Part 29

1.1K 74 5
                                    

Trimakasih kalian udah support aku,,,terharu aku dapet support dari kalian,,trimakasih banget....

Selamat membaca,,,
Typo selalu bertebaran....

Semenjak kejadian di toko buku beberapa hari yang lalu, intensitas pertemuan Rio dan Naya semakin bertambah. bertemu tanpa sengaja lebih tepatnya entahlah akhir akhir ini takdir seolah mendukung asmara Naya. meskipun begitu naya selalu berusaha menjaga hatinya. berusaha untuk tidak jatuh namun apa daya naya hanya gadis biasa yang belum paham benar akan hakikat cinta. menurutnya semakin ditahan justru malah semakin menggebu.

hari minggu hari dimana semua orang dari anak sekolah hingga orang dewasa menikmati waktunya tanpa ada tutuntan tugas ataupun pekerjaan. ada yang memanfaatkan waktunya untuk quality time bersama keluarga, atau me time, atau mungkin berlibur untuk sekedar merefreshkan otak.  seperti halnya dengan Naya, gadis dengan lesung pipi satu itu sedang menikmati waktunya dengan rebahan dikamar ditemani dengan novel kesayangannya. ia sedang tak berminat pergi kemana mana bahkan rasanya pergi ke kamar mandi sajaa malas.

"Nay,, woyy..anak prawan jangan ngerem mulu dikamar!! ada pangeran lo nih dateng" teriak Robi yang sedang mengerjakan revisi makalah di ruang tamu.

sontak naya yang sedang bermalas malasan ria berjengit kaget. bukan karena teriakan robi tapi karena alimat terakhir yang robi ucapkan. bukan apa apa masalahnya kalau sampai ayah mendengar ucapan Robi tamatlah riwayat Naya yang akan dicerca habis habisan oleh ayahnya. dan akan mendapatkan kata kata ajaib yang super duper mengesalkan.

"abang jangan gitu dong,,itu mulutnya gak punya rem apa? nanti kalau ayah dengar naya diomelin loh." gerutu Naya dengan kesal sembari duduk menyilakan kakinya dikasur.

"temenmu dateng ini loh dek, mbok keluar to,, jangan ngerem mulu. katanya mau nikah muda kok males malesan gitu. jodohmu dateng ini loh. keluar cepet!"

"abang jangan bercanda deh gak lucu tau." naya masih belum percaya kata kata robi memangnya siapa yang berani datang ke rumahnya. main kerumah naya tuh butuh nyali besar apalagi kalo yang dateng beda gender.

"abang serius nay. nih ada temen laki lakimu yang ingin bertemu"

 mendengar ucapan robi yang serius reflek naya segera berlari ke arah pintu kamar dan segera menlongokkan kepalanya keluar pintu.

"astagfirullah dek, jilbabmu kemana kek singa itu lo rambutmu. disini ada laki laki yang bukan mahrommu. cepet masuk lagi sana. cewek kok gak ada rapi rapinya." sambil membawa nampan minuman robi mengomel karena melihat adiknya sedang melongokkan kepala dari pintu kamar. diomeli seperti itu Naya tanpa sadar mengusap kepalanya dan benar saja sekarang ia sedang tidak memakai jilbab untung saja sosok itu tidak melihat ke arahnya.

"abang jangan kenceng kenceng ngomongnya nanti dia nengok loh. ini tuh juga gara gara abang yang bikin penasaran Naya. jadi naya kan gak sempet pakek hijab. dah ah bang"

BRAAK.....

Pintu kamar ditutup keras keras oleh Naya tepat dihadapan Robi

"DASAR ADEK GAK ADA AKHLAK LO" umpat Robi yang merasa kesal akan tingkah adiknya. segera menuju ruang tamu untuk memberikan jamuan pada tamunya

tadaaaa surprice memang benar di sana di ruang tamu ada sosok yang sedang duduk membelakangi tempat naya mengintip. kaget tentu saja, ditambah kena omelan abangnya setelah kembali menutup pintunya dengan keras dan berlari ke arah cermin. naya segera melihat betapa masih cantiknya dia.upss... sepertinya tidak. lihatlah didepan cermin sana ada gadis dengan piyama doraemon berwarna biru dan rambut yang acak acakkan seperti singa. bahkan Naya sendiri sudah ilfil dengan dirinya. dengan cepat naya segera menggangti pakainnya serta mengambil jilbab instan setelah mematut sebentar didepan cermin dan dirasa sudah pas naya segera keluar dari kamarnya.

deg degan tentu saja, bagaimana tidak diluar sana tepatnya diruang tamu ada sosok laki laki yang pernah meninggalkannya tanpa alasan. perih tentu saja. rasanya hatinya sedang tercubit untuk apa laki laki itu datang lagi tidak cukupkah dengan meninggalkan naya tanpa alasan. Naya sakit dan ia takut kembali goyah. dia sosok yang mengenalkan Naya tentang rindu, dan kehilangan secara bersamaan. namun nyatanya sebagian kecil dari hatinya belum  bisa move on. dadanya masih berdebar sama kala bertemu dulu. naya harus siap ia harus tau apa tujuan laki laki itu datang, mengapa setelah pergi ia harus kesini lagi.

setelah menyiapkan hatinya,menghembuskan nafas dengan pelan Naya membuka pintu kamarnya. dan terlihatlah sebuah pemandangan dimana sudah ada ayah dan bundanya yang duduk bercakap cakap dengan tamu itu. sedikit heran tumben ayahnya tidak bersikap ketus. biasanya ayah selalu bersikap ketus pada laki laki yang modus ke rumah Naya. bahkan dulu waktu pertama kali Arga datng ke rumah saja hanya sampai depan pagar rumah. Arga gak berni masuk bahkan ia berkata pada Naya jika ayah Naya seribu kali lebih galak dari anjing penjaga. mengingat hal itu Naya jadi tersenyum lucu.

"bunda kan dah bilang Nay,, perempuan itu harus rajin, jangan malas malasan. kamu sih bebal banget. kasian kan Azzam jadi nuggu lama" ucap bunda ketika naya baru saja duduk di ruang tamu

"ya bunda kan tau..menurut Naya hari minggu itu hari bebas,,jadi ya suka suka Naya dong bun,,hehehe,,lagian tamunya juga gaka ada kasih kabar tuh kalau mau kesini." jawab Naya dengan menekankan kalimat akhirnya.

"Naya yang sopan. ayah dan bunda tidak pernah mengajari kamu berkata tidak sopan didepan tamu." tegur ayah naya. ia sadar sedari tadia anak gadisnya ini bersikap aneh tidak seperti biasanya.

"gak papa kok om..bener kata Naya saya kesini gak kasih kabar dulu ke dia. oh iya om kalau boleh saya mau ajak Naya ke taman sebentar om..ada yang ingin saya bicarakan dengan putri om" uuwwwwwoooowwww... tenang sekali azzam meminta ijin pada ayahnya. udah kek mau melamar aja. coba kalau Naya gak lagi kesel mungkin ia aka terkesima.

"gak boleh." bukan bukan ayahnya yang menjawab tapi Naya sendiri yang menjawab. ia rindu tapi rasa kesal lebih dominan.

"NAYA!yang sopan." ucap Ayah naya dengan tegas

"boleh nak azam mungkin kalian ada nostalgia dulu. biar ngobrolnya lebih santai kan,,silakan tapi ditemani abangnya Naya gak papa kan,,"

"iya om gak papa...saya maalah berterimakasih sekali,,memang ditakutkan nanti timbul fitnah"

"ayah apa apaan sih kok jadi lembut gitu, prasaan kemarin kemarin kalau ada temen naya yang laki laki dateng kerumah ayah tuh galak loh udah kayak bodyguard nya Naya kenapa sekarang jadi lembut gitu." protes Naya

"dia temen mu waktu smp kan,, azzam juga cerita kalau dia sering bantuin kamu. masak ayah juga harus judes sih." terang ayah Naya. " ya udah gih Rob temenin mereka ke taman sebentar" titah sang ayah.

"ya udah Om kami permisi dulu, assalamualaikum.." pamit azzam

"waalaikumsalam jangan lama lama juga ya,,adzan dzuhur kalau bisa udah di rumah."

"baik om"

"baik Yah" jawab Robi dan azzam bersamaan.

tanpa menjawab Naya mengikuti abang dan Azzam pergi keluar. jangan salah sedari tadi Naya pengen sekali kabur dari sana. ia malas berurusan dengan azzam lagi tapi ia juga tidak munafik rindu itu ada. sekitar lima belas menit mereka berjalan akhirnya mereka sampai juga ditaman. robi sengaja duduk sedikit jauh dari mereka. sebenarnya dari tadi Robi sudah merasakan ada yang tidak beres dengan mereka.  sikap naya yang ketus jelas sekali terlihat bahwa ia tidak senang pada Azzam. tapi diam diam adiknya itu juga mencuri pandang pada azzam.

"dek gue duduk sini aja, lo cepetan gih ngobrolnya sama azzam, lo ngobrolnya di pinggir danau aja biar gue lebih mudah ngelihatnya. selesaikan permasalahan diantara kalian" dengan mencekal tangan Naya Robi memberi tau kalau ia memilih duduk dibangku taman dan menyuruh adiknya untuk berbicara dipinggir danau tidak terlalu jauh tapi masih cukup bisa untuk dipantau.

Naya hanya menggukkan kepalanya dengan lesu. dan berjalan di depan azzam seolah menunjukkan tempat dimana mereka akan berbicara.

Jangan lupa kasih bintang dan tinggalin jejak kalian temen temen,,meskipun komennya jarang aku bales,,tapi asli itu nambah banget buat semangat nulisss,,,

Alhamdulillah Jodoh (PROSES REVISI) ENDWhere stories live. Discover now