60. Menulis dan Membaca

188 67 6
                                    

"Kak aku tuh suka nulis tapi nggak suka baca."

Beberapa waktu lalu aku berselancar di Facebook dan menemukan komen menarik (sayang sekali enggak ku ss) yang kira-kira isinya persis seperti pernyataan di atas.

Suka nulis, tapi enggak suka baca.

Lho, kenapa? Memang aneh, ya?

Enggak juga kok. Waktu aku cek di kolom komentar, beberapa orang rupanya juga melayangkan pernyataan yang bernada menyetujui. Kesimpulannya, si sender enggak sendirian.

Aku enggak tahu apakah fenomena ini juga dialami oleh kamu, tapi sepertinya banyak pembaca muda yang terjun ke Wattpad semata-mata untuk meluapkan hasrat menghalunya. Para newbi ini biasanya enggak begitu peduli mau tulisannya bagus atau jelek, pokoknya nulis aja apa yang ada di pikirannya.

Kalau masih belajar menulis tahap awal, hal ini sangat wajar. Memang ada baiknya kita menulis tanpa dikekang oleh aturan ini itu. Biarkan pikiran yang berbicara, pendeknya sih begitu. Dengan berpegang pada prinsip ini, kamu akan menulis tanpa tekanan. Pertanyaannya, apakah selamanya kamu akan bersikap seperti itu? Menulis tanpa mau sekalipun membaca buku? Memang apa sih hubungannya menulis dan membaca? Apa manfaatnya?

Kita semua tahu bahwa menulis dan membaca adalah dua hal yang berbeda. Bahkan kalian mungkin bakalan setuju dengan pernyataan ini; Kalau mau mengembangkan tulisan, ya menulislah banyak-banyak. Bukan membaca.

Okay, kalimat itu benar, sih. Tapi kurang tepat bila seandainya kita menyetujui membaca tak memberikan manfaat apa-apa pada menulis. Justru, membaca memberi kita wawasan yang luas untuk menulis. Tidak hanya mempelajari dari segi tulisan, tapi juga ide dan isu yang diangkat.

Ibaratnya, kalau dengan hanya berlatih menulis kamu akan mendapat nilai tambah +30. Tapi, bila kamu membaca buku, akan akan mendapat nilai tambah +80. Besar banget, ya selisihnya? Iya, karena membaca buku memang memiliki dampak se-powerful itu.

Membaca buku memicu otak kita untuk membayangkan sebuah kejadian. Akibatnya, otak terangsang untuk berpikir. Apabila hal ini dijadikan kebiasaan, lama-lama akan otak akan lebih kritis untuk memahami sebuah situasi, memikirkan solusi, bahkan mengembangkan empati.

Sebab itulah, aku percaya dengan kalimat ini:

A person only lives one life, but if she reads books, she can live a thousand lives.

(Seseorang hanya menjalani satu kehidupan, tapi dengan membaca buku, dia bisa menjalani ribuan kehidupan.)

Kebayang enggak bagaimana dampaknya pada tulisan kamu bila kamu membaca buku lebih banyak?

Yang tadinya hanya suka menulis genre romance, dengan membaca buku, mereka menjadi bisa menulis genre yang berbeda.

Yang tadinya selalu mengangkat isu cinta-cintaan anak sekolah, dengan membaca buku, mereka menjadi lebih berani mengangkat isu yang lebih berat.

Yang tadinya cuma bisa menulis kalimat itu-itu aja, dengan membaca buku, pabrik kosa kata dalam kepala mereka lebih bervariasi.

Yang tadinya cuma bisa menggambarkan perasaan seorang anak cewek, dengan membaca buku, mereka menjadi lebih terampil menggali emosi orang-orang dari kalangan profesi dan status yang berbeda-beda.

See? Yuk, kita budayakan membaca buku agar tulisan kita lebih bagus lagi!

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Where stories live. Discover now