyodorkan minuman kepada Naya.

"Sejak kapan bapak alih profesi jadi penguntit?!" cerca Naya setelah batuknya reda.

"Saya nggak jadi penguntit, saya kesini karena lapar jadi saya mampir,,"

"Kan bapak bisa duduk di lain tempat,,ngak harus disini.."

"Penuh."

"Hah?"

"Ckk...tempat penuh Nay,,yang longgar cuma di sini jadi jangan ke PD an kamu."

Sontak Naya mengedarkan pandangan ke segala arah dan benar saja rumah makan ini memang penuh. Mungkin karena jam makan siang, tidak heran sih bila Rumah Bunda dipenuhi pelanggan karena masakan di sini selalu enak dan yang pasti ramah lingkungan selain itu yang tidak kalah oenting adalah harganya yang ramah di kantong, haisshh mengingat tentang Harga rasanya Naya ingin mengucapkan terimakasih yang banyak pada pemilik resto, karena kebaikan harganya Naya yang notabennya anak kos bisa makan makanan enak.

"Nay,,"

"Hemm.."

"Makanannya enak?"

"Iya pak,,enak banget, aman dikantong lagi..hihihi.."

Rio menatap Naya seolah bertanya apa maksud nya

"Iya pak,,aman di kantong buat mahasiswa kos kaya saya gini pak,,tau nggak pak andai saya kenal sama pemilik Restonya,,nggak usah kenal deh ketemu aja juga gak papa,,saya mau ngucapin trimakasih yang banyak untuk kemurahaj harganya,, hihihi.." naya berbicara dengan antusias sekali sedangkan Rio hanya menanggapi nya dengan tersenyum setelah itu suasana kembali hening

"Nay.."

"Iya pak?"

"Ucapan saya di halte tadi serius kalau kamu masih tidak percaya"

Naya menatap Rio dengan perasaan yang campur aduk di sisi lain dia mau,,tapi banyak hal yang terlintas dipikirannya, laki laki didepannya ini sudah memiliki seorang putra, apa mungkin ia bisa menjadu ibu sambung yang baik. Belum lagi pertemuan pertamanya dengan Alif sangat tidak berkesan sekali, bocah itu sepertinya tidak menyukai Naya,

Alhamdulillah Jodoh (PROSES REVISI) ENDWhere stories live. Discover now