47. Tokoh Sempurna

285 81 19
                                    

"Kalau kamu bisa menjadi tokoh dalam cerita Wattpad, kamu mau menjadi siapa?"

UNPOPULAR OPINION: 

Bagiku, tokohmu tidak bisa dikatakan mengesankan bila pembacamu masih berkomentar; "Aku kepingin banget jadi tokoh utama dalam ceritamu!" 

.

.

Membaca itu seperti kamu belajar menyelami berbagai macam dunia dan karakter.

Kamu belajar dari sikap para tokoh, dari pengalaman-pengalaman buruk yang dialami tokoh, dari nilai-nilai yang didapatkan dari ceritanya. Kamu ikut tertawa, menangis, termotivasi karena membaca kisahnya. Tapi, kalau kisah yang kamu baca adalah cerminan kesempurnaan dunia yang begitu gemilang, apa yang kamu pelajari dari sana?

Kamu hanya mendapatkan halunya saja.

Bagiku, karakter yang mengesankan adalah karakter yang watak dan sikapnya relate dengan kehidupan nyata.

Yang mencerminkan sifat manusia asli. Yang memiliki kelebihan dan kekurangan, yang memiliki cacat dan kesalahan dalam hidupnya, yang pernah khilaf melakukan dosa, yang kadang bersikap konyol, membosankan, memuakkan, dan memalukan.

Enggak peduli dia dari orang kaya, dari keluarga artis atau sultan, enggak peduli juga dia berwajah ganteng atau cantik, karakter yang mengesankan adalah justru mereka yang memiliki sisi buruk sebagai manusia.

Nah, sisi buruk inilah yang cocok menjadi konflik dalam novel. Mereka menggapai tujuan, namun di sisi lain, mereka juga harus berjuang bersama cacat dalam dirinya. Mereka membuat para pembaca terinsiprasi dengan kekurangannya.

Dalam trilogi Hunger Games, Katniss Everdeen si tokoh utama diceritakan sebagai cewek yang hidup sengsara dan menyedihkan. Boro-boro punya sifat lembut dan cantik, dia justru keras kepala, pemarah, kasar, sehingga terkadang pembaca dibuat geretan dengan sikapnya. Namun, justru sifat buruknyalah yang mengantar Katniss menjadi pahlawan di akhir buku.

Di trilogi Divergent, Tris juga merupakan tokoh utama cewek yang sembrono dan amat nekat, tapi dia menjadi tokoh yang dikagumi karena keberaniannya.

Theodore Finch di novel All the Bright Places adalah tokoh cowok yang dianggap aneh oleh satu sekolahnya. Tapi justru pada sikapnyalah aku belajar banyak hal tentang kondisi dan mental remaja.

Louisa di Me Before You punya selera berpakaian aneh, yang tindakannya kadang sembrono dan liar. Walau begitu, Lou amat penyayang dan riang, sehingga William jatuh cinta dan merasa disayangi olehnya. Mereka melewati hari-hari yang konyol, penuh tawa dan ringisan sedih, yang justru menambah warna dalam novelnya.

Firdaus di novel Perempuan di Titik Nol merupakan tokoh utama wanita yang dihukum mati, tapi semasa hidupnya dulu dia merupakan pelacur nomor satu di negerinya. Pekerjaan buruknya serta seluruh isi pikirannya menyadarkan pembaca tentang sikap patriarki dan penindasan wanita yang terjadi di zaman itu.

Biru Laut di novel Laut Bercerita juga merupakan tokoh laki-laki yang melankolis. Keluarganya juga amat hangat dan penyayang. Namun, rupanya dia memiliki watak lain yang terpendam. Keinginan untuk menggulingkan pemerintahan diktator di zaman Orde Baru. Biru rupanya pemberani, pemberontak, tak takut mengambil risiko, walau pada akhirnya dia tak mendapat akhir yang bagus.

Novel-novel yang kusebutkan di atas, mereka memiliki genre yang berbeda-beda. Mulai dari dystopia, fantasi, teenlit, sejarah, sampai politik. Lalu, apa kesamaannya?

Semua tokohnya memiliki kekurangan.

Semua tokohnya menghadapi bermacam problema kehidupan yang mampu dinalar oleh logika, sehingga membuat pembaca berpihak pada tokoh karena merasa terwakiliki perasaannya.

Apa aku mau jadi Katniss Everdeen? Enggak, deh, maaf. Aku nggak mau dilempar ke arena pertarungan untuk membunuh sesama manusia demi game konyol buatan Capitol.

Apa aku mau jadi Tris? Enggak mau. Dia terlalu berbahaya dan sembrono, walau begitu aku tetap mengapresiasi keberaniannya dalam memilih keputusan.

Apa aku mau jadi Theodore? No, hidupnya sudah terlalu sengsara dan kalau aku jadi dia mungkin aku nggak bakal kuat.

Begitu juga dengan Louisa, Firdaus, dan Biru Laut, atau tokoh-tokoh novel lainnya yang enggak bisa kusebutkan karena terlalu banyak. Mereka semua memiliki kehidupan yang bertolak belakang dengan kehidupan yang kita inginkan di dunia. Aku enggak mau menjadi mereka, tapi aku mencintai mereka semua dengan segenap asa dan harapan dalam diriku, sebab kisah mereka, pengorbanan mereka, dan perjuangan mereka terlalu nyata hingga membuatku bisa bercermin dengan kehidupan.

Itulah yang membuat mereka sempurna.

Mereka menginspirasi dengan kekurangan yang dimiliki.

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Where stories live. Discover now