Bag 10

3.2K 123 2
                                    

Setelah 30 menit motor Rio membelah jalan raya, akhirnya mereka sampai disebuah rumah yang terlihat minimalis dan begitu asri. Rumah tersebut adalah rumah orang tua Rio. Rio memarkirkan Motornya dihalaman rumah itu dan melepas helm miliknya kemudian segera menarik Nea untuk masuk ke dalam rumah itu. Semetara yang ditarik tangannya masih tetap berdiam disamping motor tak bergeming sedikitpun. Haisshhh melihat tingkah Nea yang seperti itu membuat Rio semakin gemas saja.

"Hey,,kenapa?" tanya Rio menyiratkan ketenangan.

"Huh??,aku..,,,aku sedikit gugup." jawab Nea sambil memngangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk.

"Gak usah gugup kali Ne,,mama ku baik kok. Udah yuk masuk." ucap Rio sembari memegang tangan Nea dan menariknya masuk kedalam. Tanpa bergeming sedikitpun Nea mengikuti Rio.

"Assalamualaikum Ma,,Rio pulang,,Rio bawa sesuatu nih.." seru Rio dengan melangkah kan kakinya kedalam rumah.

"Waalaikumsalam,,apa sih Rio,,bisa biasa aja nggak ngomongnya. Mama habis beres beres dapur ini..!" geram sang mama yang berjalan dari arah dapur.

" hehehe,,,,maaf ma..,,nih Rio bawa pesenan mama" ujar Rio.

"Pesenan apa??mana kamu gak bawa apa apa gitu,,kecuali gadis cantik ini.." jawab bu Mel dengan mengarahkan dagunya kesamping Rio tepatnya Ke arah Nea.

"La ya ini,,katanya mama pesen calon mantu ya ini orangnya..."ucap Rio.

Mata bu Mel langsung melebar ketika Rio berucap itu. Calon mantu??bagaimana bisa secantik ini..,,perasaan anaknya tak setampan artis luar negeri kenapa bisa dapat secantik gadis ini.pikir bu Mel.

"Ekhem,,mama udah dong liatnya pacar aku udah gugup banget ini." kekeh Rio yang diakhiri cubitan keras dipinggangnya. Siapa lagi kalau buka Nea pelakunya. Harusnya Rio mengerti kalau dia sedang gugup dan berusaha menenangkannya bukan malah membuatnya tambah gugup.

"Ahh iyaa,,maaf tante bukan liatin kamu untuk menilai,,tante heran aja perasaan anak tante gak ganteng ganteng amat kenapa bisa dapat gadis secantik kamu." ucap bu Mel.

Tuhan,,untuk saat ini Nea tidak bisa menjawab apa apa. Selain tersenyum manis. Semua ucapannya seperti berhenti ditenggorokan. Ditambah jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal.

"Mama aku anak mama loo,,aku juga masih bisa denger,, harusnya aku dipuji mah bukan malah dijelek.kin kayak tadi" sahut Rio sedikit jengkel pada mamanya. Bagaimana tidak disampingnya itu ada pacarnya kenapa ia tidak dipuji sama sekali. Andai saja mengumoat didepan orang tua tidak dosa, mungkin Rio sudah melakukannya akibat kesal. Oke mungkin Rio terlalu berlebihan bila melakukannya.

"Sudah sudah,,ayo sayang silakan duduk,," ucap Melinda sambil merangkul pundak Nea dan mengajaknya duduk. Tanpa menggubris rengekan Rio.

"Iya tante,," jawab Nea

"Nama kamu siapa sayang?" tanya Melinda pada Nea.

"Nea tante,,oh iya ini Nea ada sedikit bingkisan untuk tante" ucap Nea dengan memberikan kue yang ia bawa tadi.

"Aishhh kenapa repot repot gini,,,kamu datang kesini aja tante udah seneng lo,,tapi makasih yaa udah dibawaain segala" ujar Melinda sambil menerima bingkisan itu.

"Iya,,sama sama tante Nea tidak merasa direpotkan kok tante. Justru Nea yang nggak enak kalau kesininya gak bawa apa apa" jawab Nea

"Dasar emak emak bilangnya aja sok kaya gitu padahalkan girangnya bukan main" gumam Rio yang berada didepan mereka. Tetapi tidak didengar oleh kedua perempuan itu karena ada meja yang menghalangi mereka.

"Ya sudah tante kedalam dulu ya,, Mau bikinin minun buat kalian dulu" Ujar Melinda dan berlalu kedapur untuk membuat minum. Rasanya hari ini dia senang sekali,,awalnya Melinda kira tidak ada perempuan yang mau denga anak nya, namun ternyata dugaannya salah.

"Gimana?mama aku baikkan udah kamu gak usah gugup lagi..,,nantinya juga akan terbiasa kok" ucap Rio menenangkan.

"Heem,,mama kamu baik,,aku suka,,dan sekarang gugupnya sedikit berkurang" sahut Nea.

"Aku senang pacar aku dan mama aku bisa akrab kaya gini." ucap Rio. Nea memang hannya tersenyum tak memberikan jawaban apapun namun pipi yang memerah itu adalah jawaban bagi Rio.

"Ngobrolin apa nih..." tanya Melinda yang telah kembali dengan nampan yang berisi minuman dan camilan.

"Gak ngobrolin apa apa kok ma,,ya udah aku ke kamar dulu ya. Bentar kok" pamit Rio.

Tidak ada yang menjawab mamanya hanya mengedikkan bahu acuh. Berbeda dengan Nea mungkin secara lisan ia tak bersuara namun dewi batinnya berteriak agar Rio tetap berada disitu. Ia masih canggung jika harus berhadapan sendiri dengan Mamanya Rio.

Beberapa menit telah berlalu,,tak ada rasa canggung dan gugup yang menyelimuti Nea. Yang ia rasakan sekarang adalah perasaan nyaman dan bersahabat dengan ibunya Rio. Menurut Nea mamanya Rio ini orang yang cukup mudah bergaul dengan siapa saja. Selera humornya juga lumayan. Setelah dirasa cukup pertemuannya hari ini Nea berpamitan pulang pada Melinda.

"Tante Nea pulang dulu ya,,,udah siang takut ditunggu ibu dirumah" pamit Nea dengan sopan bertepatan dengan Rio yang keluar dari kamarnya. Rio memang sengaja tidak keluar kamar ketika mamanya dan Nea mengobrol. Menurutnya dengan dirinya tidak ada diruangan itu akan tercipta kehangatan dan keakraban diantara mereka berdua. Dan benar saja kini mereka terlihat sudah begitu akrab.

"kok udah pamitan aja Ne,,,emang udahan ngobrolnya.." suara Rio terdengar lebih dulu dari pada jawaban mamanya.

"Udah kok... Aku sama tante juga udah ngobrol banyak. Ya kan tante?" ucap Nea meminta persetujuan pada Mamanya Rio.

"Iyaa,,ya udah pulangnya biar diantar Rio aja ya sayang,,tadi kesininya dijemput Rio kan...??" sahut Melinda.

"Iya Tante" jawab Nea.

"Ya udah ma,,aku anterin Nea pulang dulu ya,,assalamualaikum.." pamit Rio

"Waalaikumsalam,,hati hati dijalan,,jangan sampai calon mantu mama lecet" seru Mama.

Acungan jempol dari Rio sebagai jawaban untuk Mamanya. Sementara Nea lagi lagi pipinya harus terasa panas..,,dan sekarang rasanya ia ingin terbang setelah ucapan 'calon mantu' dari mamanya sang kekasih.

Selama diperjalanan dari rumah Rio ke rumah Nea. Senyum bahagia terus terpatri dibibir Nea. Ternyata setelah bertemu Mamanya Rio. Semua pikiran buruk dan ketakutan yang ada dalam benak Nea tidak terjadi sama sekali. Ya awalnya Nea memang berfikir keluarga Rio adalah kelurga yang terpandang mereka tidak mungkin bisa menerima Nea yang berasal dari keluarga biasa saja. Selama obrolan tadi Nea memang sydah menceritakan secara garis besar tentang keluarganya. Dan mamanya Rio menerima itu bahkan beliau selalu tersenyum ketika Nea bercerita.

Jangan lupa folow akun wattpad author ya guysss,,,
Biar author semangat nulis cerita barunya☺😍

Alhamdulillah Jodoh (PROSES REVISI) ENDWhere stories live. Discover now